IBL

Sekolah dengan Jarak Tempuh Terjauh ke Venue Honda DBL (bagian-5)

Setiap tahun. Perjuangan luar biasa harus ditempuh puluhan ribu student athlete seantero nusantara. Demi berpartisipasi dan menggapai mimpi pada kompetisi basket pelajar terbesar tanah air, Honda Developmental Basketball League (DBL). Terkendala letak geografis menuju venue yang digelar di ibu kota provinsi. Bukan jadi halangan bagi para duta sekolah ini untuk berpartisipasi. Sekaligus membuktikan bisa menggapai prestasi. Walau harus menempuh perjalanan yang tak mudah. Melintas jalur darat, laut, atau udara. Dengan jarak tempuh ratusan kilometer. Dari kota/kabupaten asal mereka. Jauh dari dukungan keluarga dan teman.

Setelah sempat tertunda, kesempatan yang ditunggu-tunggu tiba. Tim basket SMA Tri Ratna Sibolga akhirnya berkesempatan melakoni debutnya. Pada gelaran Honda DBL North Sumatera Series 2019. Di GOR Unpri, kota Medan, 26 Oktober hingga 2 November lalu.

”Sebenarnya sudah lama kami ingin ikut (Honda DBL). Tahun 2018, nyaris ikut tapi kami terlambat mendaftar. Pada 2019, kami berupaya memastikan jangan sampai gagal lagi. Syukur, kami akhirnya bisa ikut,” buka Ricky, pelatih tim basket SMA Tri Ratna Sibolga kepada DBL.id.

Sebagai salah satu sekolah swasta ternama di Sibolga, reputasi dan prestasi tim basket SMA Tri Ratna sangat diperhitungkan. Mereka kerap tampil sebagai juara, pada berbagai kejuaraan basket antar SMA di wilayah Sibolga maupun Tapanuli.

”Tiga tahun berturut-turut sejak 2016 kami mengadakan turnamen basket antarsekolah dan selalu berhasil menjadi yang terbaik. Kami tertantang untuk mencari kompetisi yang lebih kompetitif. (Honda) DBL Seri Sumatera Utara adalah jawabannya,” terang Coach Ricky, yang juga sebagai pengurus Yayasan vihara Buddha Sibolga.

Demi mencari tantangan yang lebih kompetitif itu, Coach Ricky beserta skuad tim basket putra dan tim dance SMA Tri Ratna harus menempuh perjalanan darat sejauh 338 kilometer. Dari Sibolga yang terletak di pesisir selatan. Menuju kota Medan, ibu kota provinsi Sumatera Utara.

Perjalanan darat dengan total 338 kilometer yang harus ditempuh itu menempatkan SMA Tri Ratna Sibolga pada urutan kelima, Sekolah dengan Jarak Tempuh Terjauh Menuju Venue Honda DBL.

Dengan menggunakan bus sekolah, para pemain, pelatih, ofisial, serta tim dance SMA Tri Ratna Sibolga membutuhkan waktu total 12 jam perjalanan darat. Menghadapi rute yang dikenal memiliki seribu satu kelokan. Dari kota Sibolga menuju Medan. Melintasi beberapa kota/kabupaten, menembus hutan, menyisir jurang, termasuk melintasi jalanan perbukitan dengan pemandangan indah Danau Toba yang terkenal.

Di kalangan sopir bus lintas Sumatera, jalur Sibolga-Medan termasuk diperhitungkan. Selain memiliki banyak tikungan panjang dan pendek, beberapa ruas jalan juga sangat sempit, sesekali roda ban turun hingga ke sisi luar jalan, yang membuat perut mual dan pusing. Tak sedikit penumpang didera rasa mual dan muntah hingga berkali-kali. Apalagi saat melintas jalur Tarutung-Sibolga, jangankan penumpang, sopir saja bisa muntah!

”Saya berpesan kepada anak-anak menjelang berangkat, agar sepanjang perjalanan bisa atau bisa, dipaksa agar tidur. Untuk mengurangi efek mabuk perjalanan. Mengingat rutenya memang berat dan melelahkan. Dari Sibolga kami memulai perjalanan pukul 13.00, dan baru tiba di Medan pukul 01.00 dinihari,” sambung Coach Ricky.

Momen yang dinantikan tiba. Pada 27 Oktober 2019, tim basket putra SMA Tri Ratna Sibolga melakoni laga perdana di Honda DBL Seri Sumatera Utara. Menghadapi tim SMA Nasional Plus Cintabudaya asal Medan. Sayang, mereka harus menderita kekalahan, dengan skor akhir 21-44.

Walau harus menelan pil pahit kegagalan, pemain dan tim pelatih tak merasa perjuangan mereka menempuh ratusan kilometer ke Medan adalah sia-sia. Justru mereka merasa berkesan. ”Kami mendapat pengalaman baru tampil pada pertandingan yang ketat. Menghadapi lawan yang secara skill dan teknik levelnya jauh di atas kami,” ungkap Coach Ricky.

Coach Ricky juga sangat terkesan terhadap DBL Indonesia selaku penyelenggara kompetisi basket pelajar terbesar tanah air ini. ”Panitianya sangat profesional. Rapi dalam mengemas acara. Sehingga anak-anak dan saya sendiri, merasa seakan-akan seperti tim profesional yang bermain di liga profesional. Tak salah kalau banyak yang membicarakan, dan ingin sekali berpartisipasi pada kompetisi ini (Honda DBL),” paparnya.

Mereka juga tak kapok untuk kembali lagi ke Medan. Berpartisipasi lagi pada Honda DBL edisi berikutnya. ”Kami akan lebih concern untuk memulai pembinaan sejak SD. Kebetulan, sekolah kami di bawah naungan Yayasan Vihara Buddha Sibolga yang juga punya SMP dan SD. Semoga, nantinya SMA Tri Ratna Sibolga mampu bersaing dengan sekolah-sekolah lainnya di pentas Honda DBL,” pungkasnya. (*)

Foto: DBL Indonesia

Komentar