IBL

Pabrikan Amerika Serikat New Balance tak ingin kalah dengan para pesaingnya soal pengembangan teknologi sepatu. Kali ini, mereka mengumumkan perilisan sepatu lari dengan sol yang dicetak secara tiga dimensi atau 3D. Inovasi sol terbarunya ini kemudian dinamai Triple Cell dan direncanakan akan dijual secara global di gerai terpilih pada pertengahan September tahun ini.

Pada 2017, New Balance dan laboratorium FormLab menandatangani kerja sama untuk mengerjakan proyek ini bersama-sama. FormLab sendiri adalah laboratorium berbasis di Massachusetts dengan fokus produksi bahan kimiawi melalui proses 3D. Tujuan utamanya adalah membuat sol baru demi mengganti sol EVA konvensional yang dianggap kurang awet.

Sol samping (midsole) konvensional untuk sepatu lari mayoritas terbuat dari plastik Ethylene Vynil Acetate (EVA) yang dicetak dengan bentuk tertentu. Proses ini menghasilkan selapis plastik yang kuat dan mampu mengembalikan daya tekan ke arahnya. Prinsip fisika inilah yang dinamai pengembalian energi tekan tubuh terhadap sepatu (Energy Return) sehingga dapat menghemat tenaga agar mampu berlari lebih jauh. Itulah yang digaungkan pembuat sepatu lari dengan memberi nama sol EVA-nya masing-masing demi strategi pemasaran demi meraih atensi.

Sayangnya, sol EVA punya keterbatasan masa pakai. Setelah dipakai beberapa lama, prinsip pengembalian energi itu akan berkurang. Konturnya akan semakin keras dan menipis. Itulah mengapa para pelari profesional akan menghitung seberapa jauh sepatu jagoannya dipakai berlari. Bila mencapai batas tertentu, maka ia harus mengganti sepatu baru karena kinerja sol EVA yang habis. Degradasi semacam ini akan meningkatkan limbah sepatu rusak dan akan berdampak pada penumpukan sampah hasil gaya hidup manusia. Hal itu membuat New Balance harus berpikir agar mereknya ikut berpartisipasi dalam isu lingkungan.

New Balance lalu mengontak FormLab untuk membuat sol alternatif pengganti sol konvensional berbahan plastik EVA. Perumusannya pun diperkuat dengan sistem produksi 3D sehingga dapat menekan biaya produksi. Setelah dua tahun proses penelitian, duo perusahaan tersebut memperkenalkan sol berbahan plastik Photopolymer. Demi mengamankan aset, New Balance telah mematenkan inovasi tersebut dengan nama Rebound Resin.

Siluet pertama yang memakai bantalan TripleCell adalah edisi klasik 990 dengan pengembangan terkini. Mereka kemudian menamainya dengan New Balance 990 Sports. Pihak pabrikan menjamin bahwa produk baru ini memiliki bantalan yang lebih awet, empuk, dan tahan lama dibandingkan dengan sol berbahan EVA konvensional. Banderol AS$185 dijatuhkan bagi siapa saja yang ingin memilikinya.

Inovasi proses produksi bantalan sol semacam ini sudah lazim dilakukan pabrikan besar. Yang paling menyita perhatian adalah bagaimana adidas telah membuat bantalan 4D yang dinamai FutureCraft. Si Tiga Garis lalu menasbihkannya sebagai calon sepatu masa depan. Sayangnya, dengan harga retail mencapai AS$350 untuk edisi tertentu, konsep ini hanya bisa digapai oleh kalangan berduit. Oleh karenanya, kehadiran New Balance TripleCell bisa jadi solusi bagi siapa saja yang ingin mencoba sepatu berlabel “masa depan” lebih cepat dengan harga lebih terjangkau.

Inovasi ini layak diapresiasi. Namun demikian, ada satu pertanyaan yang masih belum di jawab oleh mereka. Kapan New Balance OMN1S dijual? Apakah Anda masuk ke dalam golongan yang menunggu sepatu Kawhi Leonard itu?

Foto: New Balance

Komentar