IBL

Asima Yohana Tobing, pemain terbaik (MVP) Honda DBL North Sumatera Series, tiba di Surabaya pada Senin, 26 November kemarin, untuk mengikuti Honda DBL Camp 2018. Putri daerah Medan itu datang ke pemusatan latihan bukan tanpa target apa pun. Ia justru datang untuk lolos ke jajaran All-Star di Honda DBL Camp tahun ini.

Setelah melalui kegiatan pertamanya di Surabaya, Asima pun berbincang-bincang dengan Mainbasket tentang berbagai hal, termasuk apa yang hendak ia lakukan di Honda DBL Camp 2018 dan animo pertandingan basket di Sumatera Utara.

Simak wawancara kami, sebagai berikut:    

Selamat datang di Surabaya! Selamat datang di Honda DBL Camp 2018! Senang banget pasti diundang ke DBL Camp.

Ya, senang banget karena memang targetnya main di DBL itu mau mengejar Camp-nya. 

DBL di Medan (Sumatera Utara) seperti apa?

Pertandingannya saya rasa bagus; mulai dari penataan waktunya juga ketat; bagian tiketnya juga bagus saya rasa.

Itu bagus.

Kalau suporternya? Bagaimanapun DBL punya animo suporter yang besar.

Iya, sih, suporter ini bisa membuat pemain down, ya, tapi tanpa suporter pemain tidak bisa maju. Suporter juga salah satu pendukung yang bisa membangkitkan aura dari pemain.

Waktu itu sehebat apa, sih, kamu di DBL? Saya, kan, tidak datang ke sana, tapi kamu tiba-tiba bisa sampai ke DBL Camp.

Kalau jago, kalau hebat, itu beda-beda cara penilaian orang. Saya rasa, sih, saya bagusnya mungkin di skill.

Menurut saya, ya.

Ada lagi tidak kehebatan kamu mungkin bikin orang lain takut untuk melawan kamu?

Mungkin wajah sangar? Hahaha.

Ah, kamu cantik kok.

Hahaha.

Kalau pertandingannya sendiri ketat tidak?

Ketat, lumayan ketatlah; mulai dari segala peraturan, kostum, cara berpakaian—itu ketat.

Ini pengalaman pertama kamu di DBL. Kamu merasa puas tidak, sih, karena ini—istilahnya—pengalaman pertama dan terakhir kamu di DBL?

Kalau puas, sih, puas. Tetap bersyukur karena banyak pemain yang lebih bagus juga belum tentu bisa ikut Camp. Mungkin di antara yang terbaik, aku terpilih juga jadi salah satu yang baik, aku cukup senang.

Ketika mengikuti DBL Camp tahun ini, apa yang kamu sasar, apa yang kamu targetkan?

Target saya, sih, ikut All-Star. Itu target saya.

Ada apa dengan All-Star? Apa yang menarik dari All-Star?

Karena, bagaimana ya, selama ini ikut DBL itu targetnya untuk ikut Camp. Di Camp kita tidak mungkin tidak punya target. Target kita itu harus berangkat, go international, untuk ikut All-Star. Walaupun berat, tapi yang namanya perjuangan harus perjuangkan.

Ada cara-cara tertentu tidak yang bakal kamu lakukan untuk mendapat tempat di All-Star?

Kalau cara-cara tertentu, sih, lebih aktif.

Menurut saya, yang pertama itu lebih aktif. Yang kedua, jangan mau menyerah. Harus lebih kukuh. Seberat apa pun rintangannya harus tetap dilewati.

Nanti kamu bakal bertemu dengan pelatih-pelatih DBL dan WBA Australia. Apa yang ingin kamu pelajari dari mereka?

Dari cara mengajarnya atau materinya. Karena materi di dalam negeri, mungkin, ada perbedaan sama yang di luar negeri. Kenapa materi di luar negeri sampai dipakai, mungkin, mereka punya pengetahuan yang lebih baik. Jadi, ambil materinya yang bisa dibawa ke Medan, dan bisa kasih inspirasi ke teman-teman lain.

Kamu sudah main basket sejak kapan memang?

Saya main basket dari kelas dua SMP.

Apa yang menarik dari basket?

Awalnya, sih, saya suka basket ini karena di-bully. Jadi, karena saya pertamanya direndahkan, saya mau jadi lebih baik. Ketika saya maju, yang pem-bully bisa diam.

Sekarang sudah pada diam?

Ya, begitulah.

Setelah dari sini, dengan membawa ilmu, apa yang bakal kamu berikan untuk adik-adik kelasmu di sekolah atau di mana pun?

Mungkin saya lebih membagi materi, membagi pengalaman, supaya bawahan saya atau adik-adik saya bisa melangkah lebih maju dari saya.

Kira-kira bisa tidak anak-anak Medan (Sumatera Utara) bersaing sama anak-anak dari seluruh Indonesia? Karena yang ikut Camp, kan, dari berbagai daerah.

Saya rasa, sih, bisa karena orang medan—menurut saya—orangnya gigih. Saya rasa seperti itu.

Kegigihan orang Medan itu mendorong kamu buat jadi lebih baik tidak selama ini?

Ya, pasti. Itu pasti karena, bagaimana ya, apa yang kita mulai harus kita akhiri. Jadi, kalau kita sudah mulai gigih, kita sudah mulai jatuh ke dalam basket, kita harus menyelesaikan basket itu. Apa pun rintangannya harus dilewati.

Apa yang penting di basket?

Yang paling penting itu rendah hati. Kalau di basket kita sombong, itu semua sebentar. Yang pertama rendah hati, terus latihan, kerja keras dan semangat.

Ada tidak pesan-pesan untuk calon-calon pemain DBL tahun depan?

Kalau pesan-pesannya, sih, kalau basket lakukan yang terbaik; tunjukkan skill-nya; jangan mau untuk menyerah. Itu saja. (GNP)

Foto: Yosi R.

Komentar