IBL

”Never too cool for school.” Begitu ucap James ”Todd” Smith alias LL Cool J.

Pria 48 tahun itu merupakan legenda entertainment dunia. Salah seorang raper paling kondang dalam sejarah. Dia telah memenangi begitu banyak penghargaan tertinggi seperti Grammy. Dia juga sangat aktif di dunia akting, sampai sekarang masih rutin muncul di serial televisi NCIS: Los Angeles.

Penggemar generasi terbaru mungkin lebih mengenalinya sebagai host acara superpopuler:Lip Sync Battle.

Walau gayanya awet cool, pria yang akrab dipanggil Todd itu tidak takut untuk kembali keschool. Musim panas ini dia berkuliah lagi. Ikut program executive education di salah satu sekolah bisnis paling bergengsi di dunia, Harvard Business School di Cambridge (kawasan Boston), Amerika Serikat.

Hebohnya, dalam program Business of Entertainment, Media and Sports itu, LL Cool J bukan satu-satunya superstar. Salah satu aktor paling top di dunia saat ini, Channing Tatum, juga ikut mendaftarkan diri. Bintang berusia 36 tahun tersebut sangat dikenal lewat perannya di film G.I. Joe, Magic Mike, 21 Jump Street, dan begitu banyak yang lain.

Hadir pula dua bintang papan atas NBA. Yang pertama Chris Paul (Los Angeles Clippers), 31, yang merupakan Rookie of the Year 2006, terpilih sembilan kali masuk NBA All-Star, plus merebut dua medali emas Olimpiade. Satunya lagi berasal dari Spanyol, Pau Gasol (Chicago Bulls). Pemain 35 tahun itu juga pernah jadi Rookie of the Year, tepatnya pada 2002, enam kali masuk NBA All-Star, dan dua kali meraih cincin juara NBA bersama Los Angeles Lakers.

Kehadiran empat bintang itu tentu membuat heboh program yang berlangsung pekan lalu (hingga Sabtu, 4 Juni) tersebut. Sebab, para peserta memang baru tahu siapa saja teman sekelas pada hari pertama program.

Anita Elberse, profesor Harvard Business School yang merancang program itu, mengaku bangga dengan minat para bintang untuk ikut mendaftar. Mengingat program tersebut baru berjalan untuk tahun ketiga.

Menurut Elberse, minat pendaftar dari seluruh dunia memang luar biasa. Walau semua mampu membayar dan biaya tidak murah, dia harus memilah-milah (menjadi kurator) siapa saja yang boleh ikut serta. Jadi, tidak semua yang mendaftar bisa ikut serta.

Dari total 70 pendaftar yang diterima, harus seimbang komposisinya. Ada yang berasal dari industri perfilman dan televisi, industri musik, dunia olahraga, media, teknologi, perbankan, serta yang lain. Variasi negara peserta pun harus optimal.

”Tahun ini peserta datang dari 25 negara,” kata profesor dari Belanda tersebut.

Jika melihat daftar peserta, semua benua memang terwakili. Ada peserta dari Brasil, Meksiko, Nigeria, Australia, India, Tiongkok, Inggris, Denmark, Uni Emirat Arab, dan lain-lain. Rata-rata adalah pemilik, pendiri, atau eksekutif tertinggi di perusahaan masing-masing.

Dari Malaysia, ada Johan Ishak alias Joe Flizzow, yang pernah melegenda di Asia Tenggara sebagai salah satu di antara duo hip hop Too Phat. ”Saya di sini atas support pemerintah Malaysia,” ungkap Joe, yang pada pertengahan dekade lalu beberapa kali manggung di acara anak muda yang diselenggarakan Jawa Pos di Surabaya.

Kebetulan, dari Indonesia hanya satu, ya dari Jawa Pos.

Ketika ikut, semua harus mengikuti jadwal dan program yang sama. Semua tinggal di kampus selama program berlangsung, tidak boleh di hotel. Semua harus breakfast, lunch, dan dinnerbersama di kampus. Semua juga harus ikut kelas, workshop, dan diskusi yang berlangsung dari pukul 08.00 hingga 18.00 (dipotong makan siang).

Begitu intensifnya, walau hanya beberapa hari, semua peserta menjadi begitu akrab satu sama lain. Sangat terbuka dalam berdiskusi, berdebat, dan saling berbagi informasi.

Dan itu ternyata salah satu kunci utama program tersebut. Elberse mendesain program tersebut sebagai program yang interaktif. Insight dan inspirasi tidak hanya didapatkan dari para pengajar dan studi kasus yang mereka sampaikan, tapi juga lewat diskusi dan masukan dari sesama peserta.

Para superstar yang menjadi peserta program pun menjadi rekan kuliah yang luar biasa. Semua harus meniti karir secara panjang sehingga bisa memberikan banyak insight yang tidak mungkin didapatkan dari membaca di mana pun.

Kalau tidak di-sharing saat diskusi di kelas, mereka dengan sangat terbuka menyampaikannya saat makan pagi, siang, malam, atau ketika sesi santai lain.

 

***

Para peserta memang baru sadar bahwa ada superstar Hollywood dan NBA pada hari pertama program. Semua sudah mendapat link online materi-materi kuliah tiga minggu sebelumnya untuk persiapan, tapi baru dapat informasi nama peserta pada hari H.

Nama-nama terkenal itu memang membuat shock dan penasaran. Benarkah itu Channing Tatum? Benarkah itu Pau Gasol?

Tidak perlu jauh-jauh, ketika melihat nama Joe Ishak, Jawa Pos juga kaget. Apalagi sudah belasan tahun tidak bertemu. Ternyata Joe pun kaget melihat nama dari Jawa Pos.

”Begitu lihat namamu, saya langsung search di internet. Ini mengejutkan, kami sudah belasan tahun tidak bertemu!” kata Joe, yang kini memiliki perusahaan entertainment sendiri di Malaysia.

Ketika duduk di dalam kelas untuk kali pertama, dalam posisi yang sudah ditentukan berdasar urutan abjad, barulah kami dapat konfirmasi bahwa semua nama terkenal itu tidak bohong!

Channing Tatum mungkin sempat berhati-hati. Jadi, dia benar-benar menjadi orang terakhir yang masuk kelas dan langsung lari ke arah tempat duduknya di ujung belakang (karena nama belakangnya bermula dengan huruf ”T”).

Perasaan shock dan kagum ternyata tidak hanya datang dari kebanyakan peserta. Para superstar ternyata juga sempat merasa kurang percaya diri untuk masuk ke ruang kelas!

”Saya termasuk tidak takut menghadapi apa pun. Saya menjalani hidup saya dengan kecepatan penuh. Tapi jujur, saya sangat takut untuk mengikuti program ini!” ucap Tatum. ”Gila rasanya bisa ada di sini, di Harvard! Dan buat orang seperti saya, gila rasanya bisa bersekolah di mana saja!” lanjutnya.

LL Cool J juga mengaku sempat minder. ”Saya belum pernah merasa terintimidasi seperti ini. Ada begitu banyak orang pintar di ruangan ini,” ucapnya.

Tentu saja rata-rata peserta menanyai mereka dengan pertanyaan yang sama: Mengapa ikut program musim panas ini?

”Kami terus-menerus ditanya begitu. Dan saya ingin menegaskan bahwa kami pun ingin terus belajar. Justru kalau saya tidak berada di sini, itu tandanya saya sudah benar-benar finished(habis, Red),” tegas LL Cool J. ”Justru dengan berada di sini, kami dapat inspirasi, bertemu banyak teman baru, belajar dari banyak negara dan industri lain,” sambungnya.

LL Cool J menambahkan, justru sangat baik mengambil program itu di fase karirnya sekarang. ”Kalau saya dipaksa mempelajari ini semua saat masih muda, saya mungkin tidak akan bisa memahami dan mengapresiasinya. Tapi, karena saya telah menjalani begitu banyak hal, justru saya bisa belajar lebih banyak,” ujarnya.

Channing Tatum, LL Cool J, Chris Paul, dan Pau Gasol tidak datang sendirian. Mereka juga mengajak manajer atau partner bisnis masing-masing untuk ikut program yang sama.

Bagi Paul dan Gasol, itu sangat penting. Sebab, mereka mulai menyiapkan fase hidup masing-masing setelah karir bermain basket nanti berakhir.

”Rata-rata panjang karir pemain NBA adalah 3-4 tahun. Banyak yang langsung bangkrut tidak lama setelah pensiun. Karena itu, saya ingin berbuat banyak justru sebelum pensiun. Saya ingin belajar lebih banyak dalam mengembangkan bisnis,” jelas Paul, yang saat ini juga menjabat presiden di asosiasi pemain NBA.

Paul mengungkapkan sudah beberapa kali mengikuti seminar atau workshop untuk belajar, tapi baru kali ini ikut program intensif seperti yang ada di Harvard.

Paul dan Gasol memang sama-sama serius ingin berbisnis. Dalam kasus Gasol, dia tidak ingin mengulangi pengalaman buruk ketika sebagian uangnya sempat ”lenyap” karena mitra bisnis yang buruk. Menurut Paul, banyak sekali kasus seperti itu di NBA.

Keduanya juga berharap yang mereka lakukan itu menginspirasi olahragawan lain untuk tidak takut kembali ke sekolah. Dengan begitu, image atlet bisa menjadi jauh lebih baik.

”Selama ini, saya selalu sedih. Setiap kali kami –para atlet– melakukan pertemuan bisnis, orang selalu memandang kami seperti orang-orang bodoh,” ungkap Paul.

 

***

Sadar bahwa kelas itu berisi banyak ”orang top” dari berbagai bidang, empat superstar tersebut tak segan untuk meminta masukan. Misalnya Tatum dan rekan bisnisnya yang bersedia tampil di depan kelas dalam satu workshop. Mereka pun meminta peserta lain ikut memberikan masukan untuk mengatasi salah satu masalah bisnis yang mereka hadapi.

Tapi, dasar superstar, begitu kabar partisipasi mereka terembus ke luar (atau terkicau ke luar), perhatian media langsung tiba. Situs-situs entertainment atau olahraga mulai menyiarkan partisipasi itu. Stasiun televisi jaringan nasional pun datang ke Harvard, merekam berlangsungnya program kelas (dengan seizin kampus dan peserta).

Memang sempat muncul sentilan bahwa para bintang itu datang dengan fasilitas khusus untuk memberikan publisitas ekstra bagi Harvard. Anita Elberse sebagai pengawas program membantah tudingan itu.

Menurut Elberse, empat bintang tersebut bukanlah yang pertama ikut programnya. Dua tahun sebelumnya ada bintang NBA lainnya yang pernah ikut, yaitu Dwyane Wade (Miami Heat). Dari dunia entertainment, supermodel sekaligus mantan Victoria’s Secret Angel Karlie Kloss juga pernah ikut. Kebetulan, tahun ini peserta ”bintang”-nya lebih banyak dan mengundang lebih banyak perhatian.

Juga, Elberse menegaskan bahwa itu menunjukkan betapa kuatnya Harvard sebagai institusi pendidikan dan brand Harvard secara global. Dia menyampaikan hal itu saat sesi penutupan program, kala seluruh peserta dan staf pengajar saling mengucapkan apresiasi serta terima kasih.

”Hanya di Harvard kami bisa menerima superstar sebagai student, membuat mereka bersedia membayar mahal, lantas mendapatkan bonus exposure media yang menggila,” pungkasnya, disambut tawa seluruh peserta. (*)

Foto: Twitter @LLCoolJ

*Tulisan ini lebih dulu muncul di koran Jawa Pos hari ini, 6 Juni 2016.

Komentar