IBL

NBA akan memasuki musim ke-75, atau musim ketiga di masa pandemi Covid-19. Jelang musim yang sangat bersejarah tersebut, vaksinasi pemain jadi isu panas. Legenda NBA Kareem Abdul-Jabbar pun angkat bicara. Dia meminta NBA tegas, dan membuat aturan bahwa pemain yang tidak vaksin dilarang tampil.

Akhir-akhir ini memang terjadi perdebatan. Vaksin dianggap sebagai urusan pribadi pemain. Sementara di sisi lain, beberapa wilayah di Amerika Serikat mulai mewajibkan vaksin Covid-19. Ada beberapa pemain yang terbentur dengan aturan tersebut. Mereka bersikukuh tidak mau vaksin, meski bakal ada ancaman pemotongan gaji.

Abdul-Jabbar rupanya punya pandangan yang lebih tegas. Dia ingin NBA segera membuat aturan tentang wajib vaksin. Jadi, pemain yang tidak mau divaksin sebaiknya tidak boleh bermain sepanjang musim.

"Mereka tidak perlu menjelaskan apa pun alasannya. Tetapi jika mereka (pemain NBA) tidak ingin divaksinasi, saya pikir mereka tidak boleh bermain," kata Abdul-Jabbar kepada Rosemary Barton dari CBC Sports.

Wajar saja kalau Abdul-Jabbar berpendapat demikian. Karena menurut laporan ESPN, sudah 95 persen pemain yang mau divaksin. Entah baru satu dosis atau sudah lengkap. Jadi pemain yang tidak mau menerima vaksin jumlahnya sangat kecil. Tidak mungkin berpengaruh pada stabilitas liga. Sayangnya dari jumlah kecil ini ada pemain berlabel bintang seperti Kyrie Irving. Sehingga pemberitaan lebih besar dibandingkan dengan pemain yang sudah vaksin.

Andrew Wiggins awalnya masuk kelompok kecil tersebut. Pemain asal Kanada ini termasuk yang paling keras menolak vaksin ketika permohonannya untuk pengecualian ditolak oleh liga. Pemain Golden State Warriors tersebut awalnya mengatakan dia berencana untuk terus berjuang mempertahankan keyakinannya. Namun pada Minggu sore, waktu Amerika Serikat, tim Warriors mengumumkan bahwa Wiggins akhirnya mau divaksin. Dia pun bisa berlatih bersama rekan-rekannya lagi.

Kembali lagi ke Kareem Abdul-Jabbar. Pemain yang pernah membawa Milwaukee Bucks juara NBA tersebut mencatat bawah kemungkinan para pemain juga menerima vaksin polio dan gondok di sekolah dasar. Jadi tidak ada alasan yang jelas, kenapa mereka menolak vaksin Covid-19.

"Tujuannya saja berbeda, dan vaksinnya juga baru. Tapi sebenarnya, semua proses pembuatan dan penyuntikan vaksin sama saja. Seperti vaksin polio dan gondok, dan saya yakin mereka pernah mendapatkannya di sekolah dasar," imbuhnya.

Abdul-Jabbar juga bercerita tentang sejarah sistem perawatan kesehatan dengan komunitas kulit hitam memengaruhi sikap mereka terhadap vaksin Covid-19. Abdul-Jabbar mengutip Eksperimen Tuskegee sebagai bagian dari alasan beberapa komunitas kulit hitam mungkin ragu untuk mengambil vaksin yang dianjurkan pemerintah.

Antara tahun 1932 dan 1972, Layanan Kesehatan Masyarakat Amerika Serikat dan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit mengatakan kepada ratusan pria kulit hitam dengan sifilis di Alabama bahwa mereka mendapatkan perawatan kesehatan masyarakat gratis. Bahkan, subjek tidak diberitahu bahwa mereka menderita sifilis dan tidak menerima pengobatan yang nyata. Pada saat percobaan berakhir, 128 pasien telah meninggal karena sifilis atau komplikasi.

"Orang kulit hitam tidak diberi pengobatan dan dibiarkan penyakitnya makin parah," kata Abdul-Jabbar. "Dalam situasi ini, orang kulit hitam mulai tidak percaya dengan apa yang dicanangkan pemerintah setempat. Apalagi yang berhubungan dengan kesehatan."

NBA kabarnya sedang membahas aturan wajib vaksin. Tetapi semua rencana tersebut ditolak oleh Asosiasi Pemain (NBPA). Sebagai gantinya, liga dan Asosiasi Pemain sedang mencari cara agar pemain yang tidak vaksin tetap bisa tampil. (tor)

Foto: NPR

Komentar