IBL

"Saya percaya, nasionalisme bukan sekadar nama, tetapi bagaimana kita bekerja dan berkarya."

Kalimat tersebut diucapkan Sin Kim Lai dalam sebuah wawancara dengan salah satu jurnalis Kompas.com, Maria Serenade Sinurat, tahun 2010. Awal tahun 2018, publik basket Indonesia dikejutkan dengan berita bahwa Sang Legenda tutup usia.

Kabar meninggalnya Koh Lai -sapaan akrabnya- diterima setelah beliau dilarikan ke rumah sakit seminggu lalu. Sebuah insiden terjadi di lapangan basket yang mengakibatkan Koh Lai mendertia dislokasi bantalan tulang belakang pada leher sehingga syarafnya terjepit. Koh Lai sempat mendapatkan tindakan operasi dan tinggal menunggu masa pemulihan di Rumah Sakit Panti Nirmala. Ternyata Tuhan berkehendak lain, Rabu (17/1/2018) pagi, Koh Lai mengembuskan nafas terakhir.

Publik basket Indonesia sangat mengenal Koh Lai. Terutama Jawa Timur dan Blitar pada khususnya. Saat menjadi pemain, Koh Lai pernah membela tim nasional Indonesia di SEA Games 1979 Jakarta. Kemudian setelah pensiun tahun 1983, dia memutuskan menjadi pelatih. Koh Lai sukses membawa tim basket Jawa Timur mendapatkan medali emas PON XIV/1996 Jakarta. Koh Lai juga pernah menjadi pelatih timnas Indonesia di SEA Games XIX/1997 Jakarta, dan sukses merebut medali perunggu.

Koh Lai memilih untuk tidak pergi dari Blitar, tapi tetap mencetak pemain-pemain basket berkualitas dari daerah di bagian selatan Provinsi Jawa Timur tersebut. Koh Lai mendirikan GOR basket Pelangi pada tahun 1997. Sebagai sarana berlatih untuk klub yang sebelumnya sudah ada dengan nama yang sama.

Beberapa nama pemain binaan Koh Lai sudah tampil di basket profesional Indonesia, seperti Yanuar Dwi Priasmoro dan Frida Aris Susanto (Bima Perkasa Yogyakarta), Bima Rizki Ardiansyah (CLS Knights Indonesia) dan putri Koh Kim Lai sendiri Ivonne Febriani Sinatra kini membela Surabaya Fever. Lalu ada pula yang sudah menjadi pelatih seperti Erwin Triono (Pelatih DBL Academy). Masih banyak nama-nama pemain dan pelatih didikan Koh Lai.

Kepergian Koh Lai merupakan kehilangan besar bagi basket Indonesia. Tapi yang paling penting, beliau sudah meninggalkan pelajaran-pelajaran berharga dan kenangan mendalam khususnya bagi anak didiknya. Dua pemain basket profesional, Yanuar Dwi Priasmoro dan Bima Riski Ardiansyah menceritakan pengalamannya bersama Koh Lai.

"Saya dari kecil basket di situ, saya juga tinggal di mes Pelangi. Berita ini benar-benar membuat saya sedih. Koh Lai orang yang baik, bahkan menurut saya beliau sangat baik. Kaget juga waktu mendapat kabar ini dari teman-teman," ucap Yanuar, pemain Bima Perkasa Yogyakarta.

Sedangkan Bima Riski yang kini bermain untuk CLS Knights Indonesia juga merasakan hal serupa. Hanya saja, Bima masih sempat bertemu dengan Koh Lai akhir tahun lalu. Ia sempat bercengkrama dengan Koh Lai dan terakhir mendapatkan nasihat dari beliau.

"Banyak sekali kenangan dengan beliau. Tapi yang paling berkesan adalah tanggal 31 Desember 2017 lalu, saya bisa merayakan tahun baru sama beliau," kata Bima. "Saya mulai basket di Pelangi tahun 2003. Pesan terakhir beliau yang saya ingat yaitu, sudah jadi orang dewasa, harus tahu jalan hidup itu harus ke mana. Sekarang orang baik sedikit, jadi harus hati-hati mengambil langkah."

Perjalanan Koh Lai membangun GOR dan membesarkan klub Pelangi juga membekas di benak Deny Sartika dan Erwin Triono. Deny adalah legenda basket Bima Sakti Malang yang kini sudah pensiun sebagai pemain. Ia menceritakan bagaimana banyaknya anak-anak yang berlatih basket bersama Koh Lai di Pelangi. Padahal saat itu, Pelangi belum punya GOR basket.

"Saya kelas 6 SD berlatih di Pelangi, mungkin saat itu tahun 1993. Waktu itu masih di lapangan SMA Kodya Blitar. Banyak sekali pesertanya, jadi saya tidak puas latihan di sana. Mungkin hanya enam bulan merasakan dilatih oleh Koh Lai," cerita Deny. "Tapi yang saya ingat, orangnya punya disiplin yang tinggi. Tertib aturan. Berwibawa kalau berbicara. Intinya kita akan merasa segan saat berhadapan dengan Koh Lai. Satu lagi yang saya ingat, sebelum latihan, beliau menyapu lapangan biar bersih. Itu dilakukannya sendiri."

Koh Kim Lai memang punya tujuan untuk menjadikan basket sebagai alat mengangkat harkat dan martabat pemain. Banyak dari pemain-pemain basket hasil binaannya diambil sendiri dari keluarga kurang mampu. Mereka dilatih basket agar bisa hidup dengan olahraga tersebut. Salah satunya Erwin Triono yang kini menjadi pelatih di DBL Academy. Erwin merasakan sendiri bagaimana Koh Lai lebih mengajarkan hidup ketimbang basket.

"Koh Lai itu mengubah pola pikir bagaimana menjalani hidup yang benar. Beliau mengajarkan saya tentang integritas sebagai manusia. Artinya, apa sih yang membuat pemain bertahan lama di basket, itu integritas. Koh Lai tidak hanya mengajarkan, tapi mencontohkan," ucapnya. "Koh Lai punya hati pendidik. Beliau punya hati untuk mengubah anak menjadi lebih berguna lewat basket. Saya belajar kepelatihan dari Koh Lai itu belajar tentang hati. Hati beliau untuk menjadikan anak-anak bisa berhasil dengan alat basket itu tadi."

Basket menjadi media Koh Lai untuk mendidik dan mengajarkan tentang kehidupan. Inilah kesan mendalam beberapa anak didik Sin Kim Lai. Selamat jalan legenda basket Indonesia. (*)

Foto: instagram @horeblitar

Komentar