Widyanta Putra Teja, 3x3, dan Persiapan Bela Jawa Timur di PON 2020

| Penulis : 

Nama Widyanta Putra Teja tidak hanya malang melintang di IBL, tetapi juga 3x3. Widy sudah pernah membela tim nasional Indonesia U-18 hingga menjuarai Loop 3x3 National Competition yang dikelola DBL Indonesia. Belakangan, ia berkesempatan membela nama Jawa Timur di Pekan Olahraga Nasional (PON) 2020 di Papua.

Menurut Widy, perkembangan 3x3 dewasa ini sangatlah pesat. Olahraga itu bahkan sudah menjadi ajang kompetisi tingkat dunia, juga masuk ke Olimpiade. Jika 3x3 ikut dipertandingkan di PON, itu semakin membuka peluang Indonesia untuk berkembang.

Mainbasket mewawancarai Widy di sela-sela kesibukannya melakoni semifinal IBL 2019 lalu. Kami menyinggung tentang kesiapannya membela Jawa Timur sekaligus seperti apa potensi 3x3 Indonesia di mata dunia.

Simak wawancara berikut:

Kemarin saya terima surat dari Pengprov Perbasi Jawa Timur tentang pemanggilan pemain untuk PON 2020. Nama Widy tercantum sebagai pemain 3x3. Sudah tahu kabar itu?

Belum tahu kalau surat, tapi sudah dapat via chat sama Mas Fian. Masih Mas Fian, kan? Waktu itu dapat chat dari Perbasi Jatim. Cuma belum tahu surat resminya seperti apa.

Siap untuk membela Jawa Timur?

Kalau membela daerah saya harus siap.

Sebelumnya Widy juga pernah membela Jawa Timur di basket 5v5 di PON 2016. Sayangnya, waktu itu Jawa Timur gagal meraih medali emas. Sekarang berbeda. Potensi di 3x3 kira-kira seperti apa?

Wah, kalau 3x3 malah susah diprediksi. Saya tidak tahu daerah-daerah lain persiapan seperti apa. Yang saya tahu, Jakarta sudah mengadakan kompetisi-kompetisi kecil lokal untuk seleksi. Sedangkan Jawa Timur saya lihat belum ada pergerakan. Padahal Jakarta dan Bandung, kalau saya lihat, sudah mengadakan kompetisi lokal untuk seleksi.

Saya lihat Felix Tjandra bakal satu tim lagi dengan Widy. Kalian pernah setim di timnas 3x3 U-18 yang berangkat ke Hungaria. Kalian juga juara di Loop 3x3 National Competition. Kira-kira bakal seperti apa tim ini dengan adanya kalian?

Kalau Felix in shape, kami tinggal mencari bigman-nya. Soalnya waktu Loop 3x3 itu bigman kami kelahiran ’96. Sedangkan PON kali ini ’97. Jadi, kami harus cari lagi. Cuma semoga ada pemain-pemain yang layak. Saya juga berharap.

Widy melihat perkembangan 3x3 di Indonesia seperti apa?

Bagus. Maksudnya, kita sering mengadakan event lokal, terus sempat mendatangkan pelatih dari Serbia. Dusan Bulut juga pernah datang ke Indonesia. Sejauh ini 3x3 Indonesia dipandang. Indonesia ini punya kans yang luar biasa buat nasional maupun internasional.

Dengan adanya 3x3 di PON, kira-kira perkembangannya bakal seperti apa?

Harusnya basket Indonesia lebih maju. 3x3 sekarang sudah dipandang seperti olahraga yang benar-benar olahraga, bukan olahraga urban lagi. 3x3 sudah masuk Olimpiade. Kalau mau diseriusi kita perlu totalitas. Sama ke pemerintahannya pun harus totalitas.

Kira-kira apa yang dibutuhkan?

Ya, itu tadi aku bilang, butuh totalitas dari pemain sampai organisasi yang benar-benar mendukung 3x3 ini.

Kompetisinya harus diperbanyak?

Harus, harus, tanpa kompetisi kita tidak tahu pemain 3x3 siapa saja. Masa itu-itu saja. Bosan juga, kan. Bosan dan tidak berkembang. Kalau ada kompetisi yang kompetitif dan semua orang punya kans untuk bersaing, itu pasti lebih seru.

Widy sudah ditempa di IBL. Ada Pelatih Giedrius Zibenas juga. Widy mengalami perkembangan yang seperti apa?

Jadi lebih luas wawasannya tentang basket. Kita tahu negaranya dia, Lithuania, bisa dibilang top three basket di dunia. Kami belajar banyak dari dia. Dari kedisiplinannya dia. Seperti tadi sudah disebutkan, dari body language kami. Itu banyak banget. Detail-detail sampai hal terkecil itu kami dapat dari dia.

Dalam pengembangan skill seperti apa?

Dia itu sangat Euro…apa, ya? Euro style.

Eurosentris? Haha.

Ya, eurosentris, haha. Kalau saya lihat—bukan mau menjelek-jelekkan—kita terlalu sering melihat NBA. Padahal NBA, kan, individual banget mainnya. Saya justru melihat Indonesia cocok sama Euro. Karena kita kecil, kita punya kecepatan. Kita tidak selalu bisa melihat pemain NBA yang besar. Kita mesti lihat Euro yang gayanya semua mengalir—semua memegang bola. That’s basketball.

Itu bisa diaplikasikan ke 3x3?

Nah, itu dia. Kenapa juara 3x3 selalu dari Eropa? Karena pemain Eropa itu tidak bisa berhenti kalau bermain. 3x3 itu cuma berjalan 12 menit, terus shot clock 12 menit, kita tidak bisa berhenti. Kalau kita berhenti, shot clock itu tetap dihitung. Paling waktu menyerang delapan detik. Pemain USA begitu dapat bola cenderung one-on-one. Paling berapa detik? Enam detik. Kalau pemain Eropa itu delapan detik dari bola di luar sampai ke dalam itu ada pattern-nya. Tidak usah melihat sudah tahu temannya di mana.

Coba kita lihat, tidak pernah USA juara dunia 3x3. Selalu Serbia, Lithuania, Prancis—Eropa semua. Sampai ke U-18. Kecuali kalau perempuan. Kalau di situ USA masih bisa mendominasi.     

Oke, kalau begitu sukses ke depannya. Terima kasih, ya!

Terima kasih juga.

Foto: Hariyanto, DBL Indonesia, FIBA

Populer

Luka Doncic Merasa Tidak Enak dengan Kyrie Irving
Timberwolves vs Suns 4-0, KD dan Ant-Man Saling Lempar Pujian
Frank Vogel Berlindung Di Balik Nama Mat Ishbia
LeBron James Tidak Ingin Menyerah Begitu Saja dari Nuggets
Kondisi Zion Williamson Membaik, Tapi Pelicans Sudah Tertinggal 0-3 dari Thunder
Pelajaran yang Dipetik Nikola Jokic dari Pacuan Kuda
Pelatih Timberwolves Chris Finch Cedera Lutut Usai Ditabrak Mike Conley
Era Keemasan Thunder Kembali, Mark Daigneault Jadi Pelatih Terbaik Tahun Ini
Timberwolves Sapu Bersih Suns
Lakers Memperpanjang Nafas