IBL

Sudah sejak lama Adhi Pramono mengamati putri bungsunya bermain bola basket. Dirinya yakin gadis kecilnya itu pasti mewariskan bakatnya dalam memainkan bola basket. Terlebih, postur si bungsu lebih tinggi dibandingkan teman-teman sebayanya. Adhi yakin dia berpotensi untuk menjadi jagoan.

Beberapa tahun silam, Adhi menganggap Valencia Angelique—putri bungsunya itu—bisa menekuni dunia basket lebih dari ayahnya. Karena sang ayah, bagaimanapun, menganggap basket sekadar hobi.

Waktu pun berlalu, dugaan Adhi tidak pernah meleset.Gadis kecilnya itu benar-benar bisa menekuni basket. Ia bahkan baru saja menyambut putrinya pulang dari Amerika Serikat setelah lolos menjadi salah satu skuat Honda DBL All-Star 2017.

“Saat SD, saya lihat Ellen (Valencia Angelique) memegang bola. Posturnya bagus seperti pemain basket. Saya yakin dia punya potensi besar,” kenang Adhi.

Sejak saat itu, Adhi pun mendukung penuh Ellen untuk menekuni olahraga ciptaan James Naismith tersebut. Dukungan itu makin  ia buktikannya ketika putrinya memasuki tingkat akhir di sekolah dasar. Di tahun tersebut, Ellen memutuskan untuk bergabung dengan ekstrakurikuler basket. Padahal, di saat yang bersamaan, ia harus mempersiapkan diri untuk ujian sekolah.

Melihat kesibukan putrinya tersebut, timbullah ide untuk menyediakan fasilitas spesial.

“Saya siapkan lapangan basket di rumah untuk Ellen. Saat itu, saya lihat Ellen cukup sibuk dengan sekolah dan tugas-tugasnya. Harapannya, lapangan itu bisa mempermudah dia untuk latihan kapan pun dia selesai belajar,” jelas Adhi.

Adhi pun merenovasi bangunan rumah mereka di lantai dua dengan membuat lapangan. Ia membangun fasilitas itu dengan luas hampir separuh lapangan basket asli. Tujuannya jelas, agar Ellen bisa latihan tanpa perlu mengganggu kegiatan akademiknya.

“Kapan lagi kami sebagai orang tua bisa memberikan support untuknya? Mumpung Ellen masih remaja dan punya potensi. Sebab, pengalaman dan kesempatan selama remaja pasti tidak akan terulang lagi,” ujar laki-laki yang mengidolakan Michael Jordan tersebut.

Ellen tentu tidak menyia-nyiakan kesempatan tersebut. Bahkan hingga duduk di bangku SMP, ia  semakin rutin berlatih dan serius menggeluti basket. Melihat hal itu, Adhi pun mendaftarkan gadis kecilnya ke sekolah basket agar bisa berlatih lebih intensif.

Puncaknya, Ellen berhasil mengantarkan sekolahnya, SMP Stella Duce 1 Yogyakarta, menjuarai Junio JRBL Jogja Series selama dua musim beruntun (2014-2015). Bahkan, di tahun 2015, Ellen yang saat itu dipercaya menjadi kapten tim, pulang dengan gelar MVP.

Saat SMA, gelaran Honda DBL makin melecutkan semangat Ellen bermain basket. Liga basket pelajar terbesar dan terbaik di Indonesia itu tentu tidak ia sia-siakan. Ia malah bertekad untuk bertanding membela SMA Stella Duce 1 Yogyakarta semaksimal mungkin.

Untuk memantapkan diri, Ellen semakin rutin berlatih fisik. Ayahnya pun kian mendukung upayanya. Alih-alih mengikutkan putrinya di kelas fisik intensif, Adhi justru menghadirkan personal trainer (PT) untuk Ellen. Privat.

“Menurut saya, lebih baik memakai PT yang bisa mengawasi. Karena latihan Ellen bakal lebih teratur dan rapi,” jelas laki-laki yang juga hobi bersepeda itu.

Fasilitas lengkap sudah tersedia, pelatih profesional pun sudah ada. Namun, kedua hal itu tak membuat Adhi duduk manis di teras rumah sembari menantikan putrinya pulang latihan. Adhi sadar bahwa yang paling penting bagi Ellen justru dukungan moril.

Untuk itu, Adhi selalu menyempatkan diri melihat Ellen bertanding dari satu liga ke liga lainnya. Bahkan, laki-laki kelahiran 1970 itu selalu merekam pertandingan putrinya tersebut untuk bahan evaluasi.

“Suatu hari, Ellen pernah kalah di pertandingan. Di kondisi tesebut, saya ajak dia berpikir dengan logika bahwa setiap orang selalu punya kekurangan. Jadi, Ellen tidak perlu mencari orang lain untuk dikambinghitamkan,” tekan Adhi.

Kekompakan antara ayah dan si bungsu ini menjadi kunci dari semua buah manis yang kini mereka petik. Salah satunya adalah tercatatnya nama Ellen dalam Honda DBL All-Star. Ia juga terpilih sebagai calon anggota tim nasional Indonesia U-18.

“Saya selalu tekankan ke Ellen, tirulah padi yang makin tua makin merunduk. Jangan lupa juga bahwa basket adalah permainan tim, jadi harus tahu bagaimana caranya mengeksekusi yang tidak egois,” tutup Adhi.

Foto: Dok. pribadi Valencia Angelique

Komentar