IBL

Russell Westbrook dan John Wall bertukar tempat. Hal ini resmi terjadi setelah Houston Rockets dan Washington Wizards menemukan kata sepakat untuk menukar kedua bintang mereka. Wizards di sini menambahkan hak memilih putaran pertama di NBA Draft 2023 untuk Rockets sebagai kompensasi lebih atas jasa Westbrook.

Transaksi ini mungkin adalah salah satu transaksi pertukaran pemain terbesar di jeda musim kali ini. Namun, saya pribadi adalah pihak yang tak pernah menyangka pertukaran ini akan terjadi. Ya, meski kabar mengenai kesepakatan kedua tim terus bermunculan sejak pertengah November lalu, kepercayaan saya sama sekali tak tergoyahkan.

Mengapa demikian? Alasan utama di pikiran saya mengapa seharusnya kesepakatan ini tidak pernah terjadi karena sebenarnya tidak ada perbedaan signifikan dari Westbrook dan Wall. Bahkan, bisa dibilang permainan keduanya cukup identik. Satu nama lain yang mungkin cukup identik dengan keduanya adalah garda Sacramento Kings, De’Aaron Fox. Atau mundur ke belakang, Derrick Rose yang belum terkena cedera juga cukup identik dengan tiga nama di atas.

(Baca juga: Rockets – Wizards Sepakati Pertukaran Russell Westbrook dan John Wall)

Sama-sama berposisi sebagai point guard, keduanya juga memiliki postur yang nyaris identik. Westbrook tercatat memiliki tinggi badan 191 sentimeter sedangkan Wall 193 sentimeter. Westbrook dan Wall jugas sama-sama mengandalkan atletisme mereka di sepanjang kariernya. Aksi-aksi menerobos ke area kunci yang diakhiri dunk-dunk spektakuler seolah sudah menjadi trademark keduanya.

Keduanya juga adalah fasilitator ulung. Wall unggul atas Westbrook secara rataan karier dengan 9,2 asis per gim sedangkan Westbrook 8,3 asis per gim. Namun, jika dilihat perkembangannya, Westbrook memiliki grafik cukup meningkat. Dalam lima musim terakhir, Westbrook menorehkan rataan dua digit asis per gim sebanyak empat kali. Satu-satunya catatan tak dua digit Westbrook tercipta musim lalu, musim pertama dan satu-satunya dengan Rockets dengan catatan 7,0 asis per gim. Wall pun tak kalah, sepanjang kariernya, ia tiga kali menyentuh rataan dua digit asis per gim.

Secara kelemahan pun, keduanya juga nyaris serupa. Baik Westbrook atau Wall tak pernah dikenal memiliki tembakan jarak jauh yang baik. Keduanya pemain yang gemar beroperasi di area menengah (mid-range). Akurasi 30 persen dari tripoin milik Westbrook dan 32 persen milik Wall merupakan bukti betapa lemahnya mereka di luar garis busur. Secara efektivitas tembakan keseluruhan (eFG%), keduanya identik di angka 46 persen, jauh dari rata-rata liga (musim lalu 52 persen).

Statistik-statistik di atas yang membuat saya sama sekali tak mengira kesepakatan ini terjadi. Setelah terjadi pun, saya yakin kesepakatan ini tak ada hubungannya dengan strategi permainan, lebih ke arah penyegaran suasana tim atau pembentukan chemistry dalam tim yang dalam hal ini tidak ada seorang pun mampu mengukurnya.

Kesepakatan ini tidak lebih dari perjudian masing-masing tim. Perjudian untuk mendukung ace dari masing-masing tim, James Harden dan Bradley Beal. Besar kemungkinan, isu Westbrook dan Wall yang sudah tidak betah dengan tim asal mereka merupakan kunci utama mengapa pertukaran yang sama sekali tak signifikan di mata statistik ini terjadi.

Namun, jika diharuskan memilih siapa yang lebih untung dalam pertukaran ini, sekarang, maka pilihan saya akan jatuh kepada Wizards. Faktor utama tentunya adalah fakta bahwa terakhir kali Wall bermain di NBA terjadi pada 28 Desember 2018, hampir dua tahun yang lalu. Wall absen beruntun karena cedera tumit yang lantas diikuti Achilles.

Dalam kurun waktu yang sama, Westbrook masih menorehkan rataan tripel-dobel di musim terakhirnya bersama Thunder dan membukukan 27,2 poin, 7,9 rebound, dan 7,0 asis dengan Rockets. Meski sempat absen di awal musim lalu karena masalah di lutut, Westbrook masih menunjukkan performa yang serupa dengan empat musim ke belakang bersama Thunder.

Atas hal ini, maka secara konsistensi, Westbrook masih sangat terjaga dan bisa langsung digunakan jasanya oleh Wizards. Berbeda dengan Wall yang rasanya harus melakukan banyak penyesuaian setelah dua tahun tak terlibat di gim NBA. Saya tahu, video Wall latihan di Miami dengan Harden, Michael Beasley, dan pemain IBL, Martavious Irving, terlihat cukup baik. Namun, percayalah, bermain di level NBA, jauh berbeda dari sekadar pick-up game semacam itu (lihat saja Carmelo Anthony selama ini).

Selain itu, Wall juga lebih akrab dengan kekalahan ketimbang kemenangan sepanjang kariernya. Selain hanya pernah lolos ke playoff empat kali, rekor menang-kalah keseluruhan Wall di musim reguler adalah (271-302). Meski buruk, harus diakui Wall tak pernah mendapat rekan satu tim yang berkaliber apik. Beal mungkin adalah rekan terbaik yang pernah ia miliki dan Beal lebih muda dari Wall.

Kehadiran Scott Brooks sebagai kepala pelatih juga menjadi keuntungan sendiri untuk Wizards. Brooks dan Westbrook pernah bekerja sama di bawah organisasi Oklahoma City Thunder. Keduanya berhasil melaju ke final NBA 2012 sebagai skuat yang sangat muda. Di bawah Brooks, Westbrook bukanlah opsi utama serangan Thunder dan ia tidak masalah dengan hal itu.

Sekarang, Westbrook juga tidak akan menjadi opsi utama tim. Wizards sudah menetapkan bahwa Beal adalah poros utama tim mereka dengan perpanjangan kontrak hingga 2023 nanti dengan nilai AS$72 juta. Ditambah usia dan pengalaman Westbrook, rasanya ia tidak akan masalah berperan lebih menjadi fasilitator untuk tim. Apalagi, ia sudah tidak perlu membuktikan apa-apa lagi kecuali mengejar gelar juara.

Kondisi berbalik ada di Wall. Salah satu rumor tidak harmonisnya hubungan Wall dan manajemen Wizards kabarnya juga dipicu peran Wall yang tergeser oleh Beal. Meski rumor ini tak pernah terklarifikasi karena Wall menolak berkomentar, secara logika, hal ini memang sangat mungkin terjadi. Wall yang masuk dua musim lebih dahulu dari Beal adalah bintang utama tim sebelum ia terkena cedera dua tahun lalu. Sekarang, dua tahun absen, rasanya Wall dalam motivasi tinggi untuk membuktikan bahwa dirinya masih Wall yang dulu dan hal ini biasanya akan merusak kondisi tim.

Satu hal lain yang memberatkan Rockets adalah Wall bukanlah satu-satunya pemain yang baru pulih dari cedera. DeMarcus Cousins yang baru mereka rekrut juga absen satu musim penuh. Gim terakhir Cousins ia lakoni dengan seragam Golden State Warriors di final NBA 2019, lebih dari satu tahun yang lalu. Dengan dua pemain yang kemungkinan besar mengisi barisan utama baru sembuh dari cedera, Rockets rasanya akan mengalami awal musim yang lebih berat ketimbang Wizards.

Menarik menunggu bagaimana kiprah dua pemain ini dengan tim baru mereka. Sebuah perjudian besar menyambut musim yang nantinya belum tentu akan ada penonton. Sebuah perjudian besar dalam mengubah takdir masing-masing organisasi. Wizards mengejar playoff yang lebih baik, sedangkan Rockets hanya menuju satu tujuan, gelar juara. Siapa yang akan tersenyum di akhir nanti? Mari kita lihat bersama-sama.

Foto: NBA

 

Komentar