IBL

Youbel Sondakh, Kepala Pelatih Satria Muda Pertamina Jakarta, belum tahu siapa yang akan ia pilih di IBL Rookie Draf 2018 beberapa waktu lalu sebelum IBL menggelar bursa pilih itu pada Oktober ini. Namun, pada malam pemilihan, Satria Muda akhirnya memilih Kelvin Tirta Sanjaya, seorang garda utama yang sempat bermain di posisi lain seperti garda tembak dan forwarda.

Mainbasket mewawancarai Kelvin tentang kemungkinan alasan Satria Muda memilihnya. Padahal Youbel mengatakan, IBL Draft tahun ini tidak menyediakan pemain yang cukup bagus untuk timnya. Lantas, apa yang akan dilakukan Kelvin untuk membuktikan dirinya di tim sebesar Satria Muda?

Kelvin mengatakan, ia bisa bersaing dengan garda senior Satria Muda untuk mendapat kepercayaan pelatihnya.

Simak wawancara Mainbasket bersama Kelvin, sebagai berikut:  

Sebelum lebih jauh berbicara soal basket, boleh diceritakan dulu tentang siapa dirimu?

Saya Kelvin Tirta Sanjaya. Asalnya dari Jakarta. Lahir di Tangerang, tapi besarnya di Jakarta. Sekarang sudah tidak kuliah. Sebelumnya kuliah di Untar (Universitas Tarumanagara) satu semester.

Kamu kapan mulai main basket?

Sejak SD, terus mulai serius SMP—SMP kelas tiga.

Apa yang bikin kamu serius?

Karena waktu itu pernah main di kompleks ketemu orang mainnya jago banget. Saya jadi ingin serius.

Siapa orang itu?

Ada, teman gitu. Sekarang dia di Filipina.

Memang apa menariknya basket?

Lebih keren mainnya dibanding olahraga yang lain.

Apa yang mesti kamu tumbuhkan untuk menjadi seorang pemain basket yang bagus?

Mental kali, ya, sama fisik.

Kamu, kan, sudah lama main basket. Sejak main basket sudah dapat apa saja?

Teman, yang pasti. Dari main basket bisa dapat penghasilan sendiri.

Apa yang bikin kamu mau terjun ke profesional?

Sebenarnya saya ingin mencari pengalaman saja waktu itu, tapi tidak menyangka malah terpilih waktu itu.

Memang tidak ada niatan untuk ke profesional?

Mau—ada—tapi waktu (mengikuti IBL Draft) itu saya niatnya cari pengalaman saja, sih.

Terus kamu dapat apa saja di IBL Draft Combine?

Yang saya dapatkan itu lebih ke ini, ya, dari pelatih Australia itu mengajarkan untuk main pintar. Tidak harus size, yang penting play smart saja gitu.

Apa bedanya pelatih Australia itu dengan pelatih-pelatih di Indonesia?

Bedanya kalau pelatih Australia itu, walaupun pemain sudah sejago apa pun, dia tetap melatih basic.

Fundamental seperti itu?

Iya, betul fundamental.

Fundamental seperti apa?

Dribble, passing, layup, shooting.

Apa yang bikin beda? Pelatih Indonesia—setahu saya—juga melakukan itu.

Perbedaannya kalau di KU—kelompok umur gitu—pasti dilatih fundamental, tapi pas sudah di kampus fundamentalnya sudah tidak dilatih. Di latihannya—di umur-umur segini—fokus ke drill. Lebih ke pattern gitu, loh. Kalau kemarin (di IBL Draft Combine), lebih ke fundamental.

Kamu tidak menyangka bisa terpilih oleh Satria Muda. Menurutmu Satria Muda ini tim yang seperti apa?

Menurut saya, Satria Muda ini tim yang musim lalu juara, tuh. Saya tidak menyangka saja terpilih oleh tim yang tahun lalu juara. Satria Muda itu tim besar. Pernah juara. Pemainnya—kayak Kak Arki (Dikania Wisnu) dan Kak Hardi (Hardianus Lakudu)—pernah main buat timnas. Saya melihat Satria Muda itu tim yang besar banget.

Apa rasanya bergabung dengan Satria Muda?

Hari pertama saya nervous banget. Latihan, ketemu sama orang-orangnya, ngobrol, tapi lama-lama perasaan saya enak. Ternyata tidak seperti yang saya pikir. Saya kira orangnya sombong-sombong, ternyata ramah-ramah. Terus banyak yang mengajari saya.

Siapa yang pertama kali menghampirimu buat say hi atau welcome?

Yang pertama?

Tidak ada, sih, karena waktu pertama kali datang latihan mereka lagi gym. Waktu pertama kali salamannya sama siapa saya juga lupa.

Coach Youbel tidak menghampirimu?

Oh iya, Coach Youbel yang pertmaa. Dia itu orangnya ramah, banyak kasih advice.

Apa yang dia bilang waktu itu?

Banyak latihan sendiri walaupun SM lagi off, latihannya tidak ada. Dia bilang ke saya untuk latihan sendiri.

Kira-kira Satria Muda memilih kamu karena apa?

Satria Muda memilih saya karena saya bisa membantu. Saya bisa berkontribusilah.

Apa yang mereka harapkan?

Ya itu, bisa memberikan kontribusi.

Maksud saya kontribusi yang seperti apa? Bukankah semua pemain juga bisa berkontribusi?

Tidak cuma di lapangan, saya juga harus berkontribusi di luar itu, di latihan. Misalkan di luar pertandingan saya bisa menyemangati mereka dari luar lapangan.

Kira-kira kamu bisa dapat minute play juga tidak? Satria Muda saya lihat ketat banget persaingannya, bahkan Christian Gunawan saja belum bisa mendapat minute play yang banyak.

Kalau saya, sih, minute play mungkin akan sedikit.

Mungkin tidak untuk mendapat minute play?

Mungkin, sih, kalau di latihan saya mengeluarkannya semaksimal mungkin.

Kamu bermain di posisi apa?

Di posisi point guard.

Di posisi itu ada Hardianus, Egha (Audy Bagastyo Arizanugra), juga Christian Gunawan. Kamu yakin bisa bersaing dengan mereka?

Bisa.

Apa yang bikin kamu yakin? Apa yang akan kamu lakukan?

Yang pasti fokus ke latihan, terus di saat mereka istirahat atau libur, saya mesti latihan. Latihan fundamental kayak dribble.

Memangnya apa yang dibutuhkan untuk menjadi seorang point guard yang setidaknya bisa bersaing di kancah nasional?  

Bisa mengatur timnya. Orangnya harus tegas. Dribble-nya juga harus bagus. Ini di nasional, ya.

Itu saja?

Itu saja, sih.

Oke, tadi kamu bilang seorang point guard harus bisa mengatur tim kamu, istilahnya jadi tangan kanan pelatih. Selama ini kamu bisa berperan seperti itu?

Selama ini?

Selama bermain basket.

Selama bermain basket atau sudah di SM?

Selama bermain basket dari sejak kamu serius dulu.

Ya, di sekolah saja, sih. Pas kuliah sudah tidak main jadi point guard karena banyak pemain yang lebih kecil dari saya.

Kamu ganti ke posisi apa?

Posisi 2-3.

Kamu jadi punya keunggulan apa ketika harus pindah ke posisi 2-3 dan sekarang kembali ke posisi 1 di Satria Muda?

Mungkin saya lebih besar kali, ya, di antara point guard di SM.

Dengan visi bermain yang sekarang kamu bisa memimpin SM, terutama untuk mengejar gelar juara lagi?

Saya harap saya bisa diberi minute play dulu. Karena di SM saya belum dipercaya untuk dikasih minute play, saya belum dipercaya menjadi point guard.

Sejak kamu datang ke Satria Muda sampai sekarang, kamu merasakan tim ini seperti apa?

Seperti keluarga. Kan ada hastagnya #SMFamily.

Kamu juga ikut pramusim IBL. Menurutmu persaingan di IBL seperti apa meski tanpa pemain asing?

Tanpa pemain asing persaingan di IBL itu seru. Lokal semua. Jadi, ketahuan mana yang bagus, mana yang kurang.

Permainanmu di pramusim seperti apa?

Permainan saya selama pramusim itu?

Iya.

Masih kurang, sih, menurut saya.

Apa saja kurangnya?

Saya kurang nge-shoot tripoin. Saya pegang bola maunya pass. Yang mesti saya lakukan itu bikin keputusan yang bagus.

Evaluasi dari pelatih dan teman-teman apa?

Ya itu.

Tripoin dan soal keputusan tadi saja?

Iya, bikin keputusan yang bagus.

Oh ya, menurutmu persaingan di ruki (rookie) IBL sekarang bakal seperti apa?

Bakal lebih kompetitif kali, ya, soalnya tahun lalu belum ada IBL Draft.

Kamu sendiri punya rencana apa untuk berkarir di Satria Muda? Kamu ingin karir yang seperti apa?

Saya ingin punya karir yang seperti Arki, Mario Wuysang, seperti itu. Saya ingin sukses di liga basket Indonesia. Banyak yang kenal gitu.

Kamu bermain dengan salah satu pemain terbaik Indonesia, Arki Wisnu, apa yang hendak kamu pelajari darinya?

Dari Kak Arki itu mainnya pintar. Di liga juga dia paling susah dijaga. Saya ingin belajar membuat keputusan yang bagus kayak dia. Kalau bisa shoot kayak dia, saya ingin gitu. Misalnya dia main lawan pemain yang lebih kecil, dia main post-up. Kalau lawannya lebih besar dia lihat dulu.

Omong-omong, kamu masuk ke IBL lewat jalur apa?

Lewat mahasiswa, eh bukan, lewat Perbasi.

Waktu itu Perbasi punya syarat mengikuti kejuaraan daerah. Kejuaraan daerah apa saja yang kamu ikuti?

Daerah Perbasi gitu? Saya pernah ikut kejuaraan di Jakarta Barat, DKI Jakarta gitu.

Bagaimana kejuaraan seperti itu membentuk kamu sampai hari ini?

Gimana, ya? Melatih mental juara, sih. Mental yang gak mau kalah gitu.

Selama ini kamu belajar untuk meningkatkan mental dari apa atau siapa? Ada orang yang bikin kamu bisa step up?

Pelatih, sih. Pelatih sekolah saya dulu sama pelatih kelompok umur.

Sekolahmu dulu di mana?

Herritage Jakarta.

Nah, bagaimana cara mereka menekan kamu buat jadi lebih baik?

Pelatih saya itu lebih ke sifat pribadi, jadi di luar atau di dalam lapangan mesti respect sama lawan. Di lapangan jadi bukan punya musuh, tapi punya lawan.

Kamu juga hidup di salah satu daerah yang basketnya bagus. Bagaimana kamu membuktikan kualitas kamu sebagai orang Jakarta di hadapan ruki lain yang dari luar Jakarta?

Apa, ya? Bingung juga. Bingung saya mau jawab apa.

Belum kepikiran?

Iya, belum kepikiran sebenarnya.

Kamu ada rencana apa dalam waktu dekat di IBL?

Saya selama satu tahun ke depan ini ingin fokus latihan. Kalau main atau tidak main, itu tergantung pelatih. Saya tahu saya di SM kalah saing—untuk sekarang—tapi saya harus latihan terus, seperti yang saya bilang.

Kira-kira Coach Youbel bisa bikin kamu jadi lebih baik? Apa yang kamu harapkan dari dia?

Saya harap Coach Youbel bisa percaya sama saya.

Bisa tidak Coach Youbel bikin kamu step up?

Bisa, sih, bisa.

Latihan di Satria Muda keras, ya?

Keras. Keras banget. Waktu pertama kali ikut latihan, saya tidak bisa mengikuti, tapi lama-lama saya bisa beradaptasi. Stamina saya meningkat.

Satu lagi, harapan kamu buat liga basket kita?

Harapan saya liga kita bisa kayak PBA. Gak usah muluk-muluk, kayak PBA dulu saja.

Foto: Dok. Kelvin Tirta Sanjaya dan Hariyanto/IBL

Komentar