IBL

CLS Knights Indonesia berhasil mencatatkan rekor dua kemenangan beruntun untuk pertama kali di ASEAN Basketball League (ABL) 2017-2018. Kemenangan 87-68 atas Wesports Malaysia Dragons semalam, 14 Maret 2018, adalah yang kedua setelah kemenangan atas Slingers 65-64, 11 Maret di Singapura. 

Ada fakta menarik di balik kemenangan beruntun CLS Knights ini. Keduanya tanpa Mario Wuysang. Wuysang bahkan tidak ikut dibawa ke Singapura saat CLS Knights ke sana.

Sebelum laga melawan Slingers (hingga laga ke-16), Mario Wuysang selalu menjadi pilihan utama CLS Knights di posisi garda pertama (point guard). Laga melawan Slingers, 11 Maret lalu, bahkan menjadi laga pertama di mana Wuysang tidak mengisi posisi utama, bahkan tidak masuk dalam daftar pemain. Posisinya digantikan oleh pemain yang selama ini bermain di posisi garda kedua (shooting guard), Freddie Lish Goldstein.

Secara statistik, Freddie dan Wuysang tidak berbeda jauh. Freddie mencatatkan rataan poin per laga sedikit lebih tinggi daripada Wuysang. Freddie rata-rata mencetak 14,3 poin per laga (PPG) berbanding 12,4 PPG dari Wuysang. Sementara untuk asis, Wuysang unggul tipis dengan 3,9 asis per laga (APG) sementara Freddie di angka 3,3 APG.

Freddie yang selama ini dikenal dengan kemampuan penetrasi dan mengobrak-abrik pertahanan lawan lewat lantuan (dribble) bola yang baik, tidak mengubah gaya tersebut meski berganti peran. Bahkan, Freddie terlihat lebih leluasa tanpa kehadiran Wuysang. Pemain dengan rambut keriting ini sudah menguasai bola sejak bola diumpan masuk ke lapangan (inbound) hingga melakukan eksekusi atau bahkan memberi asis.

Dalam kemenangan atas Dragons tadi malam, dua serangan pertama CLS Knights dipusatkan kepada Freddie. Ia membawa bola sejak dari tengah lapangan, Brian Williams melakukan screen yang membuatnya terbebas untuk menerobos masuk ke area pertahanan Dragons. Melihat ada celah, ia kemudian mepaskan tembakan jarak menengah yang menemui sasaran.

Saat kuarter satu menyisakkan waktu 5 menit, 54 detik, Freddie yang sudah mencetak empat poin kembali menghampiri screen yang diberikan Williams. Seketika ia menusuk masuk dan memancing dua pemain Dragons menjaga dirinya. Melihat kondisi tersebut, pemain keturunan Thailand-Amerika ini dengan cekatan melepaskan umpan ke Firman Dwi Nugroho yang terbebas tepat di bawah ring untuk mencetak angka.

Dua aksi di atas, menggambarkan betapa Freddie sangat berbahaya ketika menjadi garda pertama. Kemampuan Freddie dalam mencetak angka membuat dirinya menjadi daya tarik bagi pertahanan lawan, terutama saat ia sudah berhasil masuk area kunci. Dengan lebih dari satu pemain menjaganya, satu pemain CLS Knights otomatis terbuka untuk mencetak angka ataupun merusak skema pertahanan lawan.

Mario Wuysang adalah tipikal garda pertama murni yang banyak mengandalkan pola serangan pick n roll dan pick n pop. Bila gagal melakukan pola tersebut, ia lebih banyak melepaskan tembakan jarak jauh atau tembakan jarak menengah.

Absennya Wuysang dari skuat CLS Knights di dua laga terakhir juga menjadi berkah tersendiri bagi garda-garda lokal lainnya. Anak Agung Wisnu Saputra misalnya, ia bermain selama 11 menit dari rata-rata menit bermainnya yang hanya 7 menit. Arif Hidayat setali tiga uang. Pemain dengan rambut gondrong ini bahkan bermain hingga 22 menit saat laga melawan Slingers. Padahal rata-rata menit bermainnya sepanjang musim "hanya" 13 menit.

Kepala Pelatih CLS Knights Koko Heru Setyo Nugroho berharap kepercayaan diri pemain lokal meningkat seiring naiknya rata-rata menit bermain mereka. Akan tetapi, Koko juga menegaskan bahwa tidak semua pemain lokal bisa turun bermain meski Wuysang tidak ada di lapangan.

“Mereka (pemain lokal) yang bermain adalah mereka yang saya nilai siap. Ada pemain yang mainnya hanya beberapa menit, ada pula yang hingga 20 menit lebih. Semua kembali kepada kesiapan mentalitas para pemain lokal,” ujar Koko seusai laga melawan Dragons tadi malam.

Tidak melibatkan Mario Wuysang di dua laga terakhir seharusnya tak mengejutkan. Walau Koko Heru sendiri pernah mengatakan bahwa di antara barisan para pemain lokalnya, Mario Wuysang-lah yang paling siap. "Lokal kami, saya jujur, levelnya belum di sini, di ABL. Cuma Mario (Wuysang) saja. Mario usianya sudah berapa? Sudah 38 tahun. Kalau saya pakai Mario 40 menit terus, musim berikutnya habis dia," kata Koko Heru setelah kalah melawan Mono Vampire Basketball tanggal 21 Februari di GOR Kertajaya.

CLS Knights masih menyisakan dua laga lagi di musim ini. Koko Heru dan skuatnya akan menghabiskan sisa laga tersebut melawan tim yang sama San Miguel Alab Pilipinas di Filipina. Dua kemenangan beruntun adalah modal percaya diri yang meyakinkan, walau potensi tambahan dua kemenangan selanjutnya tak akan mengubah kenyataan bahwa pintu babak playoff sudah tertutup.

Tren kemenangan CLS Knights bisa berlanjut, bisa berhenti di dua laga tersisa. Namun ada satu hal yang tampaknya sudah pasti. Ketika ditanya apakah akan membawa Mario Wuysang ke Filipina, Koko Heru menjawab singkat, "tidak."

Jawaban tersebut senada dengan pernyataan Mario Wuysang lewat akun instagramnya (@realroecinco) dua hari lalu. "Just to clarify to all the fans and everyone that is messaging and tagging me in comments asking about why I didn’t play the last game. It was the coaches/management decision to not play me the remainder of the season so that the locals can gain more experience and help them improve and develop for the future. I want to wish @clsknights the best the rest of the way. It was a pleasure to have played this season and thank you to all that have supported me and the organization the whole season. 
Please come out to support the Team one last time (as I will be there as well) in the last home game of the season tomorrow.! #clsknights #Thankyou." 

Komentar