IBL

Larangan pemain berjilbab berkompetisi di level regional dan internasional sampai saat ini masih berlaku. Namun kemungkinan besar, di bulan Mei tahun ini, aturan tersebut akan berubah.

Tidak boleh mengenakan jilbab memang tidak secara eksplisit dikatakan. Aturan resmi FIBA Pasal 4.4.2 hanya secara tidak langsung membuat jilbab menjadi salah satu "aksesori" yang tidak boleh dikenakan dalam kompetisi-kompetisi FIBA. Aksesori yang dimaksud adalah penutup kepala berlebih. Satu-satunya aksesori kepala yang diperkenankan FIBA adalah ikat kepala dengan lebar maksimum lima sentimeter.

Karena definisinya yang luas, larangan tersebut berlaku pula untuk tutup kepala dan aksesoris yang dikenakan untuk alasan agama apapun. Seperti yarmulkes untuk pria Yahudi dan turban untuk pria Sikh.

Bulan September 2014 lalu, FIBA mengumumkan bahwa mereka akan memulai dua tahun fase pengujian. FIBA akan memutuskan apakah pemakaian penutup kepala bisa dipertimbangkan. Hasil pengujian ini bisa memungkinkan pasal 4.4.2 itu diubah.

Sejak itu, tekanan publik mengalir ke FIBA agar segera mengubah aturan tersebut. Aksi protes para pemain putri Qatar di Asian Games dan banyak petisi di change.org menjadi pertimbangan FIBA.

Tanggal 27-28 Januari lalu, Dewan Pusat FIBA baru saja menyelesaikan rapat pertama di tahun 2017. Rapat tersebut menghasilkan sebuah rujukan baru yang kemungkinan akan mengubah pasal 4.4.2.

"Setelah memulai proses revisi aturan tutup kepala (Pasal 4.4.2) pada bulan September 2014, Dewan Pusat sudah menerima laporan tentang pengecualian penerapan aturan tersebut pada tingkat domestik selama dua tahun. Laporan-laporan dari tingkat domestik itu mendorong kami untuk memodifikasi aturan yang ada dan memberi mandat kepada Komisi Teknis untuk mengeluarkan proposal aturan yang memungkinkan tutup kepala bisa dikenakan dengan aman oleh atlet. Proposal ini akan disampaikan di Kongres Mid-Term bulan Mei."

Di lapangan basket 3x3, jilbab sudah boleh dikenakan. Raisa Aribatul Hamidah adalah pemain muslim berjilbab pertama yang main di ajang FIBA 3x3 internasional. Raisa mewakili Indonesia di ajang FIBA 3x3 World Championship 2016.

Raisa atau akrab dipanggil Ida adalah satu dari beberapa pemain yang mengunggah petisi di change.org. Hingga Februari 2017 ini, petisi Ida di change.org telah ditandatangani oleh lebih dari 132.000 orang.

“Dukungan bertambah terus. Teman-teman yang ikut membuat petisi juga optimis karena rasanya FIBA tidak akan punya alasan untuk menolak. Apalagi ketika saya main 3x3 (FIBA 3x3 World Championship 2016), semoga bisa menjadi pertimbangan tambahan. Karena kalau jilbab dikatakan berbahaya, saya rasa semua aspek di permainan ini bisa dikatakan berbahaya, kalau mau dilihat seperti itu,” jelas Ida kepada Mainbasket beberapa waktu lalu.

Bila aturan larangan tersebut benar-benar dicabut pada bulan Mei nanti, maka Ida memiliki peluang terbuka untuk mewujudkan impiannya main di SEA Games (Agustus 2017) untuk Indonesia. Apalagi, kompetisi antar-klub putri putaran kedua baru akan dimulai pada pertengahan Maret nanti. Ida mungkin masih bisa kembali ke tim lamanya Surabaya Fever atau tim-tim peserta lainnya.

Gambar: FIBA3x3

Komentar