IBL

Hangtuah tidak bisa lagi memainkan Bryquis Perine. Pemain asing pengganti Gary Jacobs Jr. itu katanya punya tinggi badan melebihi aturan yang sudah ditetapkan oleh IBL. Jadi Hangtuah harus mencari pemain baru untuk menggantikannya.

Bermain singkat.

Di hari terakhir Seri Surabaya, tepatnya tanggal 3 Februari 2019, Gary Jacobs Jr. berpamitan dengan Hangtuah. Ia terpaksa harus pulang ke Amerika Serikat karena ibunya sakit keras. Hangtuah pun mencari pengganti Jacobs, untuk berlaga di dua seri tersisa.

Sesuai dengan aturan liga, Hangtuah mencari pemain dari daftar Draft Pemain Asing IBL yang sudah diberikan sejak awal musim lalu. Dari 7 nama, hanya ada 2 yang tersedia. Hangtuah akhirnya memilih Bryquis Perine.

Pemain tersebut datang ke Indonesia dan bergabung dengan Hangtuah pada Kamis, 7 Februari 2019. Tepat satu hari sebelum Seri Malang dimulai. Perine menjalani latihan bersama Hangtuah untuk persiapan menyambut laga melawan Stapac Jakarta, 8 Februari 2019.

Masalah muncul pada hari pertandingan. Perine menjalani pemeriksaan tinggi badan yang dilakukan oleh IBL bersama perwakilan dari rumah sakit, Royal Sports Medical Centre, yang menjadi rekanan liga. Pengukuran tersebut dilakukan sesaat sebelum laga di GOR Bimasakti. Hasilnya, Perine didapati memiliki tinggi badan 1,89 meter, atau lebih 1 cm dari ambang batas yang sudah ditetapkan oleh IBL untuk pemain asing kedua.

Seharusnya memang saat itu juga, Perine tidak boleh bermain. Namun dari pihak lawan, yaitu Stapac Jakarta, menyatakan tidak keberatan kalau Perine dimainkan.

"Memang saat itu, kami seharusnya sudah melarang dia (Perine) untuk bermain. Namun saat itu pihak Stapac tidak keberatan. Kami dari pihak liga mengizinkan Perine bermain, sembari kami mencari data-data penunjang dari fakta yang telah kami temukan ini. Ternyata setelah kami menghubungi pihak agen dan melihat data-data pendukung, kami akhirnya memutuskan bahwa Perine tidak bisa bermain karena kelebihan tinggi badan," ucap Hasan Gozali, Direktur IBL.

Perine bermain selama 37 menit di laga melawan Stapac. Ia mencetak 12 poin, 3 rebound, 2 asis, dan 2 steal. Dengan akurasi tembakan 21 persen (3 dari 21 percobaan). Kemudian pada Jumat, 8 Februari 2019, IBL mengeluarkan surat bahwa Hangtuah harus mengganti Perine dengan pemain lain. Sebab melebihi aturan tinggi badan yang sudah ditetapkan.

Keputusan dari liga ini membuat kecewa pihak Hangtuah. Mereka merasa dirugikan. Terutama saat ini Hangtuah sedang mencari tiket playoff. Dengan adanya kasus ini, kondisi tim jadi terganggu.

"Kami menyayangkan pihak liga yang melakukan pengukuran tinggi badan tepat saat pertandingan akan dimulai. Itu akan membuat pemain terganggu secara psikis. Apalagi kalau ternyata hasilnya malah pemain tersebut dilarang tampil. Dari sisi kompetisi, kami juga dirugikan. Sebab liga sekarang sedang ketat. Kami yang sedang berjuang untuk bisa masuk playoff, akan terganggu dengan kondisi ini," ucap kepala pelatih Hangtuah, Andika Supriadi Saputra.

Pihak Hangtuah merasa bahwa mereka sudah mengambil langkah-langkah sesuai peraturan liga. Mereka memilih pemain dari daftar yang sudah dibuat oleh pihak liga sendiri.

"Kami melakukan pergantian sudah sesuai dengan aturan. Kami pilih tujuh pemain, ternyata yang available dua pemain saja. Kami akhirnya memilih dari dua pemain itu. Kami memilih sesuai dengan data yang tertulis di daftar. Perine tingginya 1,88 meter. Kalau memang terjadi seperti ini, maka kami yang jadi korban. Kami sudah taat aturan. Kalau memang ada kesalahan dari agen, jangan klub yang jadi korbannya. Apalagi ini sudah memasuki fase-fase akhir kompetisi," sambung Andika.

Liga tetap melarang Perine bermain, dan Hangtuah harus mencari penggantinya. Memang tidak bisa secepat membalik telapak tangan, jadi liga akhirnya memberikan toleransi pada Hangtuah untuk masalah ini.

"Ini kasus yang menarik. Karena ini baru pertama kali terjadi di IBL. Jadi untuk Hangtuah, kami melarang Perine bermain dan harus mencari penggantinya. Namun kami tidak akan memberi sanksi pada Hangtuah, kalau mereka hanya bermain dengan satu pemain asing saat melawan NSH (10 Februari 2019). Untuk proses pemulangan Perine, kami sedang mencari cara terbaik dengan agennya. Sementara itu, kami juga menawarkan ke Hangtuah pemain penggantinya," jelas Hasan.

Hasan mengakui bahwa Hangtuah juga memberi opsi bahwa mereka akan mengambil kembali Gary Jacobs. Tetapi Hasan menegaskan bahwa pemain yang sudah dikembalikan atau dalam hal ini diganti, sudah tidak bisa masuk kembali.

"Hangtuah memang ingin mengambil kembali Gary Jacobs. Tetapi itu tidak bisa dilakukan. Sebab pemain yang sudah diganti, tidak bisa kembali lagi. Kami dari IBL sudah menawarkan pada Hangtuah untuk pemain penggantinya," sambung Hasan.

Akhirnya pada pertandingan melawan NSH Jakarta, 10 Februari 2019, Hangtuah hanya memakai satu pemain asing yaitu Jarad Scott. Hal ini dipastikan Hangtuah dalam unggahan di akun instagram resmi klub tersebut.

Aturan IBL dan Prosedur Pengukuran Tinggi Badan Pemain Asing

Hal-hal menyangkut pemain asing diatur dalam Peraturan Pelaksaan Pertandingan IBL 2018-2019 Bab III Pasal 3. Pada ayat 9, dijelaskan bahwa tim bisa memilih pemain dengan tinggi badan bebas dan pemain dengan tinggi badan maksimum 1,88 meter.

Untuk mendatangkan pemain asing, IBL dibantu oleh agen pemain. Mereka yang memberikan data mengenai gaji, tinggi badan, dan semua kelengkapan administrasi, termasuk ketersediaan pemain tersebut.

"Kami menyerahkan sepenuhnya pada agen pemain. Termasuk dengan data-data terbaru. Karena memang data-data yang beredar di internet belum tentu sesuai dengan kondisi pemain saat ini," kata Hasan Gozali.

Setelah proses Draft IBL berlangsung, maka kami akan menghubungi agen tersebut. Proses selanjutnya setelah mereka datang, para pemain akan menjalani tes kesehatan yang dihadiri perwakilan pemain. Hasan menuturkan, pemeriksaan kesehatan tentu saja menyangkut tinggi badan, bahkan juga mengenai tes narkoba.

"Kalau untuk tinggi badan, pihak rumah sakit, dalam hal ini Royal Sports Medical Centre. Kami mengukur pemain dengan cara tidur terlentang. Ini lebih akurat dibandingkan dengan cara berdiri. Sebab kalau berdiri, bisa saja mereka mencuri tinggi badan dengan menekuk lututnya," jelasnya.

Mengacu pada kasus Hangtuah, karena mereka sudah memiliki Jared Lee Scott yang punya tinggi 2,09 meter, maka mereka harus memilih pemain dengan tinggi 1,88 meter. Sebelumnya mereka punya Gary Jacobs dengan tinggi 1,88 meter. Lalu karena terpaksa harus mengganti pemain maka Hangtuah mengambil Bryquis Perine.

Di daftar IBL, ternyata memang Perine punya tinggi badan 1,88 meter. Namun setelah diukur ulang, tinggi badannya melebihi batas yang sudah ditentukan. Perine pun dinyatakan tidak boleh bermain karena terbentur aturan tersebut.

Memang ditemukan data berbeda antara booklet IBL dengan data yang beredar di internet. Jadi untuk memastikan hal tersebut, maka IBL tetap melakukan pengukuran ulang.

"Mungkin Hangtuah kecewa karena pengukuran pemain kami lakukan saat jelang pertandingan. Tapi boleh dicek ulang, tim-tim yang mengganti pemain juga kami perlakukan sama. Kami tidak pilih kasih. Jjuan Hadnot-nya Pacific, Kendal Yancy milik Stapac, dan Carlton Hurts yang kini membela Pelita Jaya juga kami ukur ulang jelang pertandingan pertama mereka," jelas Hasan. "Ternyata mereka memang punya data yang berbeda dengan kenyataannya. Ketiga pemain tersebut punya tinggi badan 1,88 meter. Metode pengukuran dan prosedur pengukuran dilakukan oleh perwakilan Royal Sports Medical Centre."

Setelah adanya surat larangan bermain untuk Bryquis Perine, maka Hangtuah terpaksa mencari pemain baru lagi. Apabila mereka ingin kembali menggunakan jasa Gary Jacobs sudah tidak bisa. Sebab dalam Pasal 7 dijelaskan mengenai aturan ini.

Hasan menegaskan bahwa pada dasarnya data semua pemain asing dikumpulkan langsung dari agen. Tetapi pihak IBL juga melakukan pengukuran ulang dan tidak serta-merta percaya dengan data tersebut.

"Sekali lagi, kasus Hangtuah ini baru terjadi pada kami. Untuk itu, kami juga akan mengajukan komplain pada agen pemain yang menaugi Bryquis Perine. Karena kami tidak mungkin melakukan pengecekan satu per satu, maka ke depan kami minta agen agar benar-benar memberikan data yang valid mengenai pemain tersebut," tutup Hasan Gozali.

Nasi sudah jadi bubur. Hangtuah akan kehilangan satu pemain asing. Tentunya ini akan sangat merugikan Hangtuah. Karena kelalaian bukan ada di pihak mereka.

IBL juga sebaiknya memperbaiki sistem ini. Dari catatan dan pengamatan kami, data tinggi pemain di daftar pemain yang dikeluarkan bisa berbeda dengan yang menyebar di sumber-sumber lain di internet. Sistem pengukuran ketika pemain tiba di Indonesia pun seharusnya melibatkan semua tim, demi menghindari kecurangan yang tidak diharapkan. Beberapa pemain yang sedang berlaga di musim ini memiliki catatan tinggi badan yang berbeda antara data dari IBL maupun data umum. Kalau IBL sudah mengeluarkan data tinggi pemain dan disebar ke semua tim, lalu untuk apa mengukurnya kembali ketika pemain itu sudah tiba di Indonesia? Sebuah kinerja yang tidak efektif.

Kalau sekarang akhirnya dilarang, lalu kenapa tidak dilakukan sejak awal saat melawan Stapac?(tor)

Foto: Hariyanto

Komentar