IBL

Pertengahan 1990-an merupakan era meningkatkanya popularitas produk sepatu basket Nike yang menggunakan bantalan udara berukuran maksimal, yang disebut Air Max. Seri Air Max Uptempo merupakan salah satu yang terpopuler pada masa tersebut dan digunakan sangat banyak bintang NBA, di antaranya: Scottie Pippen dan Mitch Richmond.

Seri Air Max Uptempo memiliki konstruksi yang dirancang untuk mendukung atlet basket serba bisa dengan ukuran tubuh yang lebih besar dari rata-rata guard, tapi memiliki kecepatan dan mobilitas yang tinggi seperti pemain guard. Terdapat tiga model seri Air Max Uptempo yang telah dirilis Nike beserta edisi retronya, antara lain: Air Max2 Uptempo, Air Max Uptempo, dan Air Max Uptempo III.

Air Max2 Uptempo (1994)

Air Max2 Uptempo merupakan salah satu sepatu basket pertama yang menggunakan bantalan berteknologi Air Max2, selain dari Air Max2 CB. Sepatu basket ini menjadi tren di kalangan atlet basket pelajar dan dipopulerkan para bintang NBA masa depan, di antaranya: Stephon Marbury dan raja tiga angka, Ray Allen.

 

Tahukah anda? Sepatu basket pertama yang menggunakan nama Uptempo adalah Nike Air Uptempo yang dirilis sebelum Air Max2 Uptempo. Namun, kurangnya inovasi membuat sepatu basket tersebut kurang populer dan tidak pernah dirilis edisi retronya, sehingga modelnya pun terlupakan. 

Karakteristik Konstruksi Air Max2 Uptempo

Tipe: Serba guna – Suportif.

Berat: 17.0 oz | Sangat Berat.

Profil:

Rigiditas: Tinggi.

Bagian atas sepatu ini menggunakan jaring berkerapatan rendah pada area tengah dengan tambalan–tambalan lapisan kulit pada area tepi, sehingga memiliki struktur yang suportif sekaligus mendukung fleksibilitas dan penguapan.

Lubang tali sepatu ini berupa strep–strep tekstil yang terhubung dengan potongan-potongan lapisan kulit, yang ditempatkan di lokasi–lokasi strategis, yaitu persendian MTP, arkus, tumit, dan pergelangan kaki. Pada sisi atas lidah terdapat strep–strep elastis yang dapat meregang, untuk mendukung kuncian yang adaptif sesuai kontur kaki.

Meski sepatu ini memiliki kerah yang berukuran tinggi tanpa adanya potongan U pada sisi belakang, penggunaan lapisan jaring dan busa tipis pada bagian atas kerah memudahkan strukturnya untuk menekuk sesuai pergerakan pergelangan kaki.

Pada bagian dalam menggunakan sarung yang dilapisi busa tipis, yang menjangkau area depan sampai belakang. Sepatu basket ini merupakan satu-satunya yang menggunakan sarung tersebut di antara tiga model Air Max Uptempo.

 

Sol tengah sepatu ini menggunakan busa phylon pada area depan dan kantung udara berteknologi Air Max2 pada area belakang. Yang dimaksud bantalan berteknologi Air Max2 adalah menggunakan kantung–kantung udara yang terpisah dengan tekanan udara yang berbeda, di mana memiliki tekanan 5 Psi untuk kantung yang berada di tengah dan belakang untuk memperlembut pijakan, dan memiliki tekanan 25 Psi pada area samping untuk mendukung kestabilan pijakan.

Struktur bantalan sepatu ini memiliki profil yang paling rendah untuk seri Air Max Uptempo. Selain itu penggunaan busa phylon sebagai bantalan area depan membuat sepatu ini lebih mendukung proprioseptif bila dibandingkan dengan dua model lainnya.

 

Sol luar sepatu ini menggunakan alur–alur tulang herring pada area bola kaki dan tumit, yang menjadi pusat utama tekanan tapak kaki. Pola tulang herring merupakan jenis pola traksi yang sangat umum dan paling aman untuk mendukung berbagai tipe permainan.

Air Max Uptempo (1995)

Air Max Uptempo atau sering disebut Air Max Uptempo '95 untuk edisi retronya merupakan sepatu basket pertama yang menggunakan bantalan udara berukuran maksimum pada sepanjang kaki dengan kantung yang terlihat dari luar. Oleh karena inovasi struktur bantalannya tersebut, Air Max Uptempo pernah disebut sebagai salah satu sepatu basket paling keren era 1990-an. Sepatu ini dipopulerkan Scottie Pippen dan Toni Kukoc yang menjadi bagian dari Chicago Bulls di musim rekor terbaiknya: 72-10, serta digunakan bintang Kings Mitch Richmond dan salah satu PF terbaik NBA, Tim Duncan, yang masih berstatus pelajar.

 

Karakteristik Konstruksi Air Max Uptempo

Tipe: Suportif.

Berat: 18.4 oz | Sangat Berat.

Profil:

Rigiditas: Tinggi.

Bagian atas sepatu ini menggunakan lapisan–lapisan kulit hewan dan sintetik yang bersegmen–segmen dengan tingkat ketebalan yang berbeda dan saling tumpang tindih. Selain itu struktur penyangga sepatu ini memiliki ukuran yang lebih besar, sehingga bagian atas sepatu ini memiliki konstruksi yang lebih suportif dari model sebelumnya.

Sedangkan sistem kuncian sepatu ini tidak mengalami banyak perubahan, selain dihilangkannya struktur sarung pada bagian dalam yang digantikan lidah berstruktur konvensional dengan strep elastis pada pertengahan lidah untuk mendukung kuncian.

Bagian kerah sepatu ini memiliki struktur yang lebih menghambat keleluasaan pergelangan kaki karena struktur kerah yang berukuran tinggi tanpa potongan U dan seluruhnya tertutup lapisan kulit. Sisi positifnya adalah lebih menunjang kuncian dan kestabilan kaki bagian belakang.

 

Pihak Nike menyebut Air Max Uptempo sebagai sepatu basket dengan bantalan udara paling tebal yang pernah dipasarkan. Dengan struktur bantalan yang dimilikinya tersebut, sepatu basket ini memiliki kemampuan yang sangat baik dalam meredam tumbukan pada sepanjang kaki, namun tentu saja mengorbankan fungsi proprioseptif.

Sol luar sepatu ini menggunakan alur–alur sirkular dengan celah yang lebar pada seluruh permukaannya. Terdapat tonjolan–tonjolan karet yang lebih lunak pada area tepi, yang mudah mengalami deformasi pada penekanan dan dapat meningkatkan traksi pada gerakan–gerakan lateral.

Seri Uptempo dilanjutkan dengan sepatu basket Air More Uptempo pada 1996, yang sering dilekatkan pada sosok Scottie Pippen yang menggunakan sepatu basket ini pada final NBA dan Olimpiade di tahun yang sama. Namun, sepatu basket ini menjadi seri tersendiri dan tidak termasuk ke dalam seri Air Max Uptempo.

Air Max Uptempo III (1997)

Air Max Uptempo III atau disebut sebagai Air Max Uptempo ’97 untuk edisi retronya merupakan model yang terpopuler dan sangat sering terlihat digunakan para atlet NBA, di antaranya: Scottie Pippen, Jeff Hornacek, Bryon Russel, Jason Kidd, Kevin Garnet, dan masih banyak lagi.

 

Dibandingkan dua model sebelumnya, sepatu ini mengalami peningkatan kekokohan konstruksi dan memiliki ukuran kantung bantalan udara yang lebih besar. Selain itu adanya plat–plat plastik berbentuk tetesan air pada dinding sol tengah memberikan keunikan tersendiri pada penampilan sepatu ini dan mengangkat seri Air Max Uptempo pada puncak popularitasnya.

Karakteristik Konstruksi Air Max Uptempo III

Tipe: Suportif.

Berat: 19.2 oz | Sangat Berat.

Profil:

Rigiditas: Sangat Tinggi.

Bagian atas sepatu ini menggunakan lapisan-lapisan kulit nubuck dan sintetik yang terpotong–potong dan berlapis–lapis. Pada sepanjang tepi samping terdapat struktur penyangga yang berukuran besar dan berigiditas tinggi. Dengan struktur lapisan kulit yang lebih tebal, serta penyangga yang lebih besar dan kokoh, maka Air Max Uptempo III ini memiliki konstruksi yang lebih suportif daripada dua model sebelumnya.

Sistem kuncian sepatu ini menggunakan pentalian konvensional yang terhubung langsung dengan lapisan kulit yang terpotong–potong dengan ujung yang menjangkau seluruh area kaki. Berbeda dengan dua model sebelumnya yang menggunakan strep–strep tekstil sebagai lubang tali dan strep–strep elastis pada sisi atas lidah.

Meski pun memiliki penyangga tumit yang lebih besar dan kokoh, bagian kerah sepatu ini memiliki struktur yang lebih baik dalam mendukung fleksibilitas pergelangan kaki. Potongan kerah yang lebih rendah pada sisi achilles dengan dilapisi busa tebal yang dapat melesak pada penekanan, serta penggunaan lapisan kulit yang terpotong–potong, memudahkan struktur kerah untuk menekuk sesuai dengan pergerakan pergelangan kaki.

Peningkatan kualitas juga dialami oleh fitur penarik kerah yang menggunakan lapisan kulit dan plastik, yang terkesan lebih kuat dari dua model sebelumnya yang menggunakan tekstil.

 

Masih kurang puas dengan bantalan udara Air Max Uptempo ’95 yang sudah paling tebal massanya, Nike memperbesar kembali ukuran kantung udara sepatu ini menjadi lebih lebar dan tebal. Selain itu sepatu ini memiliki kantung udara pada area belakang yang lebih terbuka (tidak tertutup busa sol tengah), sehingga lebih memudahkan struktur kantung udara tersebut untuk meregang pada penekanan. Dengan demikian struktur bantalan Air Max Uptempo III merupakan hasil akhir yang terbaik untuk seri Air Max Uptempo.

 

Sol luar sepatu ini menggunakan alur–alur sirkular yang berkelompok pada area jari dan bola kaki, yang tampaknya disesuaikan dengan gambaran pola tekanan permukaan tapak kaki. Walau tampaknya ketahanan sol luar sepatu ini sedikit berkurang karena struktur sol luar yang membentuk alur–alur sirkular tersebut menjadi lebih tipis. Namun, di sisi lain memudahkan untuk terjadinya deformasi pada penekanan di area pusat tekanan tapak kaki area depan dan meningkatkan kualitas traksi pada berbagai arah gerakan.

 

Seri Uptempo kembali dilanjutkan dengan Air Total Max Uptempo yang melekat pada sosok Reggie Miller pada NBA 1997–1998. Vis Zoom Uptempo (satu–satunya Uptempo yang menggunakan bantalan Zoom) menjadi sepatu lain yang digunakan Tim Duncan pada final NBA 1999. Saat itu ia meraih gelar juara NBA pertamanya dengan sepatu basket tersebut. Pada tahun 2011, Nike merilis sepatu basket retro Zoom Uptempo V, yang originalnya bernama Zoom Flight V tahun 1997 yang dipopulerkan Jason Kidd saat membela Mavericks. Tiga sepatu basket bernama Uptempo tersebut tidak dimasukkan ke dalam golongan Air Max Uptempo.

 

Seri Air Max Uptempo diperhitungkan sebagai salah satu sepatu basket dengan struktur bantalan paling inovatif pada masanya dan direkomendasikan bagi para atlet yang membutuhkan sepatu basket yang suportif, protektif, dan berdaya tahan kuat. Di antara ketiganya, konstruksi tahun 1997 merupakan hasil akhir terbaik yang paling direkomendasikan penulis karena struktur bantalan udara yang lebih besar dengan konstruksi yang lebih suportif dalam menunjang kestabilan, namun memiliki kerah yang dapat memberikan keleluasaan pergelangan kaki.

 

Foto : Kicksonfire, Nike, Sneakernews, Solecollector, Yudi Kadirman

Komentar