IBL

Setelah menggelar kompetisi di 25 kota di Indonesia, para pemain terbaik (First Team) dari setiap kota penyelenggaraan DBL 2017 akhirnya berkumpul di Surabaya. Sebanyak 224 pemain putra dan putri mendapat undangan mengikuti rangkaian pemusatan latihan DBL Camp di DBL Arena, Surabaya, Jawa Timur. Para peserta sudah datang sejak Sabtu, 25 November 2017.

DBL Camp 2017 berlangsung di DBL Arena mulai tanggal 26 hingga 29 November. Latihan bersama ini dipimpin langsung oleh pemain bola basket legendaris Australia Andrew Vlahov dan tiga rekannya dari World Basketball Academy Australia (WBA): Shane Froling, Jason Cuperus dan Melissa Sinfield. Selain empat pelatih dari WBA, latihan bersama ini juga dibantu oleh dua pemain IBL Abraham Damar Grahita dari Stapac Jakarta dan Cassiopeia Thomas Manuputty dari Satya Wacana Salatiga. Dua pelatih utama DBL Academy Dimaz Muharri dan Erwin Triono juga ikut berpartisipasi, ditambah para pelatih lainnya.

Di hari pertama pada Minggu, 26 November 2017, para peserta sudah antusias mengikuti latihan. Mereka mesti mendengarkan setiap instruksi pelatihnya, karena di hari itu juga putra-putri terpilih akan diumumkan untuk mengikuti latihan selanjutnya. Jumlahnya masing-masing 50 orang.

Untuk menjadi 50 terbaik, para peserta mendapatkan materi yang sekaligus jadi ajang unjuk ketangkasan. Materi-materi hari pertama terbagi menjadi delapan stasiun (station). Setiap station memberikan materi yang berbeda-beda.

Di stasiun pertama, para peserta mendapatkan materi Crazy Handling. Di sini, setiap peserta dilatih cara melantun (dribble) dengan baik. Mulai dari lantunan bertenaga (power dribbling), ketangkasan melewati lawan, kemampuan melantun dengan tangan kanan dan kiri agar sama baiknya, hingga permainan-permainan dribbling seru yang membuat materi menguasai bola ini terasa sangat menyenangkan.

Setelah melewati stasiun Crazy Handling, para peserta diminta mengaplikasikannya dalam laga One on One alias satu lawan satu. Tentu tidak semua pemain langsung tangkas memakai ilmu yang didapat dari stasiun pertama, namun di sinilah para pelatih bisa melihat pemain-pemain mana saja yang sudah memiliki kecakapan yang lebih dibanding para pemain lainnya.

Ketangkasan dan kelincahan kaki saat bertahan (Defensive Footwork) ada di stasiun keempat. Di stasiun ini, para pemain mendapat materi yang paling mendasar tentang bertahan, sebelum mulai mencoba bermain bertahan bersama rekan-rekannya yang lain.

Selain kemampuan bermain di lapangan, DBL Camp juga mengajak para pemain untuk memperhatikan kekuatan fisik. Materi ini disampaikan tidak dari lapangan basket melainkan ruang kebugaran dan angkat beban (Fitness). Pemain yang kuat secara fisik dan memiliki stamina yang bagus terekspos pada stasiun ini.

Selepas makan siang di hari pertama, para pemain kembali melewati empat stasiun latihan yang berbeda. Empat stasiun tersebut adalah Rebound Run Rebound, Shooting Footwork, Hedged Down Closeout dan Slide-Run-Slide. Mereka yang menunjukkan performa terbaik di delapan stasiun tersebutlah yang kemudian lolos sebagai 50 terbaik dari hari pertama.

Di hari kedua, Senin 27 November 2017, sejak pagi 100 orang itu sudah harus latihan di DBL Arena. Menu hari itu cukup banyak. Salah satunya skill station yang mengharuskan mereka menunjukkan kemampuan terbaiknya dalam permainan 2 lawan 2 dan 3 lawan 3. Tidak lupa mereka pun menjalani pertandingan latihan (scrimmage games).

Strategi permainan sederhana dan kekompakan bermain dalam tim menjadi titik berat materi hari kedua. Para pemain yang memiliki kemampuan individu terbaik mendapat ujian apakah mereka mampu mengaplikasikan kemampuannya saat bermain bersama.

Materi taktik Pick and Roll dan beberapa variasinya menjadi salah satu yang menarik di hari kedua ini. Walau terlihat sederhana, para pelatih WBA menuntut para pemain untuk memperhatikan detail dari setiap langkah dalam mengeksekusi sebuah taktik Pick and Roll yang baik. Mulai dari cara menutupi lawan (screen), berputar untuk menerima bola (roll), hingga melepaskan tembakan.

Pemain yang membawa bola pun harus memperhatikan setiap langkah dalam membangun sebuah taktik Pick and Roll yang sempurna. Ia harus memberikan kode yang benar untuk meminta screen, menunggu momentum yang tepat untuk melewati lawan setelah mendapatkan celah melalui screen rekannya, serta mengetahui kapan harus segera memberi bola kepada teman yang sudah melakukan roll.

Suasana latihan hari kedua terlihat sama antusiasnya seperti hari pertama. Mereka yang tidak masuk ke kelompok 50 besar tetap mendapat materi latihan dan gemblengan yang serius dari para pelatih DBL Academy.

Setelah latihan, para peserta langsung mendinginkan badan. Mereka bahkan dijadwalkan melakukan terapi es. Barulah selesai itu mereka bisa istirahat sejenak sebelum mengikuti kelas pengembangan karakter.

Latihan pun tidak berhenti di situ, masih ada pelajaran di kelas bersama pelatih Shane Froling dari WBA Australia tentang dasar-dasar permainan bola basket dan lanjutannya. Sore harinya, para peserta pun harus mengikuti kelas akuatif bersama pelatih profesional. Mereka baru akan benar-benar istirahat pada pukul lima sore. Setelah itu, DBL mengumumkan masing-masing 24 nama yang berhak melaju ke latihan berikutnya.

Komentar