IBL

Larangan bermain dan denda senter asing Pacific Caesar Surabaya, Anton Waters, berbuntut panjang. Setelah Indonesian Basketball League (IBL) benar-benar menjatuhkan hukuman itu, Pacific memutuskan melakukan aksi mogok main pada laga kedua melawan Stapac Jakarta di babak playoff, Sabtu 10 Maret 2018. Hal itu terjadi menyusul tidak adanya kesepakatan antarkedua belah pihak terkait simpang siur aturan baru di IBL.

Menurut Direktur IBL Hasan Gozali, penyelenggara telah menjatuhkan hukuman sesuai aturan yang disepakati. Waters melakukan 1 technical foul dan 1 unsportsmanlike foul di laga pertama dan diskualifikasi saat itu juga (ejected), sehingga IBL harus melarangnya bermain (suspend) di hari berikutnya karena diskualifikasi tersebut. Namun, pihak Pacific berpandangan lain. Aturan itu tidak ada di buku peraturan.

Irsan Pribadi, manajer sekaligus pemilik Pacific, mendaku tidak setuju dengan aturan tambahan dari liga yang melarang pemainnya tampil. Sikap itu muncul lantaran ia merasa aturan ditegakkan mendadak dan belum disosialisasikan kepada seluruh tim peserta.

(Baca juga: Pacific Caesar Tak Hadir di Lapangan, Stapac Menang "Walk-Out")

“Apalagi tidak tertera di buku peraturan pelaksanaan IBL. Daripada kami dipaksakan mengikuti aturan yang tidak jelas, kami mundur saja. Dianggap kalah pun tidak apa-apa. Ini bukan masalah menang-kalah. Ini masalah integritas. Kalau liga memang mengakui berbuat kelalaian di mana mereka tidak update buku peraturannya, ya harusnya diterapkan musim depan saja,” tegas Irsan kepada Mainbasket, Sabtu 10 Maret 2018.

Insiden yang menimpa Anton Waters tanggal 9 Maret sebenarnya bukanlah yang pertama. Ia melakukan hal serupa saat melawan Stapac Jakarta di Seri VII Cirebon, 4 Februari 2018.

Kejadian tersebut tidak membuat aturan pelaksanaan IBL berubah. Di Seri VIII Malang, 11 Februari, Anton tampil lagi melawan Pelita Jaya.

“Waktu rapat di Jakarta, Coach Ahang (Johanis Winar) pernah menanyakan apakah Waters boleh main atau tidak (melawan Pelita Jaya di seri selanjutnya di Malang). Semua di situ diam semua. Karena di buku peraturan (memang) tidak ada. Makanya dia kemudian main,” terang Irsan.

(Baca juga: IBL Tegas, Pacific Mundur dan Tak Merasa Salah)

Sebelum playoff di Surabaya, pihak Pacific dan Stapac melakukan pertemuan kembali dengan IBL pada Kamis, 8 Maret 2018.

“Karena kami sudah wanti-wanti kepada kedua belah pihak agar supaya ini tidak terjadi. Sangat disayangkan ini terjadi dan kami harus mengambil keputusan itu. Karena technical meeting-nya sudah dibahas, saya tidak bisa bilang kami tidak pernah memberitahukan kepada kedua belah pihak,” jelas Hasan dalam konferensi pers usai menyatakan Stapac memenangkan laga kedua.

IBL memang mengadakan rapat, tetapi menurut Irsan, pertemuan itu tidak ada notulanya, sehingga pihaknya tidak setuju menuruti sanksi liga. Ia hanya akan menuruti aturan awal yang disepakati semua pihak terkait.

Hasan menampik hal itu. Katanya bukti rapat itu ada, tapi memang terlambat didistribusikan ke semua tim.

Pada Minggu malam, 11 Maret 2018, tim peserta akhirnya menerima catatan rapat itu. Mainbasket mengonfirmasi hal tersebut kepada tim lain yang terlibat di playoff. Menurut catatan, sosialisasi aturan FIBA dan IBL memang dibahas di situ, tetapi distribusinya benar terlambat seperti kata Hasan.

(Baca juga: IBL Akhirnya Distribusikan Notula Rapat Soal Penegasan Aturan Baru)

“Diinfokan ke seluruh pemain maupun official untuk dijaga emosi karena ini playoff, jika terkena ejected/disqualifying bisa terkena suspend 1 atau 2 kali larangan bermain dan kami tidak mau ada permohonan pengurangan kembali di playoffs. Peraturan baru 1 kali unsportsman dan 1 kali technical foul juga terhitung ejected dan sanksinya sama suspend 1 kali larangan bertanding.” Demikian bunyi poin nomor 6, Notulen (Notula) Manager Meeting tertanggal 8 Maret 2018, pukul 15.00 WIB di Pena Resto, DBL Arena.

Mereka yang hadir saat itu menurut notula adalah, dari pihak IBL ada Rufiana, Muhammad Andito, Gigih Yoga dan Elika; Manajer tim hadir Gagan Rahmat (Stapac Jakarta) dan Adi Hari Saputro (Pacific Caesar Surabaya); Ketua pelaksana, Arlan Yusuf Ruslim dan wakil ketua, Azwar Zulkarnaen.

Sayangnya, tidak ada tanda tangan para peserta yang dinyatakan hadir pada rapat tersebut, demi mengonfirmasi bahwa benar itulah hasil pertemuannya.

Dalam Notulen Managers Meeting tanggal 6 Februari 2018, tidak ada pernyataan serupa di atas. Ini menguatkan alasan mengapa Anton Waters masih bermain melawan Pelita Jaya di Seri Malang, 11 Februari, setelah melakukan satu unsportsmanlike foul dan satu technical foul di Seri Cirebon, 4 Februari, melawan Stapac. Sayangnya lagi, seperti notula lainnya, tidak ada tanda tangan para peserta rapat.

Dari tiga notula yang dikirim IBL kepada tim tanggal 11 Maret lalu, ada satu rapat penting yang sepertinya terlewat dari perdebatan ini. Rapat antartim playoff putaran pertama di Bandung, Garuda Bandung melawan BSB Hangtuah.

Menurut salah satu manajer tim yang berlaga (tidak ingin disebut namanya), rapat sebelum pertemuan kedua tim memang ada. Diadakan di C-Tra Arena, Bandung, Jawa Barat. Rapat tersebut hanya membahas acara pelaksanaan. Tidak ada pembahasan atau penegasan soal aturan seperti terjadi pada Pacific dan Stapac. Catatannya (notula) pun tidak ada.

Di Bandung, Garuda dan BSB Hangtuah harus melewati tiga laga untuk menemukan siapa yang berhak maju ke babak semifinal. BSB Hangtuah akhirnya unggul 2-1 atas Garuda dan akan menantang Satria Muda Pertamina Jakarta di semifinal.

Tidak ada insiden pemain yang sampai harus dikeluarkan. Hanya ada Diftha Pratama yang selalu melakukan satu kali unsportsmanlike foul di setiap laga. Artinya, total tiga unsportsmanlike foul dilakukan forwarda kecil yang juga bermain di tim nasional ini.

“Rapat yang dibilang tanggal 8 (Maret 2018) pun yang diundang cuma Stapac dan Pacific. Tim-tim lain tahu tidak tentang peraturan ini? Kalau peraturan diterapkan kan harus tertera di buku peraturan. Tidak ada sama sekali. Untuk sebuah keputusan menjadi kuorum minimal separuh harus ada.” Pernyataan Irsan Pribadi saat memutuskan walk out ini sebenarnya menggelitik memunculkan pertanyaan-pertanyaan baru.

Kapankah sebuah hasil rapat (notula) bisa berubah menjadi sebuah aturan bersama? 

Bisakah rapat yang hanya dihadiri oleh hanya dua klub peserta, nantinya turut dipatuhi oleh delapan peserta lainnya?(*)

Foto: Hariyanto

(Baca juga: 2 Aksi Walk Out di Basket Profesional Indonesia Sebelum Pacific Caesar Surabaya)

Komentar