IBL

Detik-detik akhir antara Amerika Serikat (AS) melawan Serbia di babak penyisihan berjalan menegangkan. Serbia melalui Bojan Bogdanovic melepaskan tembakan tiga angka berusaha untuk membawa laga ke babak over time. Sayang, tidak masuk.

AS menang 94-91. Sejak pengalaman pahit di olimpiade 2004, tak ada satu tim pun yang mampu bahkan nyaris mengalahkan AS.

Di babak penyisihan, Serbia hanya menang dua kali (kalah tiga kali), termasuk kalah melawan Australia 80-95.

Di semifinal, Serbia kembali menghadapi Australia. Australia yang dihuni tiga pemain juara NBA (Patty Mills, Matthew Dellavedova dan Andrew Bogut) dibuat mati kutu oleh pertahanan ketat Milos Teodosic dan kawan-kawan.

Ketatnya pertahanan Serbia dan apiknya serangan-serangan mereka membuat Australia mau tak mau hanya bisa mengakui bahwa kekalahan terjadi akibat buruknya permainan mereka sendiri.

Teodosic mencetak poin terbanyak dengan 22 poin dan center Nikola Jokic mengumpulkan 11 bola pantul. Serbia mendominasi sejak kuarter pertama saat unggul 8-0. Serbia membuat para pemain Australia kesulitan melepaskan tembakan dan tak mampu mencetak angka bahkan pada posisi terbuka. Kekalahan Serbia di babak penyisihan jadi seolah tak berarti dengan kemenangan atas Australia di semifinal, 87-61.

Serbia akhirnya kembali menantang AS di final.

AS lebih dulu memastikan tempat di laga perebutan emas setelah mengalahkan Spanyol 82-76.

Perjalanan Serbia ke final tidak mudah, dibandingkan dengan AS yang jelas menjadi unggulan pertama (dan tak pernah kalah sekali pun). Pada babak penyisihan, Serbia hanya menang melawan dua tim yang ada di bawah mereka, Venezuela dan Tiongkok.

Melawan Perancis, Serbia kalah tipis 75-76.

Menempati posisi keempat di Grup A, Serbia harus menghadapi peringkat pertama di Grup B, Kroasia. Rival besar yang juga menyangkut sejarah kelam di masa lampau. Serbia berhasil menang tipis 86-83. Tiket yang kemudian dibawa untuk selanjutnya mengalahkan Australia di semifinal.

Serbia terakhir kali mencapai final olimpiade di tahun 1996. Itu pun di bawah bendera Republik Federal Yugoslavia (Serbia merupakan negara bagian Yugoslavia kala itu). Bermain di hadapan mayoritas para pendukung AS (Olimpiade Atlanta 1996), Yugoslavia menerima perak, tunduk 95-69.

Dua tahun lalu, Serbia juga bertemu AS di laga bergengsi final Piala Dunia FIBA 2014 (FIBA Basketball World Cup). Serbia juga kalah –telak- 129-92.

Keberhasilan membayar kekalahan atas Australia di semifinal dan hanya kalah tipis tiga angka di babak penyisihan melawan AS membuat Serbia memiliki peluang kuat mematahkan dominasi AS.

Ketika Serbia nyaris memaksa laga ke babak over time saat melawan AS di fase penyisihan grup, kepala pelatih Serbia Sasha Djordevic mengatakan bahwa ia meniru filosofi permainan San Antonio Spurs. Bola terus mengalir dari pemain ke pemain. Membuat tim bertahan juga harus terus bergerak mengawasi arah bola.

Cara ini ia anggap sangat efektif ketika menghadapi lawan yang lebih unggul secara postur dan kecepatan. Ketika tim bertahan terus bergerak mengikuti aliran bola serangan, jika dilakukan dengan rapi dan konsisten, tim penyerang lambat laun akan menemukan kesempatan untuk memasukkan bola.

Serbia kini memiliki peluang mengukir sejarah. Menumbangkan dominasi AS adalah hal yang sangat mungkin saat ini. Kalau pun gagal, Serbia pun sudah mencatat sejarah tersendiri. Meraih perak setelah kalah tiga kali di fase penyisihan grup.

Foto: FIBA

Komentar