IBL

Converse Rubber Shoe Company mulai memproduksi barang-barang olahraga pada tahun 1910. Saat itu, olahraga basket yang digagas oleh Dr. James Naismith belum begitu populer, sebab baru diciptakan pada tahun 1891. Lalu pada tahun 1917, Converse melihat peluang pasar basket saat itu. Menanggapi permintaan pasar, Converse menciptakan sepatu khusus basket dengan 'Non-Skid', sebuah sneaker yang diberi nama berdasarkan outsole yang berpola berlian. Tiga tahun kemudian (1920) sepatu bernama 'All Star' langsung meledak di pasar basket. Selama setengah abad, Converse All Star merajai lapangan basket. Dipakai, dicintai, dan dibeli oleh pemain amatir, pemain profesional dan pecinta sneaker. Kini sudah 100 tahun sejak diciptakan, Converse All Star masih melekat di hati penggemarnya.

Majalah Sneaker Freaker diberi kesempatan oleh perusahaan Converse untuk melihat isi gudang mereka di Boston. Ini bukan hanya gudang biasa, lebih tepatnya museum. Sebab terdapat lebih dari 3.500 pasang sepatu Converse tersimpan rapi dengan suhu ruangan yang dikontrol dengan baik. Sepatu-sepatu itu seakan mampu menunjukkan sejarah perkembangan zaman. Sayangnya, tanggal pasti Converse meluncurkan sepatu basket pertama mereka hilang dari sejarah. Namun katalog yang menampilkan sepatu basket adalah dari tahun 1916. Pada katalog tersebut ditampilkan sepatu kanvas dengan potongan yang tinggi, termasuk 'Surefoot' dan 'Big Nine. Namun yang paling menarik perhatian adalah sebuah sepatu yang biasa disebut 'Non-Skid'.

Converse_Basketball_History_WEB4

Pada tahun 1920, seorang pemain basket bernama Charles Hollis Taylor sedang bermain di musim pertamanya untuk Firestone Non-Skids (sebuah tim yang berlaga di Cleveland Akron Industry League). Chuck --nama panggilannya-- menjadi terkenal ketika mencetak poin kemenangan Firestone atas Wingle Goodyear Akron lewat tembakan dari tengah lapangan. Saat itu, di Chuck sudah memakai sepatu Conversen Non-Skid.

Converse_Basketball_History_WEB9

Setelah karir basketnya usai, Chuck akhirnya menerima pekerjaan di bagian penjualan Converse di Chicago. Dari sinilah, Chuck mulai mempromosikan sepatu Converse. Mengingat dia adalah seorang pemain basket, Chuck diberi tugas untuk mempromosikan model All Star dan Non Skid. Pada pertengahan 1920, All Star ditetapkan sebagai standar sepatu basket di American Basketball League. Ini adalah tahun pertama saat liga basket profesional Amerika kasta tertinggi mulai dibuat. Converse pun punya kesempatan mengembangkan produknya dengan selalu menguji sepatunya dalam setiap pertandingan.

Setelah menghabiskan lebih dari satu dekade bekerja di penjualan Converse, ternyata Chuck Taylor berubah menjadi ikon merek tersebut. Chuck adalah pemain basket yang identik dengan Converse dan model All Star yang menjadi andalannya. Tepat pada awal 1934 Converse meluncurkan sneaker baru. Perusahaan memutuskan sneaker ini diberi nama 'Chuck Taylor All Star'.

Converse_Basketball_History_WEB11-700x468

Baru pada akhir tahun 50an, sebuah revolusi besar All-Star muncul. Karena lebih banyak orang daripada mulai bermain bola basket, beberapa pemain meminta sepatu sneaker rendah untuk mengurangi rintangan pada pergelangan kaki. Converse mendaftarkan Harlem Globetrotters untuk mengembangkan varian baru ini.

Converse menurunkan beberapa perancang sepatu sekaligus beberapa pasang All Stars ke tim tersebut, dan mereka memenggal bagian atas agar menghasilkan versi low-cut. Melalui pengembangan inilah Converse merancang Chuck Taylor All Star 'Ox' - singkatan dari 'Oxford Cut' - pada tahun 1957.

Penampilan terakhir dari Chuck Taylor All Star di NBA akan berada di kaki Wayne 'Tree' Rollins pada musim 1979-1980. Tahun 80an akan menandai berakhirnya sejarah panjang All Star di bola basket profesional, tapi seperti yang kita semua tahu bab baru untuk sepatu itu baru saja dimulai.

Converse_Basketball_History_WEB7

Converse All Star diciptakan pada saat menentukan pada awal basket mulai berkembang, dan sepatunya akan menjadi sepatu basket paling fenomenal yang pernah ada. Chuck Taylor dan All Star-nya membawa basket ke seluruh bagian Amerika Serikat. Tanpa All Star, bola basket mungkin tidak akan pernah menjadi olahraga seperti sekarang ini. Jadi lain kali bila Anda memakai sepasang Converse All Star, luangkan waktu sebentar untuk menghargai sejarah panjang sepatu ini.

Koleksi-koleksi Converse juga akan menjadi bagian dari acara Sneaker Madness 2017. Sneaker Madness adalah kegiatan padat selama dua hari yang melibatkan para pecinta sneaker dan digelar di Surabaya. Di dalamnya ada transaksi, barter, raffle, pameran, dan lain-lain. Sneaker Madness diproyeksikan menjadi kegiatan kultur sneaker terbesar di Jawa Timur. Acara ini akan berlangsung pada 14-15 Oktober 2017 di Convention Hall, Lantai 6, Tunjungan Plaza 3, Surabaya.

Poster Sneaker Madness IG REVISI

Foto: sneakerfreaker.com

Komentar