IBL

Dua musim beruntun, Final Indonesian Basketball League (IBL) mempertemukan Pelita Jaya Basketball Club dan Satria Muda Pertamina Jakarta. Musim 2016-2017 lalu, Pelita Jaya menjadi juara setelah menang 2-1 di laga puncak. Kali ini di musim 2017-2018, keduanya akan kembali berebut tahta.

Pelita Jaya tampil meyakinkan di musim reguler. Mereka berhasil mengumpulkan 16 kemenangan dari 17 laga. Tim asuhan Kepala Pelatih Johannis Winar tersebut juga menjadi tim paling produktif dengan 81,7 poin per pertandingan. Tapi Pelita Jaya hampir terpeleset di babak semifinal. Mereka mendapat perlawanan sengit dari Stapac Jakarta. Di laga pertama, Pelita Jaya kalah 58-69 dari Stapac di Yogyakarta, 5 April 2018. Kemudian mereka membalas dengan menang 73-60 di Bandung, 7 April 2018.

Pertarungan panas Pelita Jaya kontra Stapac terjadi di laga ketiga, 8 April 2018. Dengan head-to-head sama kuat, kedua tim punya kesempatan yang sama melaju ke final. Nasib Pelita Jaya diselamatkan oleh Xaverius Prawiro yang musim ini dinobatkan sebagai MVP (Most Valuable Player). Tembakan bebas Xaverius di detik terakhir babak tambahan waktu (over time) membuat Pelita Jaya menang 77-76.

Sementara itu Satria Muda sukses memimpin klasemen akhir Divisi Merah dengan 15 kali menang dan 2 kali kalah di musim reguler. Tim ini juga mendapat perlawanan dari BSB Hangtuah di semifinal. Satria Muda lebih dulu mencuri kemenangan, 97-88, di rumah Hangtuah, Hi-Test Arena Batam, 22 Maret 2018. Lalu mereka kalah di rumah sendiri, Britama Arena Jakarta, 24 Maret 2018, dengan skor 66-69. Selanjutnya di laga ketiga, Satria Muda menang 78-56, dan memastikan tiket ke final, 25 Maret 2018.

Berikut statistik kedua tim di musim reguler playoff: 

Final IBL 2017-2018 menggunakan sistem Tiga Terbaik (best-of-three). Satria Muda lebih dulu menjadi tuan rumah pada 19 April 2018 di Britama Arena. Laga kedua akan berlangsung di Gelanggang Mahasiswa Soemantri Brodjonegoro (GMSB) Jakarta, 21 April 2018. Apabila diperlukan laga ketiga, maka Pelita Jaya berhak menjadi tuan rumah pada 22 April 2018.

Pelita Jaya tak ingin predikat juara bertahan menjadi beban mental bagi pemain. Senter Pelita Jaya, Adhi Pratama Prasetyo Putra mengatakan bahwa semua persiapan sudah dilakukan dengan baik.

"Saya rasa tim kami sudah siap menyambut final. Saya sendiri sangat bersemangat untuk berlaga di final," ujar MVP NBL Indonesia 2014-2015 tersebut.

Adhi tak mau berkomentar soal lawan. Meski mereka sudah pernah mengalahkan Satria Muda, 81-73, di Seri 3 Solo, 24 Desember 2017. Satria Muda juga sudah berubah sejak bergabungnya pemain timnas Indonesia di 18th Asian Games Invitation Tournament, Jamarr Andre Johnson.

"Target pribadi saya bisa juara lagi tahun ini. Soal berapa skornya tidak terlalu dipikirkan, yang pasti kami harus fokus di laga pertama dulu. Kalau kendala, justru ada pada kami sendiri. Kalau kami main normal seperti biasa, saya yakin bisa juara. Jadi harus menjaga fokus dan ketenangan dalam bermain," jelas Adhi.

Di kubu Satria Muda, api balas dendam lebih terasa. Mereka masih mengingat kekalahan di final musim lalu, ditambah dengan satu laga di musim ini. Rasa penasaran sekaligus semangat untuk membalas kekalahan jadi kekuatan Satria Muda menyambut laga final.

"Persiapan kami sudah aman. Sekarang lebih fokus ke persiapan mental pemain agar siap bertarung di laga final. Menurut saya, yang berbeda tahun ini jelas dari segi pemain. Pemain kami berbeda dengan musim lalu. Kemudian motivasi untuk membalas kekalahan musim lalu lebih terasa kali ini," ucap Kepala Pelatih Satria Muda, Youbel Sondakh. 

Pemain-pemain kunci Pelita Jaya dan Satria Muda:

Dior Lowhorn Vs. Chester Jarrel Giles

Dua senter tersebut punya tipe bermain yang berbeda. Lowhorn gemar menyerang dan sulit dihentikan di bawah ring lawan. Ia akan menjadi tumpuan Satria Muda mencetak poin lewat kekuatannya. Sementara C.J. Giles memainkan pertahanan yang baik. Tugasnya di Pelita Jaya sudah jelas, tidak boleh ada pemain lawan yang mencetak poin dengan mudah di area lubang kunci. Laga ini akan jadi pertarungan menarik bagi kedua pemain tersebut.

Jamarr Andre Johnson Vs. Wayne Lyndon Bradford 

Memang kedua pemain ini berbeda posisi. Namun keduanya punya tugas yang sama yaitu sebagai pengumpul poin bagi timnya. Jamarr yang bergabung di pertengahan musim reguler 2017-2018 sudah menunjukkan kemampuannya. Ia berhasil mengisi posisi yang ditinggalkan Arki Dikania Wisnu selama pemulihan cedera. Saat Jamarr dan Arki bekerja sama, Satria Muda bisa semakin kuat dalam menyerang. Di kubu Pelita Jaya, Bradford ibarat ujung tombak. Ia punya kemampuan lengkap sebagai seorang garda utama (point guard). Kuat dan berani menembus pertahanan lawan, serta tembakan yang akurat.

Arki Dikania Wisnu Vs. Xaverius Prawiro

Lagi-lagi dua pemain yang tidak akan saling berhadapan di lapangan. Tapi keduanya menjadi pembawa perubahan di timnya. Saat Arki diturunkan, Satria Muda seakan berubah menjadi lebih garang. Seperti di laga pertama semifinal IBL melawan Hangtuah di Batam. Kehadirannya sudah cukup membuat Hangtuah kesulitan. Ia juga sosok kapten yang disegani oleh para pemain Satria Muda. Lain hal dengan Xaverius Prawiro, sosok yang sempat berhenti dari liga profesional selama dua musim. Kemampuan dan pengalamannya sangat berguna di tim Pelita Jaya. Xaverius akan menjadi pemain kunci di final, seperti saat ia berhasil mengantarkan Pelita Jaya mengalahkan Stapac Jakarta di babak semifinal.(*)

Foto: Hariyanto

Komentar