IBL

Ananda Syahputra Caesar tampak berseragam biru Bima Perkasa Yogyakarta ketika bertandingan di IBL Go-Jek 3x3 pada Juli 2018 lalu. Namun, karena sistem baru bernama IBL Rookie Draft, Bima Perkasa tidak bisa serta merta merekrutnya sebagai ruki untuk musim 2018-2019. Dean—panggilan Ananda Syahputra Caesar—harus mendaftar dulu lewat sistem baru itu jika ini terjun ke profesional.

Pada akhirnya, Dean pun mendaftarkan dirinya untuk mengikuti IBL Draft Combine. Ia mengikuti kegiatan itu sampai selesai, bahkan hadir di malam pemilihan untuk menyambut hari barunya. Sayangnya, saat itu Bima Perkasa melewatkannya sehingga sempat kecewa karena merasa tidak ada klub IBL yang menginginkannya. Akan tetapi, Pacific Caesar Surabaya ternyata memilihnya di putaran pertama.

Mainbasket mewawancarai Dean untuk menceritakan pengalamannya melewati malam pemilihan yang menegangkan. Kami juga membicarakan tentang kapan pertama kali ia main basket dan bagaimana ia menyusun rencana untuk membawa Pacific Caesar berkompetisi di IBL musim depan.

Simak wawancara Mainbasket dengan Dean, sebagai berikut?

Kapan pertama kali kamu main basket?

Mulai main basket itu sekitar kelas lima SD. Awalnya itu gara-gara di kompleks ada lapangan basket. Cuma nonton teman-teman yang umurnya sudah di atas saya.

Awalnya memang nonton doang, tapi jadi penasaran dan mulai memainkan bola. Sampai dari yang tadinya tidak boleh ikut jadi boleh ikut main sama yang tua-tua. Akhirnya jadi gabung main bareng mereka.

Di usia segitu, anak-anak Indonesia suka main sepak bola, kok bisa Dean malah main basket?

Seru saja, sih, lihatnya. Saya jadi kecemplung di basket gara-gara lebih sering kontak sama basket. Seru lihat bola masuk ke ring itu cepat. Banyak trik-triknya juga.

Mulai serius main basket kapan?

Mulai serius itu waktu SMP.

Waktu itu SMP di mana?

Di Lombok.

Basket di Lombok seperti apa waktu itu sampai Dean bisa terus memupuk kecintaan Dean pada basket?

Waktu itu bisa memupuk kecintaan sama basket karena di Lombok sendiri peminatnya banyak. Cuma dari kualitas gimnya sendiri kurang gitu. Jadi, bisa dibilang kompetisinya masih rendah—tidak bersaing. Tapi, buat peminatnya, itu banyak banget. Peminatnya ramai banget kalau ada pertandingan.

Sejak kapan pindah ke Bandung?

Pas mau lulus SMA.

Untuk kuliah di Bandung, ya?

Iya, betul. Kuliah di (Universitas) Widyatama.

Coba ceritakan tentang basket di Widyatama, dong! Kulturnya seperti apa dan bagaimana ia bisa membentuk Dean sampai hari ini?

Di Widyatama kebetulan waktu itu banyak banget problemnya; dari mulai anak-anak suka slek, terus ganti-ganti pelatih. Saya juga memulai dari bangku cadangan dulu sampai main dan jadi starter terus. Hal-hal itu berpengaruh kepada saya untuk melatih mental juga. Supaya tidak bete kalau kena rolling, seperti itu.

Dengar-dengar sempat pindah ke ITHB?

Iya, benar.

Apa yang membuat Dean pindah ke ITHB?

Waktu itu saya sempat mengalami masalah keuangan untuk biaya kuliah. Saya dengar ITHB, kan, punya beasiswa. Alhamdulilah, waktu itu seleksi dapat juga. Terus di sana ternyata tidak terlalu kuat. Kuliahnya keteteran, akhirnya pindah lagi ke Widyatama.

Apa yang kemudian membuat Dean memutuskan untuk terjun ke profesional?

Saya pikir biaya kuliah, kan, besar. Saya berpikir bagaimana saya bisa terus kuliah, tapi tetap bisa main basket. Jadinya saya ikut rookie combine, dan alhamdulilah kemarin terpilih sama Pacific Caesar. Akhirnya saya bisa main pro.

Nanti ketika berangkat ke Surabaya pindah kuliah? Ditanggung Pacific?

Iya, sepertinya.

Sebelumnya sudah dihubungi manajemen Pacific?

Iya, di malam draft itu mereka sudah langsung menghubungi. Mereka tanya-tanya tentang mau kuliah di mana segala macam.

Artinya masa depan Dean soal pendidikan juga aman, ya?

Iya, semoga.

Rencananya apa setelah pindah ke Surabaya?

Rencananya saya ingin latihan segiat mungkin. Saya ingin benar-benar terpakai oleh Pacific. Saya ingin improve, dan kalau bisa, tahun ini juga jadi Rookie of the Year.

Kira-kria pesaing terberatnya siapa? Setidaknya ada 11 ruki yang mesti dikalahkan.

Menurut saya, pesaing terberat itu Basith (Ravi), Pelita Jaya. Tapi, karena dia main di PJ, mungkin...ini mungkin, ya, dia mainnya bakal susah.

(Baca juga: Basith Ravi, Ruki Pelita Jaya yang Berharap Mendapat Menit Bermain)

Kamu sendiri seperti apa nasibnya? Pacific baru ditinggal Nuke Tri Saputra dan pemain lain juga muda-muda. Apakah kesempatannya lebar?

Saya optimis di Pacific. Saya dengar seorang ruki itu bisa improve di Pacific. Mereka itu tidak pelit dalam memberi minute play. Sekarang dengan saya, katanya, jadi pas 10 orang. Insha Allah, dengan latihan yang giat, saya bisa mendapat minute play.

Menurutmu, Pacific ini klub yang seperti apa?

Pacific itu tim kuda hitam. Mereka harus diwaspadai. Musim kemarin saja bisa bagus banget. Saya lumayan bangga juga melihat Nuke jadi Rookie of the Year (ralat: Most Improved Player of the Year). Mereka bisa memberikan kejutan.

Apa yang kamu harapkan dari Pacific?

Semoga Pacific bisa memberikan minute play kepada saya. Semoga jenjang karir saya di Pacific juga bisa naik terus.

Sebelum terpilih oleh Pacific, saya sempat melihat Dean bermain bersama Bima Perkasa Yogyakarta di IBL 3x3 di Malang. Kok bisa main sama BPJ?

Sebelumnya saya sudah trial sama mereka. Awalnya saya ditawari, mereka bilang suruh datang, suruh ikut tanding sama mereka. Itu sebelum tahu ada draft. Waktu masih wacana. Saya ke sana, mereka cukup tertarik, tapi saya kaget waktu draft ternyata mereka skip. Saya agak kecewa karena berpikir tidak akan ada yang memilih saya. Eh, ternyata Pacific memilih saya.

Di BPJ ngapain saja?

Latihan saja.

Apa yang didapat selama di sana?

Banyak banget. Ilmu dan jadi tahu seperti apa main sama pemain pro. Kemarin ikut 3x3 IBL itu jadi dapat pengalaman dan ilmu.

Berapa lama di BPJ?

Hampir dua bulan.

Itu bakal jadi modal bagus untuk latihan di Pacific?

Itu benar-benar modal bagus, bagus banget, untuk nanti latihan di Pacific. Saya jadi tahu, kan, kerasnya seperti apa, latihannya seperti apa. Kayak gitu.

Nanti Pacific, kan, bakal beda lagi. Budayanya beda, kotanya beda. Pernah tidak mengalami kesulitan adaptasi selama ini?

Kalau adaptasi, insha Allah, saya tidak akan mengalami kesulitan. Soalnya saya dari Lombok ke Bandung juga aman-aman saja.

Oke deh, kalau begitu cukup sekian pertanyaan kami. Sampai jumpa di Surabaya!

Iya, terima kasih.

Foto: Dok. IBL (@iblindonesia) dan Ananda Syahputra Caesar (@anandacaesar)

Komentar