IBL

Filipina memiliki nama besar di Asia. Rafe Bartholomew, pembawa acara Hoop Nation CNN Filipina, sekaligus pengarang buku Pacific Rims, bahkan mengatakan orang-orang di sana sangat gila dengan bola basket. Ia tidak pernah kesulitan menemukan lapangan basket di sudut-sudut kota di Filipina sejak pertama kali datang ke sana. Namun, Filipina ternyata bukanlah yang paling gila di Asia.

Cina, negara Asia lainnya, justru memiliki basis pecinta basket yang lebih besar. Pemain-pemain NBA yang seringkali mampir ke sana di jeda antarmusim pun datang bukan tanpa alasan. Cina bagaimanapun telah memiliki pengaruh besar dalam khazanah basket di dunia.

Di Asian Games 2018, misalnya, Cina keluar sebagai juara. Mereka membawa dua pemain NBA seperti Zhou Qi (Houston Rockets) dan Din Yanyuhang (Dallas Mavericks), juga pemain muda Abudushalamu Abudurexitti yang sempat bermain bersama Golden State Warriors di NBA Summer League 2018, plus Wang Zhelin yang dipilih Memphis Grizzlies di NBA Draft 2016, tetapi tidak juga bermain di sana.

Kehadiran empat nama itu telah menyedot minat masyarakat Asia, terutama Indonesia sebagai tuan rumah, untuk berbondong-bondong datang ke lapangan. Apalagi ketika Cina mengalahkan Filipina di babak penyisihan Agustus lalu. Para penonton plus wartawan memenuhi Hall Basket Senayan, Jakarta, sampai ke sudut-sudut ruangan.

 

Di negaranya sendiri, Cina memiliki basis penggemar NBA yang sangat besar. NBA saja sampai berani menggelar pertandingan di Negeri Tirai Bambu itu. Mereka bahkan telah melakukannya sejak 2004 dan terus berkelanjutan. Pada 2018 ini, misalnya, NBA menggelar pertandingan pramusim antara Philadelphia 76ers dan Dallas Mavericks.

Mark Cuban, pemilik Mavericks, sempat mendapat sambutan hangat dari penonton di Cina. Sementara itu, Scott O’Neil, CEO Sixers, menikmati pengalaman perdana klubnya bertandang ke sana. Ia kagum dengan animo masyarakat Cina terhadap basket, khususnya NBA.

“Jika ada poros kedua di dunia basket, itu adalah Cina,” kata O’Neil kepada CNBC.

NBA memang telah berkembang menjadi liga olahraga paling populer di Cina. Mereka bermitra dengan beberapa perusahaan teknologi besar di negara itu sampai membuka toko NBA terbesar di Asia. Menurut NBA, ada lebih dari 300 juta orang bermain basket di Cina sehingga mereka berani melakukan itu. Dari situ, NBA memiliki sedikitnya 150 juta pengikuti di media sosial.

“Dunia semakin datar. Anda tidak dapat membedakan orang dari Philadelphia dan Shanghai,” kata O'Neil lagi. “Kami mendengarkan musik yang sama, kami menonton basket yang sama, kami mengikuti tren yang sama, itu cukup luar biasa.”

Perkembangan basket dan NBA di Cina dimulai pada 1980-an. Saat itu, Komisioner NBA Davis Stern bekerja sama dengan jaringan televisi lokal Cina bernama CCTV untuk menyiarkan pertandingan. Kemudian, pada 1994, pertandingan final NBA tersiar secara langsung untuk pertama kalinya. Siaran-siaran itu pun mengubah wajah Cina selamanya.

Pada 2002, nama Cina semakin terkenal di NBA berkat kehadiran legenda basket mereka, Yao Ming. Senter setinggi 2,29 meter itu berhasil bermain di sana setelah Houston Rockets memilihnya di urutan pertama. Saat itu, ada lebih dari 200 juta orang menonton pertandingan debutnya. Yao Ming telah menancapkan nama Cina semakin kukuh di dunia basket.

Ketka nama Cina semakin besar, para penggemar basket semakin banyak, NBA lantas mendirikan organisasi khusus di sana. NBA Cina resmi didirikan pada 2008 untuk menjawab minat masyarakat Cina terhadap basket. Sejak itulah NBA semakin mudah masuk ke sana, melakukan beberapa kerja sama untuk membesarkan nama NBA di Cina. O’Neil bahkan merekrut staf berbahasa Mandarin untuk mengurus konten-konten di platform media sosial klubnya agar semakin menarik perhatian Cina. Bagaimanapun, di zaman ini, media sosial sangat berpengaruh dalam membangun citra NBA di kancah dunia, termasuk di Cina.

Di sisi lain, NBA dan mitra-mitranya juga paham betul tentang pasarnya. Mereka seringkali mengirim delegasinya ke Cina untuk menyapa para penggemar di sana. Kobe Bryant, misalnya, selalu datang ke Cina di saat jeda antarmusim sehingga ia kini menjadi pemain NBA paling terkenal di sana. Namun, Bryant sudah lama tidak aktif di NBA karena pensiun. Jeremy Lin, garda Atlanta Hawks berkebangsaan Amerika Serikat keturunan Cina, menggantikan namanya sebagai pemain aktif yang paling terkenal di negara tersebut. Dari sana, muncul berbagai kegiatan yang tidak hanya memotivasi, tetapi juga ikut mengembangkan kemampuan orang-orang Cina dalam bermain basket hingga menjadi sebesar sekarang.

Begitulah Cina, NBA, dan basket terikat satu sama lain dalam mengembangkan potensinya di olahraga.

Foto: Hariyanto, Mei Linda, NBA

Komentar