IBL

Segala sesuatu yang besar selalu dimulai dengan satu langkah kecil. Langkah itu pun berlanjut satu demi satu, meski terkadang dibarengi dengan mencoba beberapa hal supaya jadi lebih cepat. Contoh tersebut bisa dilihat dari Nike. Rumah lelang Sotheby’s akan melelang sejumlah sepatu bersejarah di kancah olahraga guna meramaikan pembukaan Olimpiade Tokyo 2021.

Ada beberapa benda yang akan dilelang pada 23 Juli. Tapi, satu yang paling menyita perhatian adalah sepatu bikinan tangan Bill Bowerman pada tahun 1960-an. Barang tersebut merupakan prototipe sepatu lari sekaligus menggambarkan kegalauan yang dirasakan dalam membangun perusahaan produk olahraga.

Itu bisa dilihat dari bentuk logo di kedua sepatu. Terdapat empat calon logo Nike yang disematkan pada sisi luar dan dalam di sepatu kanan dan kiri. Maka dapat disimpulkan bahwa Bowerman setidaknya punya empat jenis calon logo. Sebelum kemudian Carolyn Davidson mengajukan logo contreng bernama ‘Swoosh’ pada 1971 yang dipakai hingga kini. Kisah itu dapat disimak dalam artikel kami berjudul Perempuan di Balik Perumusan Logo Nike Seharga AS$35.

Bill Bowerman dan Phil Knight mendirikan Blue Ribbon Sport (BRS) sebagai cikal bakal Nike. Keduanya mengawali bisnis dengan menjual sepatu olahraga Onitsuka Tiger dari Jepang. Setelah itu, mereka merasa punya kesempatan untuk membuat sendiri sepatu. Di sanalah keduanya mulai merumuskan Nike. Mulai dari model, teknologi, hingga logo.

Atlet-atlet di University of Oregon jadi target penjualan. Termasuk ke para atlet dengan prestasi mentereng. Bowerman tak segan membuatkan mereka sebuah sepatu. Tak lupa ia meminta sang atlet untuk mencobanya sekaligus memberikan penilaian. Kisah itu dapat disimak dalam buku karya Bill Bowerman berjudul ‘Shoe Dog: A Memoir by the Crator of Nike’.

Patung Harry Jerome di Stanley Park, Vancouver.

Benar saja, sepatu lari itu dibuat untuk Harry Jerome. Seorang pelari internasional level Olimpiade berkebangsaan Kanada. Pelari yang meninggal pada 1982 itu memegang tujuh medali atletik tingkat dunia. Kegemilangannya diakui setelah meraih medali perunggu pada Olimpiade Tokyo 1968.

Sayangnya Jerome tidak pernah memakai sepatu ini di kancah perlombaan. Dan sebatas memakainya untuk latihan. Kendati demikian, ini tetaplah sepatu bersejarah bagi Nike.

Bagian bersejarah lain ada pada sol. Kita bisa melihat karet yang dibentuk seperti waffle pada bagian tengah. Nike memang mengenalkan teknologi waffle di awal kehadiran mereka. Menganggap bahwa pola tersebut dapat memberi sensasi nyaman bagi pemakai.

Selama beberapa waktu, Bowerman menyaksikan cleat (paku pada bagian depan sol sepatu track( berbahan logam atletnya meninggalkan bekas pada trek lari. Ia bertanya-tanya apakah ada sepatu yang bisa memberi traksi dalam cuaca buruk tanpa paku. Lalu, pada suatu Minggu pagi di tahun 1971, Bowerman dan istrinya sedang sarapan wafel ketika solusi akhirnya datang, dan "sol wafel" pun lahir.

Sotheby’s memprediksi harga jualnya akan sangat tinggi. Mengingat ini adalah fosil terselamatkan dari perusahaan olahraga terbesar di dunia saat ini. Mereka menaksir harganya mencapai AS$1 juta, atau sekira Rp1,7 miiar. (ajb)

Foto: Sotheby's

Komentar