IBL

Sumber suara entah dari mana memanggil nama Kareem Abdul-Jabbar untuk maju ke hadapan Presiden Amerika Serikat, Barrack Obama. Sontak hadirin di ruangan itu memberinya tepuk tangan sambil tertawa. Riuh rendah terdengar dari rekaman video di hari bahagia itu. Karena kebetulan pada kesempatan itu, Abdul-Jabbar akan menerima penghargaan berupa medali perdamaian dari pemerintah Amerika Serikat.

Abdul-Jabbar pun berjalan kikuk ke arah podium, menyalami Presiden yang kemudian mengalungkan medali dengan sama kikuknya. Legenda NBA satu itu sampai harus menurunkan kaki dan sedikit merendahkan kepalanya ke belakang agar tangan Obama bisa sampai ke lehernya. Hadirin masih saja tertawa melihat hal demikian itu.

Pemberian penghargaan yang cukup jenaka.

Dari gelar yang diterimanya itu, sudah pasti Abdul-Jabbar adalah seorang tokoh yang dihormati. Bintang-bintang NBA pun segan kepadanya. Dalam beberapa kesempatan gelaran NBA All-Star, deretan bintang seperti LeBron James sampai Kobe Bryant menyalaminya dengan hormat.

 

Sebenarnya, siapa Kareem Abdul-Jabbar itu? Sebesar apa namanya jika dibandingkan dengan LeBron James dan atau Kobe Bryant?

Kareem Abdul-Jabbar lahir di New York, Amerika Serikat pada 16 April 1947. Tidak seperti namanya sekarang ini, dulu ia terlahir dengan nama Ferdinand Lewis Alcindor Jr. atau cukup Lew Alcindor. Ia merupakan anak semata wayang Cora Lillian, yang seorang kasir, dan Ferdinand Lewis Alcindor Sr., seorang polisi sekaligus musisi jazz. Meski demikian, Lew Alcindor justru tumbuh menjadi seorang olahrawagan, bukan musisi jazz apalagi seorang kasir.

Sejak awal, Alcindor kecil memang memiliki tubuh tinggi. Tingginya bahkan sudah mencapai 173cm saat usianya baru sembilan tahun. Coba bayangkan seorang anak sembilan tahun melompat tinggi ke arah ring, seolah-olah ada sayap di punggungnya, dan lengannya mengempaskan bola masuk melewati jala di atas sana. Begitulah gambaran Alcindor yang saat itu—sekitar usia 13-14 tahun—sudah bisa melakukan dunk. 

Alcindor muda pun memanfaatkan tinggi badannya untuk mengikuti olahraga bola basket denga serius. Ia berlatih, berlatih, dan berlatih supaya ia tidak sekadar tinggi, tetapi juga hebat dalam memainkan olahraga permainan tersebut. Karena ia bermimpi ingin menjadi seorang pebasket yang sukses.

 

Akibat usahanya saban hari itu, Alcindor muda kemudian berhasil membawa tim sekolahnya, Power Memorial Academy, menjuarai kejuaraan New York City Catholic. Ia bahkan menjadi pencetak angka terbanyak di antara anak SMA di New York dengan total 2.067 poin. Ia pun terkenal dengan sebutan “The Tower from Power”.

Selain itu, Alcindor juga sempat membawa timnya sekolahnya menjuarai kejuaraan nasional. Orang-orang di negaranya menjadi saksi kehebatan seorang pemuda dengan bakat luar biasa. Penampilan Alcindor saat SMA kemudian mendapat perhatian dari berbagai universitas. Beberapa pemandu bakat dibikin tertarik olehnya. Akan tetapi, ada dua hal yang diinginkan Alcindor dari kampus-kampus yang tertarik padanya:

"Saya ingin dua hal dari kampus," kata Alcindor, seperti dikutip New York Times. "Saya ingin diperlakukan sebagai Lew Alcindor. Saya ingin edukasi."

Baca juga: Boikot Olimpiade dan Belajar ke Bruce Lee (Kisah Kareem Abdul-Jabbar, 2/4)

Foto: New York Times

Komentar