IBL

Jadi berapa tinggi pemain itu sebenarnya?

Tanggal 10 Februari 2019 lalu, Hangtuah mendapatkan surat dari IBL yang menyatakan bahwa Bryquise Perine tidak boleh dimainkan. Pemain pengganti Gary Jacobs Jr. tersebut punya tinggi badan 189 centimeter, atau melebihi ambang batas untuk pemain asing kedua di IBL yaitu maksimum 188 centimeter. Perine akhirnya tidak bermain melawan NSH Jakarta, walau sebelumnya ia sempat tampil kontra Stapac Jakarta.

Sehari kemudian, Stapac Jakarta bertanding melawan Pelita Jaya. Dalam laga yang sangat ketat, Stapac berhasil menang dramatis. Stapac unggul 2 poin, padahal sempat tertinggal 12 poin di lima menit terakhir. Laga itu berjalan panas. Sempat terjadi perselisihan di lapangan antara pelatih Pelita Jaya dan asisten pelatih Stapac.   

Sehari kemudian, dari kompas.com, 11 Februari 2019, tim Pelita Jaya dikabarkan melayangkan surat kepada IBL yang isinya meminta pengukuran tinggi badan ulang bagi Kendal Yancy, pemain Stapac Jakarta. Pelita Jaya meminta kepada liga agar melakukan pengukuran ini sebelum Seri Yogyakarta, 14-17 Februari 2019 mendatang. Pelita Jaya curiga, seperti halnya Perine, Yancy juga punya tinggi lebih dari 188 cm.

Dua peristiwa ini menimbulkan tanda-tanda tanya kecil. Mengapa baru diukur sekarang? Bukankah bila seorang pemain telah bermain maka ia seharusnya sudah memenuhi segala persyaratan?

Sebelum proses draft pemain asing dilakukan di setiap musim, IBL sebenarnya mengeluarkan sebuah data. Data ini berisi nama-nama pemain asing yang bisa dipilih. Tim yang akan memilih, mengetahui siapa saja pemain yang memiliki tinggi badan tertentu. Khususnya di bawah atau sama dengan 188 cm. IBL menyaratkan bahwa salah satu pemain asing harus memiliki tinggi lebih kecil atau sama dengan 188 cm.

 

Dari daftar data Draft IBL (2018-2019), ada 89 pemain dengan tinggi 188 cm, atau di bawahnya. Data ini juga memuat berat badan, umur, dan besaran gaji pemain tersebut. Menurut Direktur IBL, Hasan Gozali, data tersebut diberikan oleh agen pemain. Setelah itu, kontestan IBL tinggal memilih pemain yang sesuai dengan kebutuhan timnya.

Dari data-data IBL, ada beberapa perbedaan dengan sumber-sumber data yang lain. Data-data tersebut berasal dari asia-basket.com yang menjadi situs rekam jejak bola basket. Selain itu, ada sumber-sumber lain seperti espn.com, basketball.realgm.com, sports-reference.com, dan situs-situs kampus yang menaugi pemain tersebut sebelumnya di NCAA.

Berikut data tinggi badan pemain asing yang tampil di IBL 2018-2019 (khususnya dengan tinggi badan 188 cm ke bawah):

Kita bisa melihat bahwa hanya ada tiga pemain yang sesuai antara data milik IBL dan situs-situs data pemain basket. Mereka adalah David Seagers yang kini membela Bima Perkasa Yogyakarta, Dashaun Wiggins milik NSH Jakarta, dan Gary Jacobs Jr. yang pernah membela Hangtuah. Selain mereka bertiga ditemukan perbedaan.

Ada pemain-pemain yang tidak melanggar aturan IBL meski datanya berbeda. Mereka adalah Leshaun Murphy (Bima Perkasa Yogyakarta), Matthew Van Pelt (Pacific Caesar Surabaya), Madarious Gibbs (Satya Wacana Salatiga), dan Martavious Irving (Siliwangi Bandung).

Sisanya ada tujuh pemain yang bisa dikatakan menyalahi aturan tinggi badan. Mereka adalah Jamal Ray (Prawira Bandung), Bryquis Perine (Hangtuah), Jjuan Hadnot (Pacific Caesar Surabaya), Wayne Bradford (Pelita Jaya Basketball Club), Carlton Hurst (Pelita Jaya Basketball Club), Jordin Mayes (Stapac Jakarta), dan Kendal Yancy (Stapac Jakarta).

Satria Muda tidak ikut dalam daftar ini. Mereka memakai jasa Jamarr Andre Johnson yang berstatus sebagai pemain naturalisasi. Dalam peraturan liga, pemain naturalisasi tingginya tidak terikat aturan khusus.

IBL sendiri sudah melakukan pengukuran ulang ketika pemain asing yang terpilih tiba di Indonesia. Dengan bermainnya mereka di liga, maka aman rasanya untuk berasumsi bahwa semua pemain terpilih yang datang memiliki tinggi yang sesuai aturan.

"Dibawa ke Royal Progress. Manajer hadir semua. Tapi karena ruangnya sempit, tidak dilihat secara langsung hasil ukurnya masing-masing. Manajer tunggu di luar saja duduk-duduk," kata salah satu manajer tim IBL tentang proses pengukuran tinggi badan pemain setelah tiba di Indonesia. "Dan, kami tidak tahu hasil ukurnya semua pemain. Beberapa orang saja yang tahu karena mengintip tulisannya yang mengukur. Kami tidak pernah terima e-mail final result medical-nya sama sekali."

Permintaan Pelita Jaya untuk pengukuran ulang pemain Stapac, Kendal Yancy, sedikit banyak menguatkan cerita salah satu manajer tim tersebut. Kendal Yancy sendiri sudah diukur tingginya sebelum Seri Jakarta, Desember 2018 lalu.

"Kendal Yancy itu pas 1,88 meter. Makanya dia boleh bermain. Kami melakukan pengukuran tinggi badan Yancy di Jakarta," kata Hasan Gozali, Direktur IBL, 10 Februari 2019.

Permasalahan seperti ini sangat mungkin terjadi sejak awal liga memakai pemain asing. Tetapi baru kali ini mendapatkan perhatian khusus. Apalagi sebagai pembeli, klub-klub IBL jadi seperti membeli kucing dalam karung. Perbedaan tinggi badan antara data IBL dengan sumber-sumber data lain yang tersebar di internet seharusnya sudah bisa membuat kita curiga. Salah satu atau dua pasti keliru. Kecuali tinggi badan seseorang di dunia ini memang fluktuatif.

Proses pengukuran ulang setelah tiba di Indonesia juga harus sangat efektif. Bila memang ternyata tinggi seorang pemain bisa "fluktuatif" oleh kesalahan-kesalahan minor proses pengukuran, ada baiknya diberlakukan aturan toleransi.

Toleransi perubahan tinggi karena kekeliruan minor proses pengukuran sepertinya bisa diberlakukan. Karena kalau liga benar-benar tegas, jangankan kelebihan 1 cm seperti yang menimpa Perine, lebih 0,1 cm pun seharusnya sudah melanggar aturan. Bila kemudian seorang pemain harus kembali ke Amerika Serikat karena tingginya lebih 0,1 cm, maka terlalu mahal harga yang harus dibayar: tiket pesawat pulang-pergi, penginapan, makan, energi, dan lain-lain. Siapapun yang harus membayar kerugian tersebut, kasihan.

Sekarang bayangkan, ketika seorang pemain dengan data tinggi badan di semua sumber tercantum 188 cm, lalu kepalanya terantuk tembok dan benjol sesaat sebelum proses pengukuran tinggi pemain dilaksanakan. Maka kita semua akan menyalahkan tembok yang ditabrak pemain.

Foto: Hariyanto

Komentar