IBL

Dewi Fortuna belum menaungi CLS Knights Indonesia pada pertandingan keenam di ASEAN Basketball League (ABL) 2017-2018. Melawan Chongson Kung Fu, CLS Knights takluk dengan skor 86-83. Pertandingan ini merupakan duel perdana diantara kedua tim yang juga sama-sama baru pertama kali mengikuti ABL.

Di kuarter awal, CLS Knights Indonesia berhasil unggul atas lawannya 27-20. Bahkan pada kuarter pertama ini, beberapa kali tim asuhan kepala pelatih Koko Heru Setyo Nugroho tersebut berhasil menghujani Kung Fu dengan tembakan tiga angka. Dari sepuluh kali percobaan, enam diantaranya berbuah angka. Kali ini Mario Wuysang menunjukkan kehebatannya dengan mengemas 11 poin. Sembilan poin dicetaknya dari tripoin. Sementara, Sandy Febiansyakh memberikan enam poin tambahan untuk keunggulan timnya.

Sayangnya pada kuarter kedua tuan rumah tidak mampu menjaga keunggulannya. Kung Fu yang unggul secara postur badan akhirnya dapat mengejar dan bahkan berbalik memimpin 41-40 diakhir kuarter kedua. Motor serangan mereka, Anthony Tucker menjadi berhasil mengemas tujuh poin.

Pertarungan kedua tim kembali sengit di babak kedua. Kali ini CLS Knights yang unjuk gigi. Aksi slam dunk Decorey Aaron Jones pada pertengahan kuarter ketiga menjadi titik balik CLS Knights, sekaligus membuat gemuruh penonton yang memadati GOR Kertajaya. Guard cadangan CLS Knights, Arif Hidayat juga menjadi penentu saat tembakan tiga angkanya beberapa detik menjelang kuarter tiga usai, memperlebar keunggulan CLS Knights atas Kung Fu, 64-60.

Salah satu penyebab kendurnya permainan CLS Knights dikarenakan banyaknya kesalahan (turn over) yang mereka lakukan. Total delapan kali membuat turn over di kuarter ketiga ini. Sedangkan tim asal Tiongkok itu dapat mengurangi kesalahan dengan hanya melakukan dua turn over saja.

Pada kuarter penentuan, CLS Knights kembali takluk di tangan Kung Fu satu setengah bola saja (86-83). Dengan demikian CLS Knights Indonesia kembali menelan kekalahan untuk yang kelima kalinya.

Anthony Tucker menjadi pendulang angka terbanyak bagi timnya dengan torehan 22 poin, sepuluh rebound dan delapan asis. Di kubu CLS Knights, Mario Wuysang memimpin dengan raihan 19 poin, tujuh rebound dan lima asis.

"Ini merupakan salah satu pertandingan terberat yang pernah saya alami. CLS Knights memberikan perlawanan yang sangat bagus di hadapan supporter mereka yang fantastis. Kadang dalam basket kita butuh yang namanya keberuntungan dan pada hari ini keberuntungan ada di pihak kami," komentar Anthony Tucker.

"Pertandingan yang sangat bagus dan luar biasa untuk kedua tim. Saya berikan apresiasi untuk para pemain saya dan juga tentunya tuan rumah CLS Knights Indonesia. Energi fans mereka luar biasa dan Mario Wuysang dan para pemain CLS Knights lainnya juga tampil gemilang," ungkap kepala pelatih Kung Fu asal Kanada, Dube Brais Charles.

Meski kalah, kepala pelatih CLS Knights, Koko Heru Setyo Nugroho mengapresiasi penampilan para pemainnya dan membuktikan kepada semuanya bahwa sebenarnya tim Indonesia bisa bersaing di level Asia.

"Kami sebenarnya bisa bersaing dengan lainnya. Kami memang mengalami kekalahan tapi bisa compete dengan Slingers yang menjadi runner up musim lalu, juga dengan Hong Kong Eastern dan kali ini dengan tim asal Cina Chong Son Kung Fu. Basketball God tidak berpihak kepada saya, tapi kami masih optimis menatap pertandingan selanjutnya," papar Coach Koko.

"Buat kami, pertandingan kali ini seperti menghadapi tim yang notabene basketnya jauh lebih baik. Awalnya mungkin kami seperti menghadapi sesuatu hal yang tidak mungkin. Kami cuma ingin menjaga rumah (dan juga bermain untuk fans) dengan menampilkan apa yang terbaik. Tapi selalu ada hal pembelajaran dari setiap game. Kedepannya kami harus menjaga “attitude bermain” dan komunikasi di lapangan harus lebih baik lagi. Seperti kata Coach Koko, selalu ada kesempatan pada pertandingan selanjutnya dan asa itu selalu kami jaga hingga kompetisi selesai," ungkap Kapten tim CLS Knights, Sandy Febiansyakh.

Pada pertandingan selanjutnya CLS Knights akan menghadapi Singapura Slingers pada tanggal 14 Januari 2018 di GOR Kertajaya. (*)

Foto: Yoga Prakasita

Komentar