IBL

Arif Hidayat, garda Prawira Bandung, akhirnya kembali ke Surabaya. Sejak pindah ke Bandung, ia belum sempat tampil di depan warga Kota Pahlawan lagi. Pada IBL Seri VI Surabaya, akhirnya ia bisa merasakannya.

Arif dulu merupakan pahlawan. Ia ikut mengantarkan piala IBL (2016) dan ABL (2019) ke Surabaya bersama CLS Knights Indonesia. Mereka merupakan salah satu kebanggaan kota ini.

Pada suatu kesempatan, saya bertemu dengan Arif. Kami berbicara tentang Surabaya. Juga kepindahannya ke Bandung.

Setelah sekian lama, akhirnya tampil kembali di Surabaya. Seperti apa rasanya?

Senang, sih. Jujur, saya senang. Setiap kembali ke Surabaya merasa berada di rumah. Kadang sampai pesan Go-Jek buat antar jajanan Surabaya kalau tidak bisa keluar hotel. Senang banget bisa tampil di sini lagi.

Ada target apa di sini? Sapu bersih?

Sapu bersih, dong. Saya taruhan sama Pandu (Wiguna) dan Hari, fotografer IBL. Saya bilang ke Pandu, kalau sampai Prawira tidak sapu bersih, saya terakir dia Gyukaku. Kalau ke Hari, saya terakhir siomay ternate dan cendol.

Ini sebenarnya pengalaman pengalaman pertamamu keluar dari Surabaya. Setelah dari CLS Knights, pindah ke Bandung untuk bergabung dengan Prawira. Apa yang kamu rasakan?

Excited. Saya sampai tanya ke Firman (Dwi Nugroho) seperti apa rasanya pindah. Kalau memang sudah waktunya keluar, ya keluar, biar bisa melihat suasana baru. Seperti apa rasanya pindah tim dan bertumbuh.

Ada kesulitan untuk adaptasi?

Tidak sama sekali. Anak-anak Prawira baik-baik. Banyak membantu di sana. Tidak ada masalah sama sekali.

Kalau di luar lingkungan klub?

Kalau itu, rasanya saya telat pindah ke Bandung. Teman-teman yang kuliah di sana sudah cabut semua ke Jakarta. Kebanyakan ke sana. Jadi, kalau main, paling sama anak-anak mes.

Kalau sudah latihan agak susah mencari teman. Paling sama Firman berdua.

So far, Bandung is so good? Tidak ada masalah, kan, sama Bandungnya?

So far, saya senang. Sejuk kalau pagi. Jalanannya oke, kecuali Sabtu-Minggu karena macet. Bandung tidak terlalu beda jauh sama Surabaya.

Kalau Jakarta, kan, beda. Suasana jalanannya beda. Bandung dan Surabaya saya suka.

Di Prawira, Arif ada di bawah bimbingan Giedrius Zibenas, salah satu pelatih terbaik IBL. Apa pendapatmu tentang dia?

Saya salut dengan etos kerjanya. Dia juga detail sejak hari pertama sampai sekarang ini. Kerjanya sama. Habis gim, ada sesi video. Latihan pun sama. Mau kalah atau menang, setiap latihan standarnya sama. Tidak bisa santai-santai.

Meski pun latihan tanpa kontak, intensitasnya juga tinggi. Seolah sedang berada di antara game situation. Pokoknya tidak boleh menurunkan standar.

Ini bukan pertama kalinya Arif dilatih pelatih asing. Tahun lalu ada di bawah bimbingan Brian Rowsom di CLS Knights. Ada perbedaan tidak? Apalagi Brian dari Amerika Serikat, Giedrius dari Eropa.

Sebenarnya agak susah membandingkan antara Amerika dan Eropanya ini. Soalnya saya baru ditangani dua orang ini. Saya tidak tahu apakah pelatih Amerika atau Eropa lain seperti mereka.

Cuma gini, Coach Brian ini lebih ke tipe pelatih yang pemainnya sudah harus bisa. Dia tidak memperhatikan lagi detail-detail. Dia juga lebih kalem orangnya. Kalau Coach Ghibby (Giedrius) ini lebih ekspresif. Di lapangan teriak-teriak.

Saya pribadi sangat suka dengan keduanya. Saya suka Coach Ghibby juga. Dia detail.

Ini pertama kalinya Arif kembali ke IBL setelah bermain di ABL selama dua musim. Perubahan apa yang kamu rasakan?

Banyak pemain muda di IBL yang membuat saya merasa tua sekarang. Saya kira saya masih muda, ternyata tidak.

Saya senang melihat ini. Saya sempat bertemu dengan Leonardo dari Louvre Surabaya. Dulu kalau tidak salah dia ikut DBL Camp. Saya jadi interpreter. Sekarang dia main di Louvre. Berarti benar, saya tua, hahaha.

Secara kompetisi oke?

Berbeda. Sekarang tidak ada big match. Semua sama, semua rata. Tidak bisa ditebak.

Ada yang bikin kaget? Dulu kita mengengal NSH tim papan bawah, sekarang hebat. Ada tekanan?

Tidak, tidak ada. Semua sama saja. Kita lihat mereka bagus-bagus sekarang. Cuma Prawira harus percaya diri. Harus kami kontrol semua tekanan.

Oh ya, soal CLS Knights, sekaranga mereka ikut TBSL di Thailand. Ada tanggapan soal itu?

Pertama saya dengar mereka mau ke Thailand selama 2—3 bulan, saya berpikir, “Kuat tidak, ya, mereka di sana?” Dari ABL ke Thailand. Luar biasa.

Apalagi sekarang ada wabah Corona. Di mana-mana ada imbauan untuk berhati-hati.

Iya, benar. Tadi saya chat Mas Ricky (Dwitauri), asisten pelatih CLS Knights, soal kondisi di sana. Saya tanya di sana aman atau tidak. Katanya, sih, aman. Cuma memang disuruh bubar liganya sama pemerintah karena Corona. Kalau tetap dilanjutkan bisa sampai dipenjara. Berarti mereka memang serius memberlakukan hal itu.

Oke, soal harapan buat dirimu sendiri, buat Prawira, dan buat CLS Knights?

Buat saya, tentu jadi orang yang lebih baik. Jadi anak yang lebih baik. Jadi teman yang lebih baik. Baik dalam berbagai hal.

Kalau Prawira, pasti targetnya jadi juara. Kalau CLS Knights, I miss you. Kangen memang sama CLS Knights. Kemarin dari Kediri langsung ke Surabaya. Mengingap di daerah Kertajaya. Latihan di Kertajaya. Feel like home.   

Haha, selamat datang kembali di Surabaya. Terima kasih buat wawancaranya.

Siap, thank you.

Foto: Aliva Gabrielle

Komentar