IBL

Beberapa waktu lalu, Ketua Dewan Penasihat PP Perbasi, Erick Thohir mengatakan perlu ada percepatan peningkatan prestasi bola basket Indonesia jelang Piala Dunia Basket (FIBA World Cup) 2023. Sebab, meski menjadi tuan rumah, Indonesia tidak serta-merta bisa menjadi peserta. Kualifikasinya akan dilakukan pada tahun 2021. Ada beberapa langkah yang diciptakan untuk melakukan percepatan. Program ini harus segera dijalankan oleh Perbasi, agar tidak menjadi wacana saja.

Program percepatan yang akan dilakukan yaitu:
1. Mendatangkan pelatih asing dan tim pelatih untuk menangani timnas U18
2. Memasukkan timnas Indonesia untuk bermain di IBL sebagai tim tambahan
3. Naturalisasi pemain

Program yang pertama adalah mendatangkan pelatih asing untuk menangani timnas senior sekaligus timnas U18. Jadi ada dua tim yang disiapkan. Kedua tim tersebut menjadi seleksi bagi para pemain. Jadi nantinya akan ada kombinasi pemain senior dan junior di timnas untuk Piala Dunia 2023.

"Tidak mungkin kalau tidak ada kombinasi pemain (senior dan junior). Pasti ada. Pemain muda yang potensial di liga, bisa juga masuk timnas Indonesia untuk 2021. Sementara itu, tim U18 juga disiapkan. Jadi semua menjadi bagian dari seleksi tersebut. Artinya, pelatih asing yang nantinya akan menentukan. Tapi kami akan menyiapkan beberapa tim untuk dilihat pelatih," kata Erick.

Perbasi malah berencana membuat tiga tim, yaitu timnas senior, U22 dan U18. Ketua PP Perbasi Danny Kosasih mengatakan bahwa akan mendatangkan pelatih asing secepatnya.

"Perbasi harus segera bergerak. Kalau memang pelatih asing cepat datang, maka kami akan mengejar untuk ikut IBL. Kalau untuk pemain U18, tentu akan bergantung pada pelatih. Apakah mereka layak masuk tim senior atau tidak. Tetapi kami harus segera menyiapkan tim untuk beberapa lapisan usia," ucap Danny.

Program kedua, timnas yang disiapkan nanti akan ikut ke IBL. Rencana ini didukung oleh Direktur IBL Hasan Gozali. Menurutnya, langkah ini digunakan untuk menambah jumlah pertandingan timnas. Tetapi ada syarat khusus yang diterapkan untuk tim tersebut.

"Saya rasa tidak ada yang aneh dalam rencana ini. Bahwa memasukkan tim nasional di liga. Filipina pernah melakukan hal tersebut. Gilas dimasukkan ke PBA. Tetapi bila mereka juara, maka dianggap tidak ada," ucap Hasan.

Terobosan ketiga yang direncanakan adalah naturalisasi pemain. Erick Thohir mengatakan bahwa ini bukanlah soal percaya atau tidak percaya dengan pemain lokal. Namun ini menjadi bagian dari percepatan prestasi. Jumlah pemain yang dinaturalisasi diserahkan pada pelatih. Kalau untuk di bawah U16 bisa ambil dua pemain, tapi kalau di atas U16 hanya boleh satu pemain.

"Sudah tidak bisa dipungkiri, basket itu jadi olahraga global. Jadi wajar bila kita menemukan pemain naturalisasi di timnas sebuah negara. Sepak bola saja banyak pemain naturalisasi. Perancis sebagai juara dunia, pemainnya punya latar belakang imigran juga. Bukan tidak percaya dengan pemain lokal, tapi ini bagian dari percepatan," tegas Erick.

Untuk pemain yang akan dinaturalisasi, Erick memberi kebebasan kepada pelatih. Pihaknya memberi kebebasan kepada pelatih untuk memilih dari negara mana. Karena sebelumnya ada wacana untuk mengambil pemain dari benua Afrika. Tapi kali ini, akan diserahkan sepenuhnya pada pelatih.

Filipina dan Jepang juga sebagai tuan rumah Piala Dunia FIBA 2023 punya hak istimewa untuk langsung lolos. Tidak untuk Indonesia. FIBA menetapkan bahwa Indonesia harus ada di delapan besar FIBA Asia pada 2021. Karena jatah untuk Zona Asia-Oceania hanya tujuh tempat saja.

Indonesia sudah menjuarai SEABA 2018 yang menjadi Pra-Kualifikasi Piala Asia FIBA 2021. Indonesia mengalahkan Thailand, Singapura, Malaysia, Brunei dan Kamboja, pada akhir Juni 2018. Selanjutnya, Indonesia akan menjalani Pra-Kualifikasi Wilayah Timur (Pre-Qualifiers Eastern Region) Piala Asia FIBA 2021 di Nonthaburi, Thailand, 26 November hingga 1 Desember 2018 mendatang. Kali ini Indonesia berada di Grup A bersama Malaysia dan Macau.

Terkait tuan rumah, Erick Thohir sangat percaya diri bahwa Indonesia bisa menggelar acara ini dengan baik. Sebab Indonesia sudah pernah menjadi tuan rumah Asian Games 2018. Dirinya mengatakan tidak akan berada di depan layar. Nantinya, akan dicari sosok ketua panitia dari generasi muda.

"Kalau sudah pernah Asian Games, tentu kami percaya diri. FIBA 2023 bukan tantangan berat. Sebab di Asian Games kami kedatangan 17.242 atlet dan ofisial. Kalau Piala Dunia, mungkin hanya sekitar 300 atlet dan ofisial. Tetapi harapan saya, dari sisi media yang lebih semarak," jelasnya. "Kalau untuk 2023 nanti, saya dan Pak Danny Kosasih akan cari sosok dari generasi muda. Yang penting sekarang, program-program percepatan itu harus langsung dijalankan. Jangan hanya konsep saja."

Foto: Mei Linda

Komentar