IBL

“Perang penawaran ini merendahkan orang-orang yang terlibat. Itu membuat saya merasa seperti penjaja daging, dan saya tidak ingin berpikir begitu.”

Lew Alcindor alias Kareem Abdul-Jabbar mengatakan itu kepada New York Times, Maret 1969 silam, setelah ia menolak tawaran New York Nets seharga AS$3,25 juta. Klub yang berlaga di American Basketball Association (ABA) itu berupaya mendapatkannya meski Alcindor telah memutuskan bermain untuk tim lain. Ia memilih Milwaukee Bucks yang bermain di NBA.

Sebelumnya, Alcindor juga mendapatkan tawaran dari Harlem Globetrotter—sebuah tim bola basket hiburan yang paling terkenal di dunia—tapi ia menolaknya. Alcindor lebih memilih mengikuti NBA Draft dan ABA Draft lantaran dua tim dari dua liga itu memilihnya di urutan pertama di tahun yang sama. Bucks (yang baru memasuki musim keduanya di NBA) dan Nets kemudian berlomba-lomba mengajukan penawaran lantaran Alcindor hanya akan menerima tawaran terbesar.

Saat itu Nets menawar terlalu rendah, sehingga Bucks berhak meminangnya. Namun, tim asal New York itu kemudian menawar lagi. Alcindor tidak menerima tawaran itu lantaran merasa muak dengan perang tawar-menawar. Ia pun akhirnya bermain di NBA.

 

Di musim perdananya pada 1969-1970, Alcindor berhasil membawa Bucks meraih peringkat kedua di Easter Division. Rekor kemenangan klub itu meningkat dari 27-55 ke 56-26. Alcindor sendiri tampil gemilang dengan menjadi pencetak angka terbanyak kedua dan pengumpul rebound terbanyak ketiga di liga. Ia rata-rata mencetak 28,8 poin dan 14,5 rebound. NBA pun mengganjarnya dengan gelar Rookie of the Year.

Musim berikutnya, Alcindor tidak sendirian. Bucks mengontrak pemain kaliber All-Star, Oscar Robertson, dari Cinncinati Royals untuk menemaninya. Mereka merangkak naik ke peringkat atas klasemen dengan rekor 66 kemenangan, termasuk 20 kemenangan beruntun. Alcindor mendapat gelar pemain terbaik sekaligus top skorer.

Dengan tambahan Robertson itu, Alcindor dan Bucks berhasil masuk ke Playoff dan melaju ke final. Di sana mereka menghadapi Baltimore Bullets dan memenangkan kejuaraan dengan sapu bersih 4-0. Bucks sukses menjadi yang terbaik musim ini sementara Alcindor merengkuh gelar pemain terbaik final.

Sehari setelah menjuarai NBA, tepatnya pada 1 Mei 1971 waktu setempat, Alcindor mengumumkan pergantian nama. Ia mengubah namanya menjadi Kareem Abdul-Jabbar meski ia sudah masuk Islam sejak kuliah. Setelah itu, ia melanjutkan karirnya pemain basket sebagai seorang muslim. Ia pun merengkuh berbagai gelar tim maupun individu, termasuk pemain terbaik NBA, dari musim ke musim sampai meminta pindah ke klub lain pada 1974.

 

Abdul-Jabbar akhirnya pindah ke L.A. Lakers dalam bursa tukar NBA. Di sana ia tampil seperti dirinya, selalu mendominasi dan bertabur prestasi. Pada musim pertamanya, misalnya, ia rata-rata mencetak 27,7 poin dan memimpin perolehan rebound, blok, dan menit bermain. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika ia mendapat gelar pemain terbaik lagi.

Sayangnya, karir Abdul-Jabbar tidak semulus itu. Ia beberapa kali harus absen lantaran mengalami sakit di bagian matanya. Menurut catatan, ia mengidap corneal erosion syndrome yang membuat matanya cepat kering. Itulah mengapa Abdul-Jabbar kemudian mengenakan kacamata di lapangan. Ia memakainya untuk menghindari goresan.

Kendati demikian, Abdul-Jabbar berhasil melalui kesulitannya. Ia selau memberikan yang terbaik di tiap kesempatan. Sehingga ia pun berhasil mengemas 6 kali juara NBA, 6 kali pemain terbaik, 19 kali All-Star, dan deretan penghargaan tim maupun individu lainnya selama 20 musim di NBA. Selama itu pula ia telah mengumpulkan 38.387 poin dan menjadi pencetak angka terbanyak dalam sejarah NBA.

Tembakan andalannya, skyhook, juga menjadi inspirasi para pemain muda dari zaman ke zaman. Bukan hanya karena tembakan itu melegenda, tetapi juga karena sulit diblok, bahkan sulit dilakukan.

“Yang ingin saya lakukan hanyalah memanfaatkan kemampuan terbaik saya, seperti yang diajarkan Pelatih Wooden kepada saya di UCLA. Filosofi saya adalah jika saya terus mendorong diri saya untuk menjadi lebih baik, maka kemenangan akan menyusul. Itu terbukti. Begitu pula dengan penghargaan dan rekor,” ujar Abdul-Jabbar kepada sportskeeda.com dalam sebuah wawancara Januari 2017 lalu.

Setelah mengarungi musim-musim yang luar biasa, Kareem Abdul-Jabbar pun pensiun.

 

Baca juga:

Lahirnya Ferdinand Lewis Alcindor Jr. 

Boikot Olimpiade dan Belajar ke Bruce Lee

 

Foto: The Undefeated

Komentar