IBL

Sembilan tahun lalu, kami mewawancarai Richard Leo Latunusa. Anak-anak basket Indonesia lebih mengenalnya dengan julukan "Insane". 

Richard adalah salah satu peneroka bola basket jalanan atau streetball basketball yang kemudian berkembang menjadi freestyle basketball. Bersama beberapa rekannya di Bandung, ia memulai kelompok basket "Future" yang melegenda sampai sekarang. 

Hingga kini, Richard masih aktif bermain basket. Ia bahkan berbagi motivasi dan menjadi inspirasi banyak pebasket muda di daera-daerah di seluruh Indonesia.

Berikut wawancara kami yang dimuat di mainbasket.wordpress.com tanggal 18 Desember 2008.

 

Kapan pertama kali kenalan dengan dunia basket?

Hmmmm, kenal basket SD. Itu juga tidak sengaja gara-gara pas jam olahraga kasti di outdoor hujan jadi pindah ke aula. Mendadak guru gw bikin game masukin bola gitu ke ring basket. Karena bareng sama cewek-cewek jadi semangat gw masukin bolanya. Hahahahaha, lucu juga. Saat itulah gw merasa enjoy sama olahraga ini. Unsur fun-nya tinggi banget. Kayanya itu deh awal gw kenal basket.

Siapa pemain basket profesional yang langsung menjadi idola saat itu?

Idola saat itu? Kayanya baru pas SMP gw punya idola deh. Tidak jauh-jauh. Michael Jordan yang bikin semangat gw untuk ke lapangan basket terus buat ngulik gerakan-gerakannya biar persis kaya dia. Sampai melet-meletnya juga gw ikutin. Dahsyat tuh Kang MJ (Michael Jordan).

Kenapa basket? Bukan bulutangkis atau sepak takraw?

Karena seperti yang gw bilang tadi, gw menemukan unsur fun di permainan ini. So, tidak ada paksaan buat gw untuk mempelajari lebih dalam lagi. Jadi everytime gw main basket, itu memang benar-benar berangkat dari hati yang mencintai permainan ini. Cinta itu tidak gw temukan di bulutangkis -walaupun gw sempat jago juga di bulutangkis, juara 1 tujuh belas Agustusan tidak jelek-jelek amat, kan? Karena awalnya rasa cinta itulah akhirnya gw memilih basket. Gw baru sadar, kalau ada istilah “for da love of da game". Dalam banget! Dan gw sudah dapat mengerti arti itu.

Sempat main di tim pra-Kobatama, lalu kenapa banting stir serius main streetball?

Sebenernya masih ingin terus sih di basket konvensional (Klub Scorpio Jakarta). Tapi gw waktu itu harus kuliah di NHI, Bandung -karena uang kuliahnya murah. Hehehe. Sempat gundah juga sih pas meninggalkan basket konvensional. Cuma ternyata Tuhan punya rencana yang lebih baik atas hidup gw, yang akhirnya Dia mempertemukan gw sama yang namanya streetball -yang notabene membesarkan nama gw samapi detik ini. Thank God for leading my way all the time.

Apa kelebihan streetball dibandingkan basket konvensional?

Streetball tidak dibatasi oleh apapun. Tidak ada batasan umur, tidak ada yang mengatur kita untuk begini atau begitu, dan yang lebih penting kita bebas bermain dan mengekspresikan permainan kita lewat sebuah game. Kita juga dituntut untuk memberikan sesuatu yang baik kepada banyak pihak. Penonton dalam hal ini. Mereka merupakan sumber tenaga, inspirasi dan semangat di setiap permainan. Berkat kehadiran merekalah, sebuah energi permainan seseorang akan meningkat levelnya tanpa disadari. Itulah kelebihan streetball di mata.

Bagaimana perkembangan dunia streetball Indonesia dibandingkan tempat lain di dunia?

Streetball Indonesia masih sangat jauh perkembangannya dibanding negara lain dalam segala hal. Contoh kecil, treatment ke pemain. Streetball Indonesia tidak bakal bisa berkembang dengan pesat seperti negara lain klo masih "disetir" oleh banyak pihak yang (cara) berpikirnya cuma meraup keuntungan lewat streetball itu sendiri. Begitu juga orang yang selalu berpikiran aji mumpung. Mumpung streetball masih booming, jadi masih bisa dapat duit di situ. Damn, orang-orang kaya begitu tuh yang tidak pernah mikirin streetball. Makanya concern gw cuma satu, kita harus banyakin liga streetball. Jangan cuma tergantung sama liga streetball yang dari tahun ke tahun bisanya cuma mengubah konsep saja. Mau dibawa ke mana ini semua? Sedih gw kalau melihat streetball Indonesia.

Apa visi dan misi membangun komunitas streetball (Future)?

Awalnya sih kami (Future Streetball) punya visi ingin jadi panutan bagi komunitas streetball lain di Indonesia. Karena Future merupakan komunitas streetball pertama di Indonesia dan misinya cukup dahsyat. Ingin nama Future Streetball dikenal oleh banyak pihak dalam hal ini negara RI dan negara luar.

Apa visi dan misi membangun sekolah/kamp basket streetball?

Visinya membuat sebuah sekolah streetball dan freestyle yang berdaya saing tinggi baik secara regional, nasional maupun internasional dengan tidak meninggalkan nilai-nilai edukasi, sportivitas, nasionalis dan talenta. Sedangkan misinya mampu memberikan dan menciptakan calon entertainer di bidangnya (streetball dan freestyle) yang berdedikasi dan berkualitas. “It's not about quantity but it's all about quality.” Terbukti jadi Juara Freestyle Contest LA 2008 kemarin. Juara 1 dari Masa Depan Jakarta dan Juara 2 Masa Depan Bandung. 

Kenapa sekolah streetball? Kok bukan basket pro aja?

Karena gw ingin menjadi "bapak" yang mewadahi para calon streetballer dan para streetballer itu, dan gw berangkat dari hati bukan materi. Tolong digarisbawahi. Kebanyakan dari mereka masih dalam tahap pencarian jati diri karena luapan rasa ingin tahu yang masih meledak-ledak. So, gw ingin streetball jadi salah satu luapan rasa ingin tahu tadi. Toh, positif kan. Ketimbang jadi negatif luapan-luapan tadi. Kalau basket pro sudah banyak "bapaknya". Hehehe, kalau streetball kan belum ada.

Dari mana mendapatkan julukan “Insane”?

Gw dapat dari baller Australia namanya Steve. Dia sudah pernah lihat AND1 di Aussie dan ketika dia lagi di Indonesia, tidak sengaja dia liat gw main di Lapangan ABC Senayan. Saat itu memang gw keluarin semua trik dan moves yang gw kuasai tanpa menghiraukan apapun, yang penting gw enjoy main. Eh, ternyata si Steve ini memperhatikan gw dari awal. Malah sempat teriak-teriak gitu pas gw mengelabui pemain lawan. Pas terakhir, dia samperin gw sambil mengatakan, "Dude, you're insane, man! Great game.” Akhirnya kami terlibat pembicaraan kecil dan begitu gw ceritakan ke teman-teman kampus di NHI, Bandung -Qting, Japra, Ryan, Abah sama Willy- mereka sepakat bilang, "pakai aja tuh kata-kata 'Insane' buat nickname lu, Chard. Lu memang gila sih kalau lagi main." From that day, everybody started to call me Insane. Oh ya, gw jadi ingat kata-kata Alimoe, “the real key to get your nickname is when you play outside.” Jadi memang nickname itu pengakuan dari orang atas permainan lu. Bukan cari di kamus.

Bagaimana pendapatmu tentang dunia basket Indonesia (keseluruhan)?

Yang gw perhatikan sih dari dulu kayanya cuma masalah SDM sama pembinaan yang tidak merata di setiap daerah. Mungkin karena SOP (standard operating procedure) yang berbeda di tiap-tiap daerah, atau bagaimana, gw gak mengerti. Ada beberapa yang sudah terlihat pro, ada yang masih parah banget. So, kita memang memerlukan banyak pihak yang memang mau bekerja di dunia basket ini dengan hati bukan karena aji mumpung tadi. Dan coba diperhatikan lagi kesejahteraan pihak-pihak yang terkait. Dalam hal ini elemen terkecil. Biar roda perbasketan Indonesia bisa bergerak.

Pernah lihat sinetron yg ada adegan basketnya? Bagaimana menurut lu?

Pernah. Tidak ngerti mau ke mana arahnya? Talenta yang terlihat dipaksa untuk main basket, dan figuran yang tidak mengerti basket. Hahahaha, parah! Memang basket bukan yang utama sih ya di negara kita makanya jadi asal-asalan mengemas segala sesuatunya. Tenang, saat ini mungkin seperti itu tapi gw percaya suatu saat nanti akan ada saat di mana basket akan menjadi prioritas nomor satu di Indonesia. Amin.

Kalau dua pesohor ini minta diajarin basket, lu pilih yang mana, Ivan Gunawan atau Ruben?

Ivan Gunawan. Tinggi dan besar, jadi gampang mengajarinnya. Body-nya saja sudah basket banget, cuma paling kalau dia sudah jago main basket, gw minta barter dibikinkan desain kostum basket yang keren sama dia. Hehehehe.

Hampir setiap sekolah di Indonesia punya lapangan basket, tapi prestasi basket kita (bahkan di Asia Tenggara) tidak bagus-bagus amat, kenapa nih?

Itu dia, yang gw bilang tadi, basket di negara kita bukan prioritas utama, dan juga bukan olahraga utama. So, lapangan basket di sekolah-sekolah itu cuma sebagai syarat dan standar saja buat berdirinya sebuah sekolah. Biar kelihatan punya fasilitas olahraga. Ketimbang mereka harus bikin lapangan sepak bola? Mending basket. Jadi sisa tanah yang buat lapangan bola bisa buat bangun gedung lagi buat tambah pemasukan. Hehehe,
Soalnya gw pernah lihat lapangan basket yang dipakai main futsal. Sedih, bro.

Pelajaran paling berharga apa yang lu dapet dari main basket?

Banyak hal sih yang gw dapat dari main basket. Salah satunya adalah pedoman melayani bukan dilayani, memberi dan bukan diberi. Gw pernah membuat satu keluarga menangis karena gw kasih duit fee perform tampil freestyle gw untuk bantu biaya berobat seorang bapak penjual kupat tahu langganan gw pas di kosan. Gw biasa ngutang soalnya. Pas gw ingin bayar hutang, pas baru dapat duit dari freestyle, kok itu bapak tidak lewat-lewat. Sudah tiga hari, tanya sana-sini. Dapat informasi ternyata itu bapak lagi sakit keras. Benar! Pas gw datang si bapak memang lagi terbaring di temapt tidur ditemani istri dan dua orang putranya yang masih kecil-kecil. Iba gw melihat itu. Akhirnya, duit freestyle gw kasih saja semua sama amplop-amplopnya buat ke dokter. Dua hari kemudian itu bapak sudah lewat lagi depan kosan gw sambil bawa kue bikinan istrinya. Terharu gw. Ternyata dengan talenta basket yang kita punya, Tuhan juga titipin sesuatu buat orang lain. Mungkin berkat doa keluarga itu juga yang tidak henti-henti sampai sekarang yang membuat karir gw bisa seperti ini. Itu sebuah pelajaran berharga yang gw dapat dari main basket.

Apa cita-cita lu?

Cita-cita gw ingin jadi "David Stern-nya" streetball Indonesia. (*)

Foto: koleksi Richard.

Komentar