IBL

I can’t believe that we made it – Beyonce Knowles

Tahun 2018 bisa jadi tahun besar bagi pergerakan masyarakat Afrika-amerika. Kiprah mereka di kancah Hollywood diakui penduduk dari berbagai negara. Mulai dari film “Black Panther”, lagu “This Is America” milik Childish Gambino, hingga Kendrick Lamar yang jadi peraih Pulitzer pertama dari kalangan tersebut. Tren positif itu coba dilanjutkan pasangan musisi Beyonce dan Jay-Z lewat mahakarya duet berjudul “Apes**t” (dibaca: Apeshit).

Keduanya bukan nama asing di kancah musik. Beyonce melejit lewat grup vokal Destiny’s Child yang kemudian bersolo karir. Shawn Carter, yang lebih dikenal dengan Jay-Z, telah jadi pesohor di dunia musik serta pebisnis. Ia adalah pria dibalik 40/40 Sports Club, Def Jam Records, Roc Nation dan kanal musik daring Tidal. Butuh 10 tahun sejak mereka menikah hingga menelurkan karya duet.

Proyek duet Beyonce dan Jay-Z ini diberi nama The Carters. Mereka juga sudah merilis album berjudul “Everything is Love” dengan lagu “Apes**t” sebagai lagu pertama. Video klip lagu pengenalan ini dibuat semaksimal mungkin dengan menggabungkan unsur seni klasik, koreografi dan sinematografi kontemporer, serta pemilihan busana yang mendukung konsep tersebut.

Seluruh proses ambil gambar video “Apes**t” dilaksanakan di Musée du Louvre (Museum Louvre), Paris, Prancis. Louvre adalah museum seni terbesar di dunia yang berisi peninggalan karya manusia mulai zaman prasejarah hingga abad 18. Diantara semua benda bersejarah, lukisan Mona Lisa karya Leonardo Da Vinci jadi yang paling dikenal.

Sepanjang enam menit video, kita akan dimanjakan dengan gambar gamblang karya-karya pelukis Eropa abad 17, instalasi bersejarah, hingga patung Sphinx Tanis dari Mesir. Turut tampil pula penari latar dengan tarian karya koreografer Avant-Garde Belgia bernama Sidi Larbi Cherkaoui. Penari latar itu tampak anggun berdansa diatas tangga Daru didepan patung Winged Victory of Samothrace yang dibuat pada tahun 190 SM.

Beyonce, Jay-Z, dan Ricky Saiz selaku sutradara sepakat menampilkan setiap sudut Louvre yang pernah dikunjungi Carter sekeluarga. Dilansir Artnet News, setidaknya Jay-Z dan Beyonce empat kali mengunjungi Louvre 10 tahun terakhir. Mereka mengutarakan wacana ini sejak Mei 2018. Meski waktunya tergolong pendek, pihak Louvre tampaknya dengan mudah memberikan izin kepada Jay-Z dan Beyonce.

Merujuk pada data yang tertampand di akun Twitter resmi Louvre, dalam setahun rata-rata diadakan 500 proses ambil gambar yang dilaksanakan disana. Biayanya pun tidak murah. Sehari proses pengambilan gambar dikenakan biaya €17.500 (sekitar Rp 260.000.000). Video klip “Apes**t” kini sudah disejajarkan dengan film-film berlatar Louvre seperti The Da Vinci Code, The Smurf 2, hingga Fifty Shades Freed.

Kiprah Beyonce dan Jay-Z ini menjadi langkah besar untuk pergerakan anti-rasialisme. Jason Farago, Kontribrutor rubrik Critic’s Notebook di laman The New York Post menuturkan demikian. “Kombinasi Beyonce dan Jay-Z dengan latar Louvre jadi gambaran bahwa masyarakat afro-amerika bisa mengakses budaya yang diagungkan di Eropa, bahkan dunia,” tulisnya dalam artikel yang terbit pada 17 Juni 2018.

Selain itu, Jon Pareles yang juga berkarya untuk The New York Times melihat ada sisi pembuktian dari diri Beyonce dan Jay-Z. “Beyonce ingin menunjukkan sisi feminis yang ia usung mewakili sisi afro-amerika," tulisnya.

Sedangkan bagi Jay-Z, ia ingin meneguhkan status sebagai orang kulit hitam yang sukses, yang bisa mengakses museum terbesar di dunia demi karyanya, tulis Pareles untuk review album “Everything Is Love”. Muncul juga kemungkinan, lanjut Pareles, bahwa Jay-Z ingin menyentil kejadian saat Grammy Awards 2018. Kala itu, ia tidak memenangkan satu pun piala padahal ia masuk dalam delapan nominasi. Hal itu terlihat dari lirik “tell the Grammy’s f-ck that 0 for 8 sh*t / have you ever seen the crowd goin’ apeshit?”.

Bila disatukan, Pareles melihat ada beberapa aspek yang ingin dimunculkan pasangan ini. “Mereka ingin menunjukkan kesuksesan, keartisan / kepopuleran, pernikahan yang sehat, erotisme, hingga sisi historis,” imbuhnya.

Apapun tujuan pembuatan video klip ini, pasangan Carters mampu menyuguhkan sesuatu yang layak diobrolkan. Video klip ini mengandung berbagai makna yang bisa ditelaah dari berbagai sisi. Kita selaku penonton pun bisa melihat dari dekat karya seni yang dipajang di Museum Louvre. Dimana tidak semua diantara kita bisa mengaksesnya dari dekat.

Karya-karya seni yang ditampilkan dalam video klip Apes**t antara lain:

Gallerie of Apollon (Prancis, dibuat pada 1661)

 

Mona Lisa (Leonardo Da Vinci, Italia, dibuat tahun 1503)

 

Venus de Milo (Alexandros of Antioch, Yunani Kuno, dibuat antara tahun 130-100 SM)

 

Winged Victory of Samothrace (Yunani Kuno, dibuat pada 200 SM)

 

The Consecration of the Emperor Napoleon and the Coronation of Empress Joséphine (Jacques-Louis David, Prancis, dilukis pada 1803)

 

Portrait of a Negress (Marie-Guillemine Benoist, Prancis, dilukis pada 1800)

 

Escalier Daru (dibuat kurang lebih tahun 1884)

 

Glass Pyramid of Louvre (I.M. Pei, Cina, dibuat pada 1989)

 

Oath of the Horathii (Jacques-Louis David, dilukis pada 1748)

 

Portrait of Madame Recamier (Jacques-Louis David, dilukis pada 1800)

 

The Great Sphinx of Tanis (Mesir, dibuat sekitar tahun 2600 SM)

 

The Charging Chasseur (Theodore Gericault, dilukis pada 1812)

 

The Raft of a Medusa (Theodore Gericault, dilukis pada 1803)

 

The Intervention of the Sabine Women (Jacques-Louis David, Prancis, dilukis sekitar tahun 1799)

Foto: Video Klip The Carter - Apes**t

Komentar