IBL

SMA Bukit Sion Jakarta tak perlu diragukan lagi pamornya di Honda DBL DKI Jakarta Series. Juara bertahan dua gelaran terakhir, menuju ke tiga gelar beruntun, dan tak terkalahkan sejak 2017, Buksi (sebutan akrab Bukit Sion) adalah sebuah kekuatan besar.

Namun, kekuatan mereka hampir saja runtuh di hadapan kegigihan para pemain SMAN 6 Jakarta. Sekolah yang lebih akrab disebut Mahakam ini hanya berjarak dua pantulan bola dengan kemenangan. Sayangnya, keberuntungan ada di pihak Buksi dan tim asuhan Jap Ricky Lesmana lolos ke semifinal, ke babak Fantastic Four dengan skor 26-25.

Sejak gelaran Honda DBL 2021 DKI Jakarta Series dimulai pada 7 Oktober lalu, sejauh ini duel antara Buksi dan Mahakam saya yakini jadi yang terbaik. Alih-alih Game of the Day, ini adalah Game of the Series andai tak ada lagi gim seketat ini di sisa babak yang ada. Terlepas dari hasil akhir, ada beberapa catatan yang menarik perhatian saya di gim ini.

Untuk Mahakam, tim ini seolah menegaskan karakter mereka kala melawan Buksi. Mereka adalah tim yang tak mau kalah. Bahkan nama besar Buksi tak membuat mereka gentar. Identitas permainan yang kuat di area perimeter pun mereka pertahankan. Tak banyak tripoin mereka paksakan dan tim ini seolah selalu berupaya mengejar offensive rebound.

Apa yang mereka tunjukkan adalah sebuah modal penting atas sebuah mentalitas. Mereka bisa membangun sebuah tradisi baik jika pemahaman ini bisa dibuat sebagai fondasi ke depannya. Pun demikian, saya tak serta-merta mendukung tim yang sama sekali tak mencoba tripoin. Mereka juga harus mengembangkan diri di sini, semua pemain.

Terkhusus untuk Bagas Rizky Utomo, pemain yang mengambil tembakan terakhir di gim hari ini, keep your head up! Butuh ketangguhan besar di kepala untuk mengambil sebuah tembakan terakhir. Lebih gila lagi, karena membawa bola itu sendiri dari back court dan dijaga Rafael Pasha yang sebulan lalu baru bertanding dengan talenta-talenta U-18 terbaik di dunia. Terus kembangkan diri ke depannya Bagas!

Untuk Buksi, saya percaya Jap Ricky akan melakukan evaluasi besar atas hasil ini. Secara keseluruhan, masalah Buksi adalah kedalaman skuat. Dengan mayoritas pemain tahun pertama di Honda DBL, tampaknya beberapa pemain belum benar-benar memiliki mentalitas untuk membawa nama besar Buksi.

Beruntungnya, Buksi masih punya Aaron Nathanael dan Pasha. Keduanya bertindak sebagai veteran yang memandu tim ini. Di belakang mereka, saya melihat hanya ada Matthew Manuputty yang sudah ada di level mental serupa. 

Ya, sejak pertama kali saya melihat Buksi bermain secara langsung pada 2018, saya melihat bagaimana sebuah tim yang digdaya beroperasi. Saya tak pernah melihat tim ini tak percaya diri. Mereka bermain bahkan berjalan dengan seolah dengan mentalitas, "Kami pasti menang hari ini."

Mentalitas ini yang tidak tampak di gim lawan Mahakam. Entah karena memang musim ini adalah musim yang spesial atau justru memang tekanan Mahakam yang besar di gim hari ini, itu adalah pertanyaan yang harus Buksi jawab jika ingin Three Peat.

Sekali lagi, meski bukan gim terbaik secata skor, karena sangat-sangat rendah. Gim ini menyajikan deretan momen yang layak dipelajari oleh tim dan pemain SMA. Memang, pada akhirnya, hasil laga ini ditentukan oleh sebuah keberuntungan. Namun, jika Anda semua melihat gim ini lagi secara keseluruhan, maka Anda tahu bahwa keberuntungan sebenarnya tak perlu banyak andil andai beberapa situasi dieksekusi dengan lebih baik oleh masing-masing tim. Keberuntungan sebenarnya selalu ada di hadapan kita dalam bentuk pilihan dan momentum yang harus disambut di waktu yang tepat. Sekali lagi, selamat untuk kedua tim atas gim yang luar biasa!

Foto: Dika Kawengian

Komentar