IBL

Dari nama-nama pemain tim nasional basket putra yang mengikuti pemusatan latihan di Los Angeles, Amerika Serikat, ada satu nama yang sedikit banyak masih menjadi misteri bagi para pecinta basket Indonesia. Ia adalah Vincent Rivaldi Kosasih.

Nama Vincent memang layak menjadi pertanyaan. Pasalnya, rookie yang bermain untuk Aspac Jakarta di IBL ini hanya turun bermain dua kali di musim reguler 2017.

“Di semifinal melawan Pelita Jaya, saya pakai jersey tapi tidak main,” ujar Vincent.

Sebelum menjadi pemain Aspac, Vincent menjadi pemain muda di Satria Muda Pertamina Jakarta. Tempat di mana ia mendapat banyak masukan dari Christian Ronaldo “Dodo” Sitepu, teman sekamarnya di Satria Muda.

“Bang Dodo adalah senior yang paling enak kalau mengajarkan saya. Dia mampu mengajarkan sesuatu yang membuat saya ingin selalu memperbaiki kekurangan diri,” tambah Vincent.

Lahir di Madiun, 17 Juni 1996, Vincent besar di Surabaya. Ia pindah ke Jakarta saat menempuh bangku sekolah menengah atas. Vincent kemudian melanjutkan studi di luar negeri. Ia memilih belajar di Zhejiang University of Science and Technology yang berlokasi di Hangzhou, provinsi Zhejiang, Tiongkok. Konsentrasi studi Business Chinese menjadi pilihannya. Kini ia sudah masuk semester enam.

Tahun lalu, Vincent memperkuat Jawa Timur di PON XIX/2016 Jawa Barat. Di sana, ia berhasil meraih medali perak.

Dengan postur yang menjulang lebih sedikit di atas dua meter, Vincent sebenarnya sudah memperkuat tim nasional Indonesia di kelompok usia 16 dan 18 tahun. Vincent masuk dalam skuat Tim Nasional Muda Indonesia (U18) yang tampil pada ajang SEABA U18 di Singapura tahun 2012. Lalu ia juga tampil di FIBA Asia U18 di Ulan Bator, Mongolia. Sebelumnya, di U16, incent juga berlaga di SEABA dan FIBA Asia 2011.

“Kaget. Saya merasa beruntung dipanggil untuk ikut seleksi tim nasional senior,” ungkap Vincent perihal pemanggilannya untuk seleksi tim nasional yang akan berlaga di SEA Games 2017.

Nama Vincent masuk ke dalam radar pencarian pemain untuk timnas di SEA Games 2017 setelah center Pelita Jaya Adhi Pratama harus mundur karena cedera. Saat ini, Vincent adalah sedikit dari center (dan forward) Indonesia yang tersedia dan sedang dibutuhkan oleh tim nasional. “Ada Kristian Liem, tapi dia cedera patah jari,” ungkap Coach Wahyu Widayat Jati, kepala pelatih tim nasional putra.

Menurut Coach Wahyu, saat ini ia membutuhkan pemain yang mampu mengambil rebound dan siap bertahan. Vincent menjadi pilihan yang potensial mengisi harapan tersebut.

“Saya lihat juga, dia sebagai potensi jangka panjang. Kalau dia serius berlatih, dia bisa ada di sekitar tim nasional mungkin sampai lima tahun ke depan,” tambah Coach Wahyu.

Khusus Vincent, pengalaman bertanding di IBL memang belum menjadi sorotan utama bagi Coach Wahyu. Dan keputusan memanggil pemain muda Aspac tersebut sudah dia pertimbangkan bersama dua asisten pelatihnya A.F. Rinaldo dan Johannis Winar.

Absennya Vincent di sebagian besar musim kompetisi 2017 bukan tanpa alasan. Ia harus menyelesaikan studinya di Tiongkok. “Saya bisa bermain di Seri 1 karena memang sudah direncanakan jauh-jauh hari. Jadi saya bisa ke Indonesia sebentar. Kembali ke Tiongkok, saya langsung ujian. Saya masih sulit meninggalkan kuliah. Tapi di Tiongkok, saya tetap latihan terus,” kata Vincent.

Dalam dua pertandingannya di IBL 2017, Vincent rata-rata mencetak 6,5 poin, 7 rebound dan 1 blok per pertandingan. Ia rata-rata turun selama hampir 11 menit.

“Saya tentu senang ada di seleksi timnas ini. Saya jadi punya kesempatan lebih mengenal para pemain senior Indonesia dan belajar banyak dari mereka,” jelas Vincent.

Di seleksi tim nasional, Vincent akan bersaing memperebutkan posisi forward-center dengan Dodo, Firman Dwi Nugroho, Ferdinand Damanik dan Kevin Yonas Sitorus. (*)

Komentar