IBL

Rumor mengenai adanya beberapa pemain IBL yang tidak lagi boleh bermain sudah sampai ke kami sejak beberapa minggu yang lalu. Rumor yang sudah menyebar ke mana-mana itu menyatakan bahwa ada “sesuatu” dengan para mantan pemain Siliwangi Bandung yang berlaga di IBL 2017 lalu.

Pada tanggal 6-10 November lalu, 10 tim IBL mengikuti turnamen Perbasi Cup 2017 di Britama Arena Jakarta. Ajang ini menjadi ajang pemanasan sebelum IBL musim reguler 2017-2018 bergulir pada tanggal 8 Desember 2017 nanti. Para pemain yang bermain di setiap tim di Perbasi Cup 2017 pun kemungkinan besar adalah mereka yang akan berlaga di IBL 2017-2018.

Dari daftar nama pemain di Perbasi Cup 2017, nama-nama pemain Siliwangi dari IBL 2017 menghilang. Padahal, sulit untuk mengatakan bahwa nama-nama tersebut sudah tidak lagi memiliki kemampuan atau kapasitas bermain di ketatnya kompetisi IBL. Mereka tidak muncul di tim tempat mereka bermain di musim 2017 lalu, tidak pula ada di daftar pemain sembilan tim lainnya untuk Perbasi Cup 2017.

Beberapa waktu sebelumnya, tepatnya tanggal 13 September, melalui akun instagramnya, Bima Perkasa Jogja mengumumkan perekrutan Gian Gumilar untuk musim berikutnya.

“Gian Gumilar. Tambahan terbaru dalam skuad kami untuk musim kompetisi depan. Gian ditransfer dari JNE Siliwangi dan akan menjadi bagian dari BP Jogja secara permanen. Organisasi BP Jogja mengucapkan selamat datang bagi Gian di BP Jogja.” Begitu bunyi tulisan di bawah foto Gian Gumilar di unggahan instagram @bpjogja.

Namun kemudian, nama Gian Gumilar pun menghilang di daftar nama pemain Bima Perkasa Jogja yang mengikuti Perbasi Cup 2017 (6-10 November 2017).

Rumor tentang dilarangnya beberapa mantan pemain Siliwangi untuk bermain di IBL 2017-2018 semakin sering kami dengar. Kata-kata “mantan pemain Siliwangi” paling sering berhembus.

Jawa Pos-Honda Pro Tournament 2017 (JP Pro Tournament) berlangsung di DBL Arena Surabaya dari tanggal 18 sampai 26 November. Di daftar pemain tim Flying Wheel Makassar, terdapat nama Vinton Nolland Surawi. Vinton adalah salah satu pemain Siliwangi di IBL musim lalu. Nama Vinton tidak tertera di daftar pemain Siliwangi yang berlaga di Perbasi Cup 2017.

Pada hari ini, sebuah surat tertanggal 21 November 2017 yang seharusnya untuk kalangan terbatas tersebar luas. Selain menerima langsung dari panitia JP Pro Tournament, kami juga menerima salinannya dari media sosial instagram, twitter dan aplikasi pesan singkat whatsapp. Surat tersebut sudah menyebar ke mana-mana dalam waktu yang relatif sangat singkat.

Ada dua surat. Surat pertama bernomor 514/XI/PP/ 2017 bertanggal 21 November 2017 ditujukan kepada Direktur Utama PT. DBL Indonesia (penyelenggara JP Pro Tournament). Isinya, meminta agar penyelenggara bersama Pengurus Provinsi (Pengprov) Jawa Timur untuk segera mengeluarkan nama Vinton Nolland Surawi dari daftar pemain Flying Wheel Makassar; Tidak mengizinkan Vinton bertanding di JP Pro Tournament 2017, dan; Apabila yang bersangkutan memaksa untuk ikut dalam pertandingan untuk segera ditindak tegas oleh wasit yang bertugas dan apabila diperlukan dapat dibantu oleh tim keamanan JP Pro Tournament 2017.

Surat kedua bernomor 508/XI/PP/2017 bertanggal 21 November 2017 ditujukan kepada para ketua umum Pengprov Perbasi seluruh Indonesia. Isinya adalah daftar yang berisi sembilan nama yang “secara sah dan meyakinkan melakukan pelanggaran indisipliner melakukan pengaturan skor (match fixing) dan mereka dihukum untuk tidak dapat mengikuti seluruh kegiatan bola basket di seluruh Indonesia baik sebagai pemain dan/atau pelatih dan/atau official maupun membuka kegiatan dan/atau kepelatihan bola basket di seluruh Wilayah Republik Indonesia selama:

Dua surat itu membuat heboh, sekaligus juga membuat penasaran karena banyak hal. Misalnya saja, bagaimana cara Perbasi membuktikan bahwa sembilan (8 pemain dan 1 official) orang itu bersalah melakukan pengaturan skor pertandingan?

Siapa yang pertama kali mengungkap kasus ini? Apa saja bukti-buktinya?

Dari sekian lama rumor tentang pengaturan skor ini berkembang di kalangan pecinta basket Indonesia, kenapa baru hari ini surat tersebut disebar (dan bocor ke publik)?

Kalau memang Vinton ada di dalam daftar para pemain yang kena sanksi dan Perbasi tahu namanya ada di daftar pemain JP Pro Tournament 2017 yang sudah diumumkan sejak tanggal 8 November, kenapa baru hari ini (setelah JP Pro Tournament berjalan empat hari) mengeluarkan surat tersebut? Mengapa tidak dari awal memberikan pemberitahuan, baik kepada tim Flying Wheel Makassar maupun panitia JP Pro Tournament?

Pertanyaan-pertanyaan lain juga bermunculan dan bisa berkembang ke mana-mana.

Untuk menjawab hal ini, kami langsung menghubungi George Fernando Dendeng. George adalah Head of Legal Department PP Perbasi di bawah kepengurusan Ketua Umum Danny Kosasih. Dua surat yang menyebar tentang sanksi tersebut juga ditandatangani oleh Danny Kosasih.

 

Katanya Perbasi sudah mengendus ini sejak lama. Nah, sejak lamanya itu sejak kapan tepatnya?

Jadi gini, ok lah kita cerita dari awal. Setelah musim IBL (2017) berakhir, ada yang datang ke kita, (ke) Perbasi.

 

Siapa dia? Pemain? Pelatih?

Saya tidak perlu bilang lah. Kita harus menjaga privacy-nya dia. Kita menghargai keberanian dia. Meskipun saya harus bilang kalau memang dari sembilan itu, salah satunya adalah yang dihukum itu adalah pengadu juga. Dia bilang dia menerima sejumlah dana untuk mengatur skor. Supaya game ini sesuai permintaan. Gua tidak akan bilang siapa yang menyuruh, ini siapa, yang jelas memang ada pengakuan seperti itu. Cuma kita tantang balik, ya sudah, sekarang dibuktikan, mana buktinya? Karena memang isu ini sudah berhembus banyak sekali, lama sekali, dari mungkin sebelum NBL (Indonesia) pun sudah ada. Dari IBL dari Kobatama yang dulu-dulu pun katanya ada permainan seperti ini. Cuma memang tidak pernah ada yang membuka. Tidak pernah ada yang berani untuk datang ke kita, ngomong, buktinya begini-begini-begini. Begitu dia buktikan semua, kita simpan. Adalah bukti-buktinya, kompletlah semua. Saya tidak perlu bilang buktinya apa. Dari bukti itu kita cross check masing-masing, kita panggil semua para pihak kita panggil, kita wawancara, kita sajikan bukti-buktinya, akhirnya mereka mengaku.

 

Pihak-pihak itu adalah sembilan orang itu?

Sembilan-sembilan itu sudah dipanggil semua. Tidak semua pemain ya, delapan pemain dan satu ofisial. Sembilan itukan bukan semuanya pemain. Mereka semua sudah mengakui, sudah bilang minta maaf ke kita. Tapi secara organisasi kita harus mengambil sikap. Tidak bisa kita membiarkan begitu saja.

 

Ada atau tidak orang lain di luar yang sembilan itu yang juga dipanggil?

Ada. Ada. Tapi gua tidak bisa bilang siapa, dari mana.

 

Paling sederhana, ada berapa orang?

Yang kita sudah panggil kurang lebih ada tiga-empat orang, di luar, ini..

 

Kenapa, baru diumumkan sekarang?

Jadi begini, dalam proses pengumuman, pencarian bukti dan segala macam kan kita harus hati-hati. Karena terus terang saya memulai penyelidikan ini benar-benar hanya orang-orang tertentu saja yang tahu. Dari intern PP Perbasi tidak semuanya ngerti. Nah, kita sudah memutuskan tanggal 31 Oktober (2017). Keputusan itu sudah ditandatangani dan di-e-mail ke pemain tanggal 2 November. Permasalahan mereka terima atau tidak, mereka buka e-mail atau tidak itu di luar kuasa kita. Tapi ada satu komitmen dari mereka. Mereka minta kalau hal ini jangan dibuka, jangan di-publish. Fine, ok. Apa in return-nya? In return-nya, mereka tidak akan main di kompetisi apapun di Indonesia. Itu jaminan mereka. Gitu lho. Yang janji itu bukan saya, dia janji ke organisasi saya, Perbasi. Dan kita komitmen untuk itu. Buktinya, sampai saat ini, kalau ditanya, pemain-pemain itu, sembilan (delapan) pemain itu masih banyak dapat tawaran dari klub-klub untuk bermain. Saya bilang, terserah kamu mau bilang (apa ke klub-klub itu), mau mundur, mau pensiun, itu terserah kamu. Tapi saya tidak mau kamu sampai ada di roster di liga apapun, turnamen apapun di bawah naungan Perbasi dalam artian menggunakan wasit, pengawas pertandingan dari Perbasi. Sampai kejadian di Jawa Pos (Pro Tournament 2017) ini. Ketua umum langsung sudah mengingatkan secara pribadi ke Flying Wheel untuk tidak menggunakan Vinton. Lisan. Secara pertemanan, 'tolong kamu, Vinton lagi ada permasalahan, tolong kamu jangan pergunakan dulu untuk turnamen apapun.' Ternyata tidak dijalankan. Sampai kita lihat roster, ada nama Vinton. Kita coba hubungi Vinton, tidak pernah ada tanggapan, sudah kita sempat tanyakan komitmennya, tidak ada tanggapan juga sampai game pertama.

 

Kenapa tidak langsung beri tahu penyelenggara JP Pro Tournament dari awal?

Karena kita kan punya komitmen. Kita menghargai komitmen dong. Benar, tidak? Kita menghargai komitmen untuk, lu kan komitmen untuk tidak bermain, ok kita juga tidak akan buka kok selama ini. Tapi komitmen itu dilanggar sampai dua kali. Malam itu langsung saya WA, 'kamu ngapain main? Kita kan sudah ada komitmen.' Tidak dibalas, tidak dijawab. Hari kedua dia tidak main. Kita pikir dia sudah ngertilah risikonya. Ternyata game kemarin lawan Pacific dia main. Ya sudah pasti kan kita, secara tidak langsung, berarti dia tidak respek dengan keputusan kita, tidak menghargai keputusan kita. Ya sudah, risikonya kan semua juga sudah tahu bahwa kita harus open agar tidak terjadi lagi hal seperti ini. Begitu sih simpelnya.

 

Sebenarnya, perlu tidak, ada keterangan, kapan kalian ketemuan dengan para pemain itu?

Saya pikir tidak perlu, karena kita cuma memberikan gambaran secara luas bahwa kejadiannya seperti ini dan sudah keluar keputusan tanggal segini, ya kami minta (PT.) DBL (Indonesia) untuk menghormati keputusan kami dari organisasi. Perkara detailnya seperti apa, saya pikir itu bukan sesuatu yang urgen buat DBL.

 

Berapa pertandingan yang diatur, dan boleh tahu tidak, pertandingan yang mana saja?

I can not talk about that-lah. Tapi ada beberapa, lebih dari dua kali kejadian seperti itu. Dan ini bukan kejadian pertama. Ini sudah kejadian dan bukan cuma dari game Siliwangi (saja). Coba cek-lah, tunggu IBL keluarin statement, ada-tidak pemain asing yang di-banned tahun ini untuk tidak bisa ikut draft. Saya rasa jawabannya pasti ada.

 

Apakah para pemain itu dapat kesempatan membela diri? Atau, apakah Perbasi punya semacam komisi banding?

Bukan banding. Kalau mereka ada keberatan, kalau merasa hukumannya terlalu berat, silakan ajukan surat ke kami. Nanti kami pikirkan untuk, mungkin mengurangi atau untuk memikirkan kembali hukuman tersebut. Cuma memang intinya itu bukan berapa tahunnya, kita harus lihat ini efek jeranya untuk yang lain. Itu yang paling penting.

 

Selain mereka yang sembilan ini, ada atau tidak kemungkinan nama-nama lain menyusul? Siapa tahu ada yang mengaku bahwa ada yang diperintah oleh orang lain juga.

Justru itu yang kita harapkan sebenarnya. Cuma sebagian mereka menutupi diri, bahwa mereka tidak mau menjual temannya. Saya pikir, ya terserah, itu hak mereka dan kita juga tidak bisa memaksa mereka untuk sebut nama. Kita sudah mengusahakan untuk beberapa yang lain untuk menyebut nama, tapi kalau mereka menolak, ya kita bisa apa? Tapi ya ini sudah warning banget untuk yang lain, jangan sampai ke depannya begini. Sebenarnya wacananya sudah lama, kita akan menggandeng kepolisian dan lain-lain untuk ini. Cuma memang karena agenda yang banyak sekali di Perbasi, hal ini sering terlupakan. Tapi ternyata ini esensial banget. Ke depannya mungkin kita akan berjalan dengan kepolisian untuk preventif ke depannya. Jangan sampai ke depannya ada tangkap tangan kan, saya tidak bisa ngomong sekarang.

 

Tidak takut ini malah akan membuka kotak pandora? Misalnya ternyata ada pihak-pihak lain lagi yang terlibat.

Saya sudah bilang sama ketua umum saya, kalau anggota kita pun ada yang terlibat, mohon maaf, saya orang pertama yang akan sikat. Terus terang. Saya bilang, sebelum kita bersihin yang lain, make sure tangan kita bersih semua. Itu sudah komitmen saya sama ketua umum. Tapi, kalau ketua umum saya bilang setop soal ini, saya setop.

 

Tidak akan tanya kenapa harus disetop?

Ya nanti itu pertanyaan berikutnya. Tapi kalau ketika ada komando untuk setop, saya sebagai orang organisasi, saya setop.

 

Jadi terserah ketua umumnya ya?

Ketika ketua umumnya bilang maju terus, kita maju terus. Kalau tidak, ya kita setop. Atau ya stagnan saja nantinya kalau tidak ada temuan-temuan baru. Atau tidak ada yang mau ngaku lagi. Yang paling penting itu bahwa kita ada komitmen. Ternyata komitmen itu dilanggar, ya mau tidak mau kita harus menyebarkan ini sebelum ada Pengprov-pengprov lain, terutama, ini kan ranah kita Perbasi. Itu kan surat untuk Pengprov seluruh Indonesia. Tidak ditujukan untuk masayarakat umum. Itu pemberitahuan secara massal kepada Pengprov untuk tidak menggunakan lagi (para pemain itu), karena tarkam-tarkam (singk. Turnamen antarkampung) begitu banyak sekarang, kita tidak bisa kontrol mereka main di mana. Begitu mereka menggunakan jasa pemain-pemain tersebut, siap-siap mungkin ada hukumannya untuk mereka nantinya. (*)

Komentar